Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Nikmatilah Pekerjaan Kita dengan Jam Kerja Kita, Selagi Bisa ...

30 November 2011   09:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:00 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_152728" align="aligncenter" width="643" caption="Illustrasi dari Google"][/caption]

Bagi pekerja dimanapun, jam kerja merupakan kehidupannya. Maksudnya, untuk bekerja kita bela2in bangun pagi, secara biasanya jam kerja mulai jam 9.00 pagi. Banyak pekerja tidak membawa mobil, melainkan naik kendaraan umum. Juga banyak pekerja tinggal jauh dari kantornya, malahan di luar Jakarta ( Dejabotabek ) sehingga mereka bangun pagi melebihi anak2 sekolahan. Mungkin jam 6.00 pagi mereka harus berangkat menuju tempat mereka bekerja, jika tidak mau terlambat.

Ketika jam pulang sekitar jam 5.00 atau 6.00 sore, mereka berbondong2 untuk mencari kendaraan umu pulang kerumahnya. Dan di jam2 itu, mereka akan terlalu capai karena kemacetan melanda dimana2. Dan ketika jam istirahat, banyak dari mereka berbondong2 ke warung atau restaurant, jika mereka tidak membawa bekal dari rumah, karena tidak sempat menyiapkannya secara harus meninggalkan rumah sepagi mungkin .....

Lalu, bagaimana dengan kami sebagai pekerja lapangan? Sedikit cerita tentang pekerja lapangan, salah satunnya aku, sebagai 'kuli proyek' .....

Sebanarnnya, jam kerja kami sama, jam 9.00 sampai jam 18.00 dengan hari Sabtu bergantikan piket 2 minggu sekali. Ya, semuanya sama. Tetapi, sejak aku mulai bekerja sebagai 'kuli proyek' tahun 1994, manajemen kantor kami memperbolehkan kami tidak usah absen jika memang susah. Karena, dimana2, proyek adalah jaud dari kantor pusat dan biasanya kami hanya menempati 'bedeng' yang kurang representative .....

*siapa suruh aku mau kerja jadi kuli proyek???*

Apalagi dimana2 juga, kerja proyek dan lapangan tidak kenal waktu. Bisa kerja 24 jam jika mendekati deadline, seperti aku. Dari pagi sampai pagi lagi, sehingga sehari2 kami hidupnya adalah di proyek .....

Dulu sebelum sakit, aku memang harus bekerja keras untuk menyelesaikan proyekku, sehingga bukan hanya 24 jam aku di proyek, tetapi bisa 'proyekku adalah rumahku' dan 'mobilku adalah kantorku', secara semuanya harus mobile dan aku tidak ada waktu mencari2 arsip hardcopy jika kerjaanku di bedeng ..... sehingga, tim manajemen memang mengerti bahwa orang2 seperti kami, tidak perlu meng-absen jika datang ke kantor dan pulang ke rumah.

Masalah jam kerja juga menjadi momok bagi sebagian pekerja di Jakarta. Sebenarnya, 8 jam sehari tidak terlalu lama dan sisanya merupakan jam untuk keluarga. Tetapi karena kemacetan yang melanda di jam2 sibuk ( pagi dan sore sampai malam ), praktis kehidupan mereka tetap bukan di keluarga mereka.

Pertama aku interview ketika aku melamar di sebuah perusahaan besar dengan proyek2 yang aku inginkan, si 'intervewer' bertanya kepadaku'

"Kamu memang ingin bekerja di lapangan? Tidak takutkah kamu, dengan bekerja seperti itu resikonya semakin besar dan banyak gangguan?"

Aku mantap untuk menjadi seorang arsitek lapangan, dan si 'interviewer' menanyakan lagi,

"Jam kerja arsitek lapangan, bisa jadi tidak menentu. Bisa sedikit jika memang sedang tidak ada pekerja ( misalnya libur ), tetapi bisa juga bekerja sampai 24 jam. Jam berapapun jika tugas memanggil, kamu harus siap, walaupun tengah malam".

Aku tetap mantap sambil menganggukkan kepalaku. Aku ingat, si pewawancara itu adalah seorang ibu2 tua yang ternyata bisa aku jadikan 'ibuku' karena beliau memang sangat concern kepadaku. Sacara aku memang seorang wanita muda ( tahun 1994 aku baru sekitar 25 tahun ), tetapi mantab dengan keputusanku menjadi arsitek lapangan. Dan dulu, beliau sering menelponku untuk sekedar mengingatkan makan siangku atau istirahatku .....

Bekerja sebagai orang lapangan sangat berbeda dengan pekerja2  eksekutif biasa. Jam kerjanya tidak tentu, tidak jelas, walau imbalannya memang sebanding dengan pekerjaannya. Belum lagi bonusnya. Serta 'network'nya, menjadikan aku bisa banyak berteman dengan banyak kehidupan. Mulai dari pekerja lapangan ( tukang2 dan buruh kasar atau satpam2 proyek ), supplier2 berbagai macam barang dari lokal Jakarta sampai internasional, juga berhubungan dengan konsultan2 lokal sampai asing dan sering berdiskusi bersama untuk menyelesaikan pekerjaan kami. Kami sering memanfaatkan survey dan tugas ke banyak tempat termasuk ke negeri lain untuk mencari material atau melihat konsep2 bangunan baru, sebagai bahan pembelajaran bagi kami.

Bahasa Inggrisku terasah dan kehidupanku berubah. Dari tidak lebih seorang wanita muda 'fresh graduate', menjadi wanita matang sebagai arsitek muda yang menyongsong masa depan gemilang, walau hanya sebagai 'kuli proyek' dengan jam kerja yang tidak jelas ..... Dan iru terus berulang dimanapun kami bekerja sebagai pekerja proyek, sampai sekarang .....

Motto kami sebagai pekerja lapangan cum satu : apapun dilakukan untuk menyelesaikan proyek, walau harus tidak tidur berhari2. Jam kerja tidak menjadi masalah, sejalan dengan senioritas kami. Makin lama kami mengabdi, semakin mampulah kami bisa membagi waktu antara pekerjaan dan waktu kami untuk keluarga.

Seperti aku, walau aku tetapi ingin bekerja sebagai 'kuli proyek', aku lebih bisa membagi waktu antara pekerjaanku di proyek, pekerjaanku sebagai dosen dan sebagai ibu dari 2 orang anak ABG. Sama dengan pekerja2 lainnya, semakin lama bekerja, semakin tinggi pula posisinya. Hanya bedanya, kami tetap bekerja di lapangan walau jabatannya tinggi, tetapi pekerja2 lainnya berada di kantor2 mewah sebagai pengambil keputusan .....

Jam kerja bagi pekerja dimana2 sama saja, tetapi bagaimana kita bisa membuat pekerjaan kita menjadi kehidupan kita. Jika kita menyenangi dan mencintai pekerjaan kita, kehidupan kita akan selalu gembira dan bahagia. Dan jika kita tidak menyenangin dan tidak mencintai pekerjaan kita, kita akan terpuruk dan selalu menyesali diri dalam bekerja, sehingga kita akan sering berpindah2 pekerjaan sebagai 'kutu loncat'. Dan itu akan menjadi 'lembaran hitam' untuk perusahaan tentang kita .....

Nikmatilah pekerjaan kita dengan jam2 kerja kita, selagi bisa .....

Salamku .....

Profil | Tulisan Lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun