Pikiranku terus berputar. Resiko yang paling parah adalah, aku menjatuhkan diriku supaya aku bisa menyeret tubuhku menuju mejaku. Dan menghambil hp ku untuk minta pertolongan. Tetapi resiko itu yang terakhir, sehingga aku abaikan. Karena jika aku jatuh, bahkan menjatuhkan diriku sendiri, akan berakibat fatal untukku!
Tubuh kananku ini kebas. Kaku dan lumpuh. Jika aku menjatuhkan diriku sedemikian pun, ada resiko aku tidak bisa mengontrol jatuhku sendiri. Entah tubuh kananku yang langung tertekan antara tubuh kiriku dan lantai berkarpet, atau kepalaku terantuk lantai berkarpet, itu sama2 berbahaya bagi syaraf2ku yang sudah lemah karena serangan stroke 8 tahun lalu.
Tetapi, jika aku tidak menjatuhkan diriku sendiri pun, kemungkinan besar aku pun akan jatuh tanpa disengaja. Hasilnya, justru lebih buruk. Berusaha untuk jongkok pun aku ga mampu,dengan lutut kaki kananku yang tidak bisa ku control. Mau berpegangan kemana? Berpegangan ke frame2 lukisan prangko ibuku? Sama saja bohong! Karena, justru frames2 itu akan menibanku jika aku jatuh, dan aku semakin parah, kan?
Aduh .....
Tetapi, dalam aku berpikir Tuhan memang selalu mengirimkan malaikatnya untuk menolong umat NYA. Pertolongan NYA selalu tidak perrnah terlambat! Pertolongan NYA selalu tepat pada waktunya!
Tiba2 seorang bapak2 tua, turun dari escalator, yang berasal dari Hotel pullmann. Posisi area pameranku memang sangat strategis. Dari atas, pengunjung mall atau Hotel Pullmann, langsung bisa melihat aera pameranku, tanpa aku mengundangnya .....
Bapak tua itu turun ke area mall, padahl mall belum buka. Masih gelap dan masih sekitar jam 8.30an. Mau apa bapak tua itu ke mall? Dari cara berpakaian pun, beliau pasti bukan pegawai toko atau restoran. Bukan juga seorang boss dengan baju yang perlente.
Bapak tua itu hanya memakai kemeja coklat sederhana dengagn celana panjang hitam dan sepatu hitam, strandard saja. Dan seingatku, wajanya memancarkan keteduhan yang luar biasa!
Stelah kakinya menjejakkan lantai mall dari escalator, bapak tua itu menghampiriku dan menyapaku,
"Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu?"
Mataku terbelalak dan wajahku menjadi sumringah. Aku langsung minta tolong kepada beliau untuk menggandengku ke mejaku. Dan setelah aku duduk di kursiku sambil aku mengurut2 sedikit kaki kananku, bpak tua itu menawarkan bantuan lagi kepadaku.