Mohon tunggu...
Chrismita Budi L
Chrismita Budi L Mohon Tunggu... -

i'm creating my own constellation

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pupuk Kompos dari Rumput Teki

6 Maret 2018   02:10 Diperbarui: 6 Maret 2018   02:59 1978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumput teki (Cyperus rotundus) adalah salah satu tumbuhan liar yang biasa kita jumpai di pekarangan rumah, tepi jalan, kebun, atau lahan pertanian. Rumput teki memang jarang dimanfaatkan sehingga terlihat seperti tumbuhan yang tidak berguna. Namun, tahukan Anda bahwa rumput teki bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos? Mari kita simak artikel dibawah ini.

Rumput teki merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai pada musim hujan maupun musim kemarau, namun jumlahnya akan lebih banyak saat memasuki musim hujan. Rumput teki dapat bertumbuh dan berkembang dimanapun bahkan di lahan pertanian. 

Keberadaan rumput teki akan merugikan jika tumbuh di sekitar tanaman budidaya, karena berperan sebagai gulma yang akan melakukan kompetisi dengan tanaman budidaya dalam memperebutkan hara, air, udara, maupun sinar matahari. 

Oleh sebab itu, rumput teki pada lahan pertanian biasanya akan dikendalikan dengan penyemprotan herbisida atau dicabut dan dibuang begitu saja. Akan tetapi, rumput teki berpotensi sebagai pupuk kompos mengingat jumlahnya yang banyak, mudah didapatkan, dan proses pengolahannya pun sangat mudah.

Dalam pembuatan pupuk kompos dari rumput teki maka bahan yang dibutuhkan selain rumput teki adalah EM4, gula, dedak, dan air. Rumput teki merupakan bahan organik utama dalam pembuatan kompos. EM4 digunakan untuk menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. 

EM4 tersebut terdiri dari 95% Lactobacillus sp. Gula dan dedak digunakan sebagai bahan makanan mikroorganisme pada EM4 agar mikroorganisme tersebut dapat berperan aktif dalam proses penguraian. Sedangkan air digunakan untuk kelembaban pada bahan organik. Biasanya kelembaban dibutuhkan 30-40%.

Cara pembuatannya, rumput teki dicacah dengan tujuan untuk mempermudah proses dekomposisi, kemudian ditambahkan EM4, dedak, gula, dan air. Setelah tercampur rata, dimasukan ke dalam plastik hitam atau wadah tertutup, didiamkan selama 2 bulan. Semakin lama proses pengomposan maka akan semakin bagus hasilnya. Kondisi selama proses pengomposan perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. 

Jika kelembaban terlalu rendah atau tinggi maka dapat menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang atau bahkan mati. Alasan media yang digunakan berupa plastik hitam atau wadah tertutup, karena proses pengomposan harus dilakukan ditempat yang teduh atau terlindung dari sinar matahari dan hujan secara langsung. Jika menggunakan plastik hitam, maka harus diikat karena proses pengomposan terjadi secara anaerob atau tidak memerlukan oksigen.   

Semakin lama proses pengomposan, maka warna bahan organik tersebut akan berubah menjadi warna coklat atau bahkan nantinya bisa berubah warna mendekati gelap. Selain itu, juga terdapat jamur berwarna putih yang semakin lama jumlahnya semakin banyak. 

Hal-hal tersebut merupakan suatu indikator bahwa aktivator pada EM4 berperan dalam proses penguraian bahan organik dengan bantuan air, dedak, dan gula.  Semakin lama pengomposan akan timbul bau seperti tape atau alkohol, maka bau tersebut dapat dijadikan indikator bahwa proses fermentasi dalam pengomposan telah berhasil dan pupuk telah siap untuk diaplikasikan pada tanaman budidaya.

Selamat mencoba. Semoga bermanfaat !

Daftar pustaka

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun