Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Shopping .. Shopping ... Shopping ... 'Sale' ..... 'Sale' ..... 'Sale' .....

4 November 2011   04:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:04 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13096071791943036955

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_146542" align="aligncenter" width="637" caption="Illustrasi dari Google"][/caption] Kaum urban dewasa ini sangat mudah untuk memuaskan hobi berbelanja di Jakarta. Dengan gemerlap deretan mall di seluruh lapisan Jakarta, menyulap Jakarta sebagai 'surga belanja'. Apalagi, banyak mall yang membuat konsep 'Great Sale' dan Midnight Sale'.

Aku ingat, pertama kali aku berbelanja di sebuah mall di Jakarta Pusat, sewaktu pertama kali mall itu menggelar 'Midnight Sale', sekitar tahun 2003-an. Dulu, aku memang sering berbelanja tengah malam di negara2 yang aku datangi karena di tengah malam biasanya sepi dan menjadi nyaman dalam memilih barang2. Tetapi di Jakarta memang beberapa tahun ini mulai menggelar 'belanja tengah malam'. Waktu tahun 2002, aku sedang bekerja di sebuah developer yang meminta aku untuk berkeliling Eropa dan Asia untuk survey arsitektur dan lingkungan karena mereka sedang mempersiapkan daerah pengembangan di Utara Jakarta. Kesibukan menjelang persiapan beberapa proyek, menyebabkan aku tidak sempat mencari beberapa keperluan untuk musim dingin di sana. Dan ketika Plaza Indonesia menggelar 'Midnight Sale', beruntunglah aku, karena aku bisa membeli keperluan untuk musim dingin, seperti over-coat, sarung tangan, syal, dan sebagainya.

*Ternyata, banyak juga kaum urban Jakarta membutuhkan shopping tengah malam karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan* .....

Tetapi tidak sedikit masyarakat Jakarta, berbelanja hanya untuk mencukupkan kebutuhan mereka. Banyak justru mereka berbelanja hanya karena 'hobi', sebuah hobi, yang jujur untuk banyak wanita, adalah hobi yang sangat menyenangkan.  Hobi ini tumbuh subur di Jakarta, apalagi di Jakarta hobi ini bisa memfasilitasi kesenangan , baik mereka para pembelanja 'ringan' maupun mereka yang benar2 'gila' belanja ( shopaholic ), atau juga bagi mereka yang hanya 'window shopping' saja ..... Tidak mengherankan, bila Jakarta adalah sebagai penyebab kaum urban kembali ke Jakarta atau 'back to the city' ( lihat tulisanku  Konsep 'Back to the City': Dampak dari Kehidupan Hunian Perkotaan ).

Pihal mall sangat cerdas membaca keinginan pasar. Mereka tidak sean2 memberikan diskon besar2an, seperti menjelang Hari Raya atau beberapa tahun ini sangat gencar menggelar "Great Sale' seperti Singapore, Malaysia atau negara2 lainnya dengan fasilitas yang sangat memadahi. Juga mereka tidak tanggung2 menyediakan banyak ragam hadiah, mulai dari hadian 'ecek-ecek' sampai hadia barang2 elektronik, mobil ahkan rumah. Dan bagai gayung bersambut, masyarakat menyambut 'undangan' mal2 tersebut dengan animo yang juga luar biasa besar .....

'Great Sale' atau 'Midnight Sale' biasanya digelar di pertengahan tahun karena bertepatan dengan liburan anak2 di Indonesia dan juga liburan musim panas di beberapa negara, sekaligus memperkenalkan Jakarta sebagai salah satu surga belanja di Asia selain Hongkong, Singapore atau Malaysia.

Jika kita berpikir bahwa segala maca 'sale'  ( terutama 'Great Sale' dan Midnight Sale' ) ini tidak mendapat respon dari masyarakat Jakarta, ternyata itu salah besar ! Justru sudah banyak mall di Jakarta yang menjadikan 'sale' sebuah 'gimmick' dan kopsek yang sangat kuat untuk meningkatkan pendapatan mall, pendapatan produsen bahkan juga untuk salang memanjakan, antara konsumen dan produsen bahkan saling memanjakan antar keluarga. Bayangkan, tidak hanya di mall2 mahal, tetapi mall di lingkungan menengah ke bawah justru bisa meningkatkan pendapatan kaum pedagang kaki lima yang 'menangkap' konsumen setelah berbelanja, walau seperti  konsumen di mall mahal.

Pada mall2 kelas 'atas', demi diskon, mereka tidak peduli seberapa jauh, seberapa larut dan seberapa melelahkannya dalam mengejar keinginannya untuk berbelanja. Yang dahulu selalu mengejar 'sale' ke Hongkong atau Singapore bahkan Paris, sekarang mereka dimanjakan di Jakarta, di negeri mereka sendiri karena seperti yang aku tahu ( ingat, aku tetap seorang wanita yang juga 'gemar' berbelanja walau tidak 'gila' belanja ), bahwa apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan, semua ada di Jakarta, termasuk semua barang2 'branded' yang dulu hanya bisa dibeli di Paris, Hongkong atau Singapore .....

Bijak menghadapi diskon

Sebenarnya, tujuan berbelanja adalah memenuhi kebutuhan dan membeli barang2 yang HANYA kita butuhkan dengan harga yang optimal ( syukur2 lebih murah ), sehingga kita lebih berhemat. Tetapi ternyata yang terjadi adalah sebaliknya, bahwa 'pesona diskon' merupakan sihir yang melenakan sehingga banyak orang menjadi 'lapar mata' dan membeli semua yang mereka inginkan BUKAN  yang mereka butuhkan. Dan ujung2nya, tagihan mereka lewat kartu kredit akan membengkak di akhir bulan. Syukur2 mereka memang mempunyai banyak uang sehingga tidak pernah menjadi masalah dalam kebidupan mereka. Tetapi, bagaimana dengan yang hanya 'ikut2an' saja ? Bagaimana yang hanya mau disebut 'prestisius' karena ingin memenangkan ego dan gengsinya ? Kacau .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun