Mohon tunggu...
Christoforus Iuliano
Christoforus Iuliano Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seminaris

saya cukup senang menulis atau mendalami banyak hal. Itu disebabkan saya mencoba untuk memiliki kebiasaan berliterasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sinergi Positif Menuju Kemerdekaan Bermedia

12 Agustus 2022   10:46 Diperbarui: 12 Agustus 2022   11:16 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


     Kemajuan teknologi menciptakan ruang maya yang disebut media sosial. Orang yang hidup zaman ini rasanya sudah tak asing lagi dengan ruang maya ini.  Generasi milenial masa kini dimudahkan dalam beragai bidang oleh kemajuan teknologi digital. Perkembangan dan kemajuan teknologi ini tak luput dari perjalanan sejarah yang cukup panjang.

    Manusia adalah makhluk yang selalu ingin memperjuangkan eksistensinya. Manusia mau terus berpikir dan mengembangkan produktivitas dirinya untuk mencapai sebuah kemajuan. Kemajuan teknologi digital yang meliputi muncul nya alat-alat elektronik, media sosial serta segala kecanggihannya membawa manusia pada kemerdekaan. Kemerdekaan yang muncul adalah kemerdekaan dalam belajar, berkarya dan berkolaborasi. Manusia saat ini dihadapkan pada ruang tanpa atas yang terdiri atas beragai pengetahuan, eksplorasi karya serta aksi-aksi solidaritas yang muncul.

   Cogito Ergo Sum yang diungkapkan oleh Descartes menjadi titik beratnya. Proses berpikir itu membawa pada produktivitas diri. Pada kenyataannya tidak semua pengguna media digital tau akan maksud poin ini dan mengaplikasikannya. Manusia berhenti pada fase menikmati kemajuan yang ada tanpa berpikir hal apa yang dapat dilakukan kedepannya. Para generasi milenial atau para pemuda zaman ini ikut ambil peran besar dalam hal ini.

    Saat ini Indonesia memiliki 132 juta pengguna internet yang aktif atau sekitar 52% dari jumlah penduduk yang ada. Dari jumlah pengguna internet tersebut, ada sekitar 129 juta yang memiliki akun media sosial yang aktif dan rata-rata menghabiska nwaktu 3,5 jam per hari untuk konsumsi internet melalui handphone. Data ini menunjukkan bahwa sudah sebagian besar penduduk Indonesia adalah pengguna aktif teknologi digital serta media sosial. Semakin banyak pengaruh yang diberikan oleh kemajuan teknologi semakin besar pula tanggung jawab yang diemban.

   Semakin marak kemajuan teknologi semakin marak pula penyalahgunaan serta efek negatif lainnya. Perkembangan teknologi informasi dengan segala konskuensinya sedang tumbuh dan berkembang sangat deras. Peradaban ini, menurut Toffler (1980), membawa gaya baru terhadap hampir semua aspek kehidupan manusia. Peradaban itu telah dan akan mengubah cara kerja, cara bergaul, cara bercinta, dan sebagainya pada semua lapisan masyarakat. Indonesia, diakui atau tidak, telah terbawa oleh arus peradaban informasi itu.

    Muncul nya sebuah kesadaran semu menjadi seuah prolematika yang ada. Kesadaran semu adalah sebuah kedaan dimana kita tau dan sadar apa yang seharusnya kita lakukan, tetapi tidak kita lakukan serta kita tau hal itu salah, tetapi tetap kita lakukan. Bermain game terlalu lama dapat merusak mata, namun kita tetap melakukan itu. Contoh-contoh konkret seperti itu yang muncul saat ini. Produktivitas diri yang ingin diperjuangkan beralih menjadi eksploitasi diri. Prolem ini semakin lama semakin larut dan dianggap lumrah.

   Penyebabnya bukan rendahnya pengetahuan , melainkan tekanan waktu yang membuat orang tidak berpikir panjang. Penyebabnya adalah konsumerisme manusia yang terus menerus dimanjakan. Lingkungan sekolah, lingkungan keluarga bahkan lingkungan agama punya peran penting. Perlu ditekankan bahwa saat ini yang diperlukan adalah kualitas manusia bukan kuantitasnya. Manusia tidak digoda untuk canggih dalam banyak hal, untuk tau banyak hal, tetapi diajak untuk mencapai seuah kedalaman bertindak.

   Salah satu tokoh agama katolik pernah mengatakan “jarak terjauh di umi adalah jarak antara pengetahuan (knowledge) dengan kejaksanaan (wisdom)” Manusia tau banyak tentang teknologi namun cukup sulit untuk mencapai sebuah kebijaksanaan bertindak. Para kaum muda saat ini perlu sinergi positif menuju kemerdekaan bermedia yang sesungguhnya

       Sinergi positif beberapa elemen hingga saat ini pun masih cukup lemah. Cukup marak problem penyalahgunaan bermedia dari pemerintah, tokoh-tokoh yang cukup punya pengaruh dalam masyarakat serta artis-artis. Dalam berpikir dan bertindak manusia perlu adanya sinergi positif dari luar berupa keadaan sekitar, serta sinergi positif dari dalam yaitu sikap lepas bebas dari dalam diri. Sinergi sendiri memiliki makna suatu gerakan untuk melangkah kedepan menghasilkan sesuatu yang baik dengan melampaui keadaan yang ada.

            Sinergi positif berupa pendidikan formal di sekolah menjadi penting. Contoh atau teladan yang baik dari para tokoh publik rasanya bisa terus diperjuangkan.

"Perkembangan teknologi informasi yang pesat tersebut harus betul-betul kita arahkan, kita manfaatkan kearah yang positif, kearah untuk kemajuan bangsa kita. Untuk menambah pengetahuan, memperluas wawasan, menyebarkan nilai-nilai positif, nilai-nilai optimisme, nilai-nilai kerja keras, nilai-nilai integritas dan kejujuran, nilai-nilai toleransi dan perdamaian, nilai-nilai solidaritas dan kebangsaan," kata Presiden Joko Widodo dikutip dari laman Setkab.go.id.         Senada dengan itu semua para tokoh publik, masyarakat secara khusus para pemuda didorong untuk maju bersama. Saat kita selalu menoleh dan melihat keburukan sekitar maka tak akan pernah bisa bangkit. Sinergi positif tetap perlu diolah secara personal. Kita tidak bisa terus mengandalkan pemerintah, para tokoh publik, pendidikan formal dan lainnya, kita bisa mulai dari masing-masing individu.

       Lantas sebetulnya sinergi ini mau membawa pada sebuah kemerdekaan yang seperti apa? Kemerdekaan punya definisinya masing-masing. Kemerdekaan dalam konteks ini tentu sebuah kebijaksanaan dalam menggunakan ruang tanpa batas yang diciptakan oleh kemajuan teknologi ini. Inilah yang akan menjadi modal bagi setiap individu secara khusus para pemuda sebagai masa depan bangsa untuk ikut maju bersama derap era digitalisasi ini dan mewujudkan cita-cita yang disebutkan diawal.

         Masa ini merupakan masa transformasi yang penting. Pandemi menghadapkan pada kenyataan yang sesungguhnya. Kenyataan inilah yang perlu terus kita perbaiki agar menjadi sebuah kenyataan yang baik sebagai sinergi positif pada generasi penerus bangsa. Dibutuhkan sebuah kualitas berpikir bukan hanya kuantitas.

       Kemajuan teknologi saat ini tidak perlu sepenuhnya dianggap negatif dan menghilangkan keprecayaan masyarakat pada kemajuan ini. Yang perlu masyarakat secara khusus para pemuda miliki adalah pemikiran kritis yang didorong oleh keinginan adanya kejelasan relasi dalam pikiran dan kebijaksanaan serta tindakan. Keterlambatan memahami arti terdalam dari kemajuan teknologi yang ada terkait erat dengan kehidupan dan kelestarian lingkungan. Secara khusus pada masa pandemi ini yang diuji bukan hanya daya tahan tubuh seseorang, melainkan ujian bagi daya pikir individu dan komunal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun