Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sandera Abu Sayyaf Ditebus dengan Uang?

7 Mei 2016   15:49 Diperbarui: 7 Mei 2016   17:52 3013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesawat yang membawa Warga Negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (1/5/2016). Sepuluh Anak Buah Kapal WNI disandera kelompok bersenjata sejak 26 Maret 2016 lalu. (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)Akhirnya 10 sandera awak kapal Tug boat Brahma dibebaskan oleh kelompok teroris Abu Sayyaf. Lazimnya di negara kita, saling klaim siapa “Pahlawan” di balik pembebasan ini, timbul juga pertanyaan, apakah mereka dibebaskan dengan tebusan atau bebas tanpa tebusan? 

Ini adalah pertanyaan yang wajar, mengingat penyandera adalah “gerombolan perompak” yang membutuhkan “modal” untuk setiap operasi pengintaian dan penculikan korban. Hukum Alam adalah Hukum “Keseimbangan” Di balik duka tersembunyi suka. Keluarga korban dan perusahaan berduka, media dan para oportunis bersuka. Pemerintah dan rakyat ragu, ABRI maju tak gentar! 

Di atas segala kepentingan itu, akhirnya kekuatan diplomasi yang berbicara. Diplomasi lebih mengutamakan hasil daripada cara. Diplomasi adalah seni membaca di “kegelapan” mendengar di “keheningan” Kekuatan diplomasi seperti “Angin” Tak berwujud tapi terasa.

Lazimnya di negara kita, “pergunjingan” sehabis Ied lebih bergemuruh dibandingkan makna Hari Lebaran itu sendiri. Sukacita terbesar itu adalah menikmati “perilaku” anak-anak negeri, ketika terjadi suatu “moment” di Tanah Air, atau “moment” yang menyangkut pelakon “ber-KTP WNI”.

Para “pakar terbuang” atau merasa dirinya seorang pakar, kemudian berceloteh di media mengatakan “itu anu... anu itu” bak seorang “dewa mabuk” menyalahkan seseorang atau pemerintah, tanpa menawarkan solusi. Awalnya saya bertanya, mengapa media mau memberi panggung kepada “orang mabuk" itu? Oalah rupanya medianya juga adalah “media mabuk!” dan acara-acara begitu memang sangat dinanti “para pemabuk”!

Pemirsa “yang tak mabuk” bingung, mana yang lebih banyak mudaratnya, menonton “acara mabuk” atau menonton sinetron murahan yang tak masuk di akal, atau menonton acara show yang penontonnya dibayarin “supaya mabuk”?

Dunia tidak pernah meragukan kemampuan Pasukan Khusus ABRI. Akan tetapi Latihan Simulasi tempur Pasukan Gabungan ABRI di Tarakan dan liputan media atas latihan itu, jelas amat sangat mengganggu “jalur komunikasi” diplomasi yang sedang berjalan!

“Gelandangan jalanan penikmat lem” yang tengil, tidak takut atau tertarik dengan Kopasus! Australia, China, Malaysia, Rusia dan USA pasti tertarik dengan latihan gabungan itu. Akan tetapi, “gerombolan perompak tengil” sangat tidak suka diprovakasi dengan cara begitu, karena menyandera setan pun mereka tidak pernah takut!

Apa pun itu, akhirnya kita bersuka. Saudara-saudara kita dapat kembali berkumpul dengan keluarga mereka. Apakah mereka ditebus dengan uang? Wallahu a’lam. Jangan juga tanya pada rumput yang bergoyang, karena sangat susah mencari “rumput yang jujur” di negeri ini. 

Entahlah kalau lima puluh tahun lagi kita menemukan sesuatu yang tersirat dari surat-surat diplomasi pembebasan sandera awak kapal Tug boat Brahma...

Reinhard Freddy

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun