Jika curah hujan rintik, mungkin tidak terlalu berpengaruh kepda kaca jendela, karena hanya tetes air saja. Tetapi, jika curah ujan besar, jika bangunan tidak memiliki teknologi yang bagus, air hujan akan merembes ke jendela2 kaca dan bangunan2 itu akan bocor.
Karena, kanopi dengan genteng memang merupakan pakem negeri tropis .....
Di Jakarta, bangunan tnggi yang memakai pakem arsitektural perkotaan hanya Gedung Dharmala.
Â
Memakai kanopi2 beton (bukan genteng), yang memungkinkan air menuruni kanopi yang dibuat morong seperti genteng, dan menuju talang2 air, dan sebagian dibiarkan langsung terjun kebawah, sebagai estetika.
Kedua,
Tetap memakai kaca sebagai bagian dari dindingnya, tetapi tidak full, dengan bagian lain dengan dinding panel yang di cat. Karena, jendela2 kaca tetap dibutuhkan untuk pancaran sinar matahari, tetapi bukan full kaca yang membuat silau.
"Masalah" lain yang cukup membuat aku sbagai serang arsitek humanis adalah, Jakarta tidak berusaha untuk mengangkat budaya nya untuk identitas kotanya.
Jakarta adalah ibukota Negara Indonesia, sebuah Negara kaya segala2nya termasuk kaya akan budaya. Tetapi Jakarta sebagai ibukota metropolitan yang kaya akan budaya, tidak berusaha untuk mengangkat budaya bangsa tersebut.
Di Indonesia, bisa diberi contoh tentang Bali. Kota2 di Bali, termasuk Denpasar sebagai ibukotanya, mereka benar2 membawa budaya Bali untuk identitas kota2nya. Patung2 Bali, besar2. Ukiran2 Bali terpampang dimana2 sebagai streetscape kota. Dan sebagainya.