Mohon tunggu...
Christianto Harsadi
Christianto Harsadi Mohon Tunggu...

Akulah penyandang tunarungu. Aku memang tidak bisa mendengar dengan telinga, tetapi aku bisa mendengar dengan hati. Aku ingin memperjuangkan hak-hak penyandang tunarungu maupun penyandang disabilitas lainnya untuk mendapatkan martabat yang sederajat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Keinginan dan Cita-cita

20 Februari 2013   17:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:59 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Secara pemahaman kedua hal itu ada kaitan dalam pemilihan jurusan bagi siswa yang akan melanjutkan pendidikan tinggi. Namun, sebagian siswa kesulitan memilih jurusan akibat masalah keinginan dan cita-cita. Menurut pengertian antara keinginan dan cita-cita itu berbeda. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1982), cita-cita adalah keinginan (kehendak, harapan) yang selalu ada di pikiran (hati), sedangkan keinginan adalah barang apa yang diingini, harapan. Hal itu dapat disimpulkan bahwa cita-cita itu mempunyai arti lebih luas dibandingkan keinginan. Cita-cita merupakan mimpi yang ingin dikejar oleh seseorang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, misalnya ingin jadi pengusaha. Keinginan adalah kehendak yang bersifat tidak mutlak dan dapat bebas memilih apapun yang diinginkan, misalnya ingin punya mobil.

Siswa berhak memilih jurusan berdasarkan cita-cita atau keinginan, bahkan bisa juga sekaligus. Umpamanya, Adi bermimpi untuk jadi programmer yang andal, namun ia ingin membuat program yang bermanfaat dan mudah digunakan bagi penyandang disabilitas. Maka dari itu, ia harus mengambil jurusan sistem informasi. Jika salah mengambil jurusan, maka ia harus menentukan pilihan yang tepat karena beberapa perguruan tinggi menawarkan jalan keluar, yaitu pindah dari jurusan yang salah ke jurusan yang benar dengan syarat: telah memenuhi administrasi yang telah ditentukan oleh pihak perguruan tinggi dan telah menyelesaikan studi dari jurusan yang salah selama satu tahun. Selain itu, masih banyak pilihan yang dapat ditentukan daripada harus menganggur gara-gara salah ambil jurusan. Soalnya kita tidak perlu khawatir karena Tuhan sudah punya rencana yang baik bagi kita.

Jika tetap melanjutkan studi pada jurusan yang salah, kita tidak boleh menyerah karena siapa tahu kita mendapatkan hasil yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun