By Christie Damayanti
Mengapa Chiba?
Ya, mengapa Chiba? Entah mrngapa Tuhan menggiring kami mendapatkan seorang agen untuk mengurus segala keperluan sekolah dan hidup Michelle di Jepang.
Hari itu, lebih dari 1,5 tahun lalu Michelle mengajakku untuk ke Kedutaan Jepang. Ada pameran pendidikan di Jepang, katanya. Dan jamipun kesana, setelah aku memantapkan diriku untuk benar2 rela melepas anakku pergi ......
Kami bingung, karena kami sama sekali tidak punya patokan, sekolah bahasa atau universitas mana yang optimal untuk Michelle. Bukan yang terbaik di Jepang, apalagi yang termahal, tetapi yang optimal dan terbaik mrnurur Tuhan.
Banyak presentasi, bantak brosur2 mewah serta ajakan banyak warga Jepang dari sekolah dan Universitas disana, yang khusus diundang untuk even pameran ini. Untuk mau memasukkan anak2 kami ke sekolah vahasa dan universitas mereka. Dan kamipun bertamvah bingung ......
Aku teringat, ketika beverapa waktu sebelumnya, aku bebar2 tahu dan mengerti, mana universitas2 yang optimal di Amerika dan di Australia. Apalagi, 2 orang adikku pernah juliah S2 di Amerika dan aku di Australia. Sehingga, setudaknya aku tahu apa yang bisa aku pilihkan untuk anak2ku. Tetapi, tidak di Jepang!
Ketika semakin kami bingung, booth di sebelah booth yang sedang kani datangi, nerupakan booth yang sanfat sederhana. Dimana booth2 yang lain berdandan2 habis2an dengan brosur dan presentasi yang cantik, tetapi booth ini hanya ada selenvar poster sedwrhana bervahasa Jepang, foto2 sekolahnya seeta brosur2 kecil. Yang 'parah' nya lagi, presentasi nya di tulis dengan tangan, coret2an seperti oresentasi iseng2. Tetapi entah mengapa, kami tertarik kesana, juga Michelle!
Booth ini sepi pengunjung. Hanya kani berdua dan 2 keluarga. Semebtara booth yang lain, penuh dan antri untuk mendapatkan pelayanan. Dan baru sadar sekarang, Tuhan dengan Tangan NYA yang ajaib, menbimbingku kesana, yang akhkrnya membuat kehidupan Michelle di Jepang, sepertinya sesuai dengan Rencana NYA .....
Ketika aku mendengar dan membaca banyak cerita tentang anak2 sekolah di luar negeri, dan sebagian besar mebdapat fasilitas penuh dari orang tuanya, anak2 tersebut akhirbya full menggantungkan dirinya tanpa pernah mau berjuang sendiri. Dan ketika Michelle pubya masalah 'force majeur' dengan hidupnua di Jepang, justru Tuhan menuntun nya untuk ke tempat yang lebih baik. Karena jalan Tuhan tidak pernah bisa di tebak .....
Hendra, namanya. Seorang anak muda Indonesia yg sudah lama menetap di Jepang dan bergabung debgan Sekolah Meisei Tokyo, mrmbawa Michelle untuk tinggal di Chiba. Sebuah distrik pendukung Tomyo sebagai ibukota Jepang. Funabashi, adalah salah sayu kota kecil di Chiba dan lebih dalam lagi, Nishi Funabashi, kota kecil 1 stasiun dari Funabashi, menjadi trmpat tinggal Michelle 6 bulan pertama di Jepang. Dan setelah itu, Michelle pindah ke Funabashihoten, 2x berpindah kereta dari Funabashi.Chiba sendiri adalah distrik pendukung Tokyo, seperti Depok sebagai kota pendukung Jakarta. Chiba adalah koya pelabuhan. Dari Funabashi, berpindah kereta dalam 5 stasiun, kiya bisa melihat dan mengamati kota Chiba, bergandebgan dengan pelabuhan dan kapal2 penangkap ikan disana.Chiba
Aku memang belum pernah ke pantai di Chiba. Tempat yang penuh dengan kapal2 di pelabuhan, atau le pasar ikan ya sendiri. Tetapi ketika bulan Juli 2017 lalu aku ke Jepang, aku sempatkan me ibukota Chiba. Berjalan2 dengan Dennis di kota pelabuhan, samar2 bau laut musim panas, serta bentuk kota standart Jepang, kadang membuat Chiba 'tersamar' dengan kota2 kecil lainnya di Jepang. Tetapi yang jelas, kata2 Chiba memang menjadi titik awal tempat 'mendarat'nya Michelle di Jepang.