Pada era modern atau globalisasi ini, Generasi Z (kelahiran 1997-2012) seringkali mendapatkan tekanan atau masalah sosial. Tantangan yang mereka hadapi pada zaman modern ini adalah tekanan yang didapat dari media sosial atau dunia digital. Kerap kali kita menggangap tekanan sosial yang dihadapi Generasi Z tidak sebanding dengan generasi lain. Namun, hal ini justru berbanding terbalik dengan data dan fakta yang beredar, terkait krisis kesehatan mental akibat tekanan sosial. Tidak hanya tekanan sosial saja yang menyebabkan, melainkan tekanan akademik atau suatu pencapaian.
Generasi Z mengalami kecemasan, depresi, dan stres lebih tinggi daripada generasi sebelumnya. Menurut laporan WHO pada tahun 2021, menyatakan bahwa tingkat depresi dan kecemasan kelompok usia muda (usia 15-24) meningkat sebesar 25% selama pandemi. Selain secara global, di Indonesia juga mengalami hal serupa. Menurut Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2022, Generasi Z usia 15-24 tahun mengalami gejala depresi dengan media sosial dan tekanan akademik sebesar 6,2%. Data dan fakta ini menunjukkan betapa pentingnya kesehatan mental untuk ditangani dengan serius, karena generasi inilah yang menjadi harapan bangsa untuk meneruskan kehidupan bangsa.
Sering dikatakan Generasi Z merupakan generasi yang beruntung, karena hidup pada zaman yang serba modern dan digital. Gaya hidup seperti ini telah menjadi bagian yang tak terlepaskan dalam kehidupan digital sehari-hari. Tetapi, perlu diperhatikan terkait penggunaan media sosial yang bisa membuat tekanan menjadi ancaman bunuh diri. Penelitian dalam Journal of Abnormal Psychology pada tahun 2019, menunjukkan peningkatan besar dalam tingkat depresi di kalangan remaja dan dewasa muda antara tahun 2009 dan 2017. Tidak hanya itu, data lain menunjukkan tingkat angka bunuh diri kelompok usia muda dan dewasa muda (usia 15-24) meningkat secara drastis.
Beberapa paparan dari media sosial memang ada yang bersifat positif, namun semakin anak muda menggunakan media sosial terlalu lama, semakin turun kesehatan mentalnya. Karena, di media sosial tidak hanya berisikan konten positif tetapi juga ada konten negatif yang beredar banyak. Dampak yang diberikan bisa bermacam-macam dan sangat serius, seperti pelecehan daring atau cyberbullying. Sosial media juga menimbulkan efek samping FOMO (Fear of Missing Out) terhadap tren di media sosial. Tidak hanya itu, tekanan sosial dalam akademik atau pencapaian juga menjadi alasan mengapa Generasi Z lebih tertekan, contohnya, orang tua suka membandingkan prestasi anaknya dengan orang lain atau dengan anggota keluarga lain, memberikan tekanan untuk mencapai nilai bagus, bahkan harus mencapai cita-cita yang diharapkan oleh orang tua. Tidak seharusnya kita bersikap seperti itu, karena apa yang kita tanam dan lakukan, akan memberikan dampak negatif dan ketidakpercayaan diri sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan.
Sebagai solusi untuk mengurangi krisis kesehatan mental di Indonesia, kita bisa berkonsultasi kepada pakar atau psikolog dengan menggunakan layanan kesehatan secara langsung atau daring untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, lalu mengikuti komunitas positif untuk mencegah penggunaan gadget yang berlebihan. Selain itu, apabila dirasa masih belum berani untuk berkonsultasi, kita bisa menceritakan ini dan meminta bantuan kepada orang terdekat, seperti orang tua atau teman yang dapat dipercaya dan dirasa aman. Kunci dari mencegah hal ini, diperlukan langkah yang komunikatif agar tekanan yang dirasa tidak dipendam begitu saja. Karena bila dipendam, makin bahaya untuk diri sendiri dan hal tersebut hanya menyakiti diri sendiri.
Generasi Z memang lebih rentan terhadap krisis kesehatan mental karena dunia digital tidak semuanya bersifat positif. Namun, dengan dukungan baik dari keluarga atau kerabat dekat, generasi ini dapat mengelola kesehatan mental dengan baik. Langkah yang komunikatif juga menjadi salah satu kunci dari bagaimana kita mencegah krisis kesehatan mental. Dengan merangkul satu sama lain, generasi ini dapat melewati tantangan yang sulit pada era globalisasi ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI