Wisha adalah seorang perempuan berusia 22 tahun yang merupakan lulusan Universitas Tanjungpura (Untan) tahun 2024 dari Fakultas Teknik, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Saat ini, ia memiliki usaha toko kue bernama Mozarella Home yang sudah ia rintis sejak tahun 2018 saat masih bersekolah di SMA, dan usaha tersebut masih berjalan hingga saat ini. Wisha berasal dari Kecamatan Bengkayang, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat.
Pada bulan Juni 2024, Wisha melakukan perjalanan ke Kota Kuching, Sarawak, bersama adiknya yang berusia 18 tahun. Tujuan utama perjalanan ini adalah untuk berlibur sekaligus menemui ayah mereka yang bekerja sebagai penjaga kedai makan di Kota Kuching. Sementara itu, ibu mereka tidak ikut serta dalam perjalanan karena harus menyelesaikan urusan kantor. Oleh karena itu, Wisha hanya pergi berdua dengan adiknya.
Menurut Wisha, Kota Kuching dikenal sebagai ibu kota Sarawak dan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dari Indonesia, terutama yang berasal dari Kalimantan Barat. Kota ini terkenal dengan budaya Melayu yang masih kental, makanan khas yang lezat, serta berbagai destinasi wisata yang menarik. Faktor kedekatan geografis juga menjadi alasan utama, karena perjalanan dari Kalimantan Barat ke Kota Kuching lebih mudah dan terjangkau dibandingkan destinasi internasional lainnya. Dalam kasus Wisha, alasan utamanya adalah untuk bertemu ayahnya serta menikmati waktu bersama keluarganya.
Sebelumnya, Wisha telah dua kali mengunjungi Sarawak pada tahun 2023. Perjalanan pertamanya dilakukan pada bulan September 2023 dengan menggunakan taksi pribadi dari Bengkayang melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk. Perjalanan kedua terjadi pada bulan Desember 2023 menggunakan mobil van atau minibus dari Pontianak melalui PLBN Entikong dalam rangka Praktek Kuliah Lapangan (PKL) di Kota Kuching.
Persiapan dan perjalanan ketiga Wisha ke Kota Kuching dilakukan pada hari Jumat, Juni 2024. Ia dan adiknya menggunakan taksi pribadi dari Bengkayang menuju Kota Singkawang dengan tarif Rp120.000 per orang. Mereka berangkat pada pukul 04.00 WIB dan tiba di Kota Singkawang sekitar pukul 06.00 WIB. Dari Singkawang Grandmall, mereka melanjutkan perjalanan menuju Kota Kuching dengan biaya Rp300.000 per orang.
Sebelum keberangkatan, mereka mempersiapkan dokumen perjalanan seperti paspor dan kartu identitas, serta barang bawaan yang mencakup pakaian, perlengkapan mandi, minuman, dan makanan ringan. Selain itu, mereka juga menukarkan uang ke mata uang Ringgit Malaysia untuk memudahkan transaksi selama berada di Kota Kuching.
Setelah tiba di Singkawang Grandmall, Wisha dan adiknya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Bus Damri pada pukul 07.00 WIB menuju Kecamatan Sajingan, Kabupaten Sambas. Dalam perjalanan, mereka berhenti sejenak untuk makan selama kurang lebih satu jam sebelum melanjutkan perjalanan ke PLBN Aruk. Mereka tiba di PLBN Aruk sekitar pukul 11.00 WIB setelah menempuh perjalanan sekitar empat jam, ditambah satu jam waktu singgah.
Di PLBN Aruk, Wisha dan adiknya melakukan proses cap paspor dan administrasi masuk ke Sarawak yang memakan waktu sekitar dua jam. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Bus Asia menuju Terminal Kota Kuching atau Kuching Sentral, yang memakan waktu sekitar satu setengah jam. Sesampainya di Kuching Sentral, mereka dijemput oleh ayah mereka dan langsung menuju tempat kerja sekaligus tempat tinggal ayahnya di kawasan Petra Jaya, yang berjarak sekitar 20 menit dari pusat Kota Kuching.
Pada hari pertama dan kedua setelah tiba di Kota Kuching, Wisha dan adiknya lebih banyak beristirahat karena perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Mereka hanya melakukan aktivitas di sekitar Petra Jaya, tempat tinggal ayah mereka.
Pada hari ketiga, yaitu hari Minggu, mereka mulai menjelajahi Kota Kuching. Dari Petra Jaya, mereka menuju pusat Kota Kuching menggunakan taksi online (Maxim) dengan tarif 13 Ringgit Malaysia. Karena ayah mereka libur bekerja pada hari itu, mereka bisa menghabiskan waktu bersama untuk berjalan-jalan dan menikmati suasana Kota Kuching.
Mereka mengunjungi Waterfront Kuching, di mana Wisha melihat perubahan baru, yaitu adanya garis polisi (police line) yang mengelilingi area tepi pagar Waterfront Kuching. Biasanya, area tersebut diisi oleh pedagang yang berjualan di pinggiran Waterfront. Garis polisi tersebut menjadi tanda larangan bagi pedagang liar untuk berjualan di area itu. Selain itu, mereka juga menikmati acara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Sarawak yang dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan tarian daerah di sekitar Waterfront Kuching.