Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Catatan dari Satu Bulan Invasi Rusia ke Ukraina

4 April 2022   16:24 Diperbarui: 4 April 2022   17:38 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tentara Ukraina Dalam Konflik Rusia-Ukraina. Sumber : japantimes.co.jp

Di tanggal ke-4 bulan ke-4 tahun 2022 ini, invasi Rusia ke Ukraina sudah berjalan dalam waktu satu bulan lebih. Semenjak Kremlin dibawah pimpinan Vladimir Putin mengumumkan invasi skala penuh Rusia ke Ukraina atas nama " Operasi Militer", berita akan kehancuran dan hilangnya banyak nyawa seolah menjadi makanan sehari-hari di setiap berita pada media massa. Konflik ini juga membawa banyak catatan yang menimbulkan berbagai kejutan dan kontradiksi dari perkiraan ribuan pengamat militer di seluruh dunia. 

Ketika Rusia melancarkan operasi militernya pada tanggal 24 Februari 2022 ke tanah Ukraina, banyak yang menganggap bahwa Ukraina dibawah pimpinan Volodimir Zelenskiy akan bernasib sama seperti Irak dibawah pimpinan Saddam Hussein yang tumbang ke tangan Amerika Serikat hanya dalam hitungan hari saja, mengingat kekuatan militer Ukraina secara statistik kalah jauh dibanding kekuatan militer Rusia. Nyatanya, target Rusia untuk menguasai ibukota Kyiv dan menjatuhkan pemerintahan Zelenskiy yang semula adalah 3-5 hari justru menemui kegagalan akibat perlawanan hebat dari militer Ukraina. 

Kekuatan pertahanan Ukraina bukan hanya diperkuat oleh tentara saja, tetapi juga dari puluhan hingga ratusan ribu warga sipil yang mendaftar untuk menjadi sukarelawan demi mempertahankan tanah airnya. Selain itu, tercatat sekitar 20.o00 sukarelawan asing dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Swedia hingga Inggris bergabung dengan unit militer pertahanan Ukraina. Semangat dan harapan Ukraina semakin bertambah ketika negara-negara NATO dan sekutunya mengirimkan ribuan persenjataan militer seperti roket anti-tank , misil anti-udara, senapan hingga amunisi lainya. Selain itu, Ukraina juga mendapatkan "hadiah" berupa ratusan tank, BTR hingga persenjataan lainya dari tentara Rusia ditangkap oleh tentara Ukraina.  

Elemen pertahanan Ukraina terdiri dari unit Angkatan Udara (AU), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Darat (AD) yang terdiri dari pasukan khusus Ukraina, pasukan darat Ukraina, dan Azov Batallion, nama terakhir ini yang menjadi propaganda Putin untuk "denazifikasi" pemerintahan Ukraina. Terkait dengan segala kontroversi akan paham Neo-Nazi yang dianutnya, Azov Batallion menjelma menjadi "pahlawan Ukraina" di berbagai media massa. Azov Batallion yang telah bertempur melawan militan pro-Rusia sejak 2014 ini berhasil  memberikan perlawanan sengit terhadap militer Rusia di kota Mariupol, yang merupakan markas besar militer mereka. Meskipun dibomrbardir terus menerus oleh serangan udara dan artileri Rusia, Azov Batallion di Mariupol tetap mampu melakukan pertahanan meskipun Rusia dikabarkan sejengkal lagi menguasai Mariupol. Hingga kini, Mariupol menjadi kota dengan kehancuran terparah semenjak invasi Rusia ke Ukraina dimulai. 

Rusia yang sebelumnya diprediksi akan menguasai mengalami krisis moral setelah kehilangan ribuan tentara yang gugur di Ukraina. Hingga kini, Rusia telah kehilangan 6 jenderal terbaiknya yaitu Mayjen Andrei Sukhovetsky, Mayjen Vitaly Gerasimov, Mayjen Andrei Kolesnikov, Mayjen Oleg Mityaev, Letjen Andrei Mordvichev, dan terakhir adalah Letjen Yakov Rezantsev yang gugur di Ukraina. Rusia juga kehilangan beberapa perwira terbaiknya seperti Letkol Denis Glebov, Perwira Chechnya yaitu Magomed Tusayev, Letkol Dmitry Safronov, Komandan Konstantin Zizevsky, Letkol Yuri Agarkov, Vladimir Zhonga, Kolonel Andrei Zakharov , Kolonel Serhiy Polohnya, Kolonel Sergei Sukharev, dan Kapten AL Andrei Paly. 2 nama terakhir adalah pukulan telak bagi Rusia mengingat kedua perwira tersebut adalah perwira terbaik yang memiliki pengalaman tempur di Ukraina. 331st Guards Parachute Regiment yang dipimpin oleh Kolonel Sergei Sukharev juga kehilangan 39 tentara terbaiknya disamping Kolonel mereka yang gugur. 331st Guards Parachute Regiment adalah salah satu unit militer terbaik yang dimiliki oleh Rusia disamping Spetznaz. 

Selain kehilangan ribuan tentara dan jenderal terbaiknya, Rusia juga kehilangan ribuan peralatan militernya. Dilansir dari Oryx, Rusia kehilangan 2394 peralatan militernya diantara lain adalah 410 tank, 279 kendaraan lapis baja, 76 kendaraan infantri, 38 helikopter, 19 pesawat dan 3 kapal. Sedangkan Ukraina kehilangan 674 peralatan militernya diantara lain adalah 92 tank, 65 kendaraan lapis baja, 74 kendaraan infantri, 12 pesawat, 2 helikopter, dan 14 kapal. Kedua pihak sama-sama mengklaim merebut peralatan militer dari kedua belah pihak. 

Kerugian besar yang dialami Rusia mengakibatkan mereka kehilangan moral dan semangat tempur. Akibatnya adalah tentara Ukraina berhasil memanfaatkan momentum ini untuk melancarkan serangan balik. Wilayah-wilayah Ukraina yang tadinya sempat berada di tangan Rusia seperti Bucha, Irpin, serta beberapa distrik di area Kyiv, Cherhiniv, dan Kharkiv berhasil direbut tentara Ukraina. Bahkan fasilitas nuklir Chernobyl juga berhasil direbut dari tentara Rusia. Tentara Rusia akhirnya memutuskan untuk mundur ke perbatasan negara Belarus yang merupakan sekutu mereka. Menurut intel, Rusia kini memutuskan untuk fokus terhadap wilayah Ukraina Timur seperti Donbas dan Donetsk. Meski demikian, ada suatu kekhawatiran jika Rusia akan menggunakan senjata kimia ke beberapa wilayah Ukraina termasuk Kyiv. 

Mundurnya tentara Rusia dari beberapa wilayah tersebut ternyata meninggalkan pemandangan yang sangat mengerikan. Di wilayah Bucha, ratusan penduduk sipil dari pria dewasa hingga anak-anak dieksekusi oleh tentara Rusia. Dari berbagai media massa dan sosial, dapat terlihat bahwa ratusan jenazah penduduk sipil tersebut berserakan di jalan raya dan sebagian ditemukan di suatu pemakaman massal. Dapat disimpulkan bahwa ratusan penduduk sipil tersebut ditahan dan disiksa terlebih dahulu sebelum dieksekusi. Ini akan menjadi suatu kejahatan perang yang ditujukan terhadap Vladimir Putin setelah sebelumnya dia berjanji bahwa Rusia tidak akan membunuh penduduk sipiil. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun