Lalu, aku beranjak masuk lagi, karena meeting sudah dimulai. Dan aku "lupa" sesaat kemarahan itu, sampai meeting selesai
Selesai sampai di situ? TENTU TIDAK!
Setelah selesai meeting, emosiku mulai meledak lagi, ketika aku dengan sengaja berada di teras lobby tadi pagi, dan memperhatikan apa yang terjadi. Ternyata, benar saja! Masalahku ini bukan sembarang masalah. Ini masalah kepedulian!
Disabilitas itu bukan seperti aku saja, secara cacat fisik. Banyak orang tua yang memakai kursi roda, bingung ketika mobilnya harus berenti di tengah dan menurunkan penumpangnya. Padahal mereka butuh kursi roda segera! Dan kursi roda harus dibawa dulu ke teras lobby tetapi mereka menunggu dulu sampai ada yang membantu!
Begitu juga, anak-anak dan balita. Supir atau ayah mereka menenteng stroller sementara anak-anak bayi mereka digendong ibunya. Mengapa? Karena mobil-mobil di belakangnya tidak sabar dan terus mengklakson!
Bagaimana dengan si petugas songong? Cuek saja, tuh!Â
Bagaimana emosiku tidak turun? Apakah si petugas atau mall ini bisa merasakan, JIKA ADA SODARA MEREKA YANG CACAT ATAU ANAK-ANAK MEREKA KESULITAN DENGAN DISKRIMINASI INI, BAGAIMANA MEREKA AKAN BERSIKAP?
Sepertinya, hati mereka sudah tumpul. Karena mereka membuat aturan bukan dengan hati mereka, tetapi dengan isi kepala mereka hanya hanya berpikir tentang "supaya petugas-petugas tidak susah mengatur mobil-mobil keluar masuk mall, dan membatasi jalur-jalur menjadi 3 jalur, dengan cone orange!"
EGOIS! INI TERMASUK DISKRIMINASI!
Entah, siapa yang berpikir untuk melakukan diskriminasi ini, aku tidak tahu. Tetapi yang jelas, sebagai bagian dari disabilitas dunia dan sebagai seorang arsitek di sebuah perusahaan developer besar yang juga mendesain dan membangun mall besar, aku tetap berusaha untuk memperbaiki, apa yang kurang dari mall tempat aku bekerja, untuk lebih baik bagi teman-teman disabilitas.
Tetapi, mall ini justru "menutup" dirinya untuk kami, kaum disabiltas! Mall ini justru membuka diskriminasi untuk kami! Dan membuat kami semakin menjauh dari kehidupan yang inklusi sebagai warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama.