Berbahagialah pelatih yang mendapatkan dari apa yang sudah direncanakannya. Celakalah pelatih yang tidak mendapatkan dari apa yang sudah direncanakannya.
Community Shield, laga yang mempertemukan Liverpool (juara Liga Inggris) versus Crystal Palace (juara Piala FA) berakhir duka bagi pelatih Liverpool Arne Slot.
Slot yang tidak ada hubungannya dengan "slot gacor" judol (judi bola) ini awalnya pede untuk bisa memenangkan laga ini sebab ia memandang sebelah mata kepada Palace.
Hal ini dapat kita lihat dari susunan pemain yang diturunkannya. Tidak ada sosok pemain nomer enam (gelandang bertahan) di lini tengah.
Dua fullback anyar Milos Kerkez (kiri) dan Jeremie Frimpong (kanan) langsung diturunkan menemani duet Virgil van Dijk dan Ibrahima Konate.
Lini depan diisi oleh Cody Gakpo, Mohamed Salah dan penyerang tengah baru, Hugo Ekitike yang berada di depan pemain termahal Liverpool, Florian Wirtz. Sedangkan lini tengah diisi oleh double pivot Dominik Szoboszlai, Curtis Jones.
Mari kita amati apa yang diinginkan Slot lewat susunan pemain ini.
Florian Wirtz adalah pemain nomor 10 yang juga setipe dengan Dom (Dominik Szoboszlai) Â Dengan memainkan keduanya bersamaan, Slot tampaknya ingin intensitas serangan Liverpool tetap tinggi.
Bersama dua penyerang sayap (Gakpo dan Salah) plus penyerang tengah, Hugo Ekitike, Slot ingin benar-benar mengurung dan menekan Palace di area sepertiga lapangan.
Gol cepat Hugo di menit ke-empat kemudian seperti pertanda kalau Liverpool akan bisa menghabisi "the Eagles" dengan banyak gol.
Namun "mimpi Slot" segera berakhir, walaupun Liverpool kemudian mendapat bonus gol lewat umpan lambung Frimpong yang berubah arah, lalu masuk ke gawang Henderson.
Gol Hugo itu menunjukkan kelasnya sebagai penyerang hebat yang bisa memaksimalkan peluang. Gol itu memang lebih karena para pemain Palace belum benar-benar siap, dan tak menyangka kalau Hugo akan langsung menembak ke gawang. Kamada dan Lacroix pun terlambat menutup pergerakan Hugo. Akan tetapi sampai di situlah kejayaan Hugo, karena sejak itu ia tidak bisa lagi melakukan attempt on target!
Apa kabar dengan pemain bergaji termahal Liverpool?
Moh Salah yang kini menerima gaji sebesar 18,2 juta poundsterling (Rp 408 miliar/tahun)Â menghilang dari pertandingan kemarin. Untunglah dia masih mampu melepaskan sebuah tendangan lemah tepat ke Henderson, agar bisa menambah statistik on target Liverpool menjadi lima buah. Sisanya sepanjang pertandingan Salah hanya jogging saja mengitari Stadion Wembley.
Pemain dengan gaji termahal kedua, Virgil van Dijk, pemain bergaji 11,4 juta poundsterling (Rp 255 miliar/tahun)Â sukses "diayam-ayami" penyerang Palace sepanjang pertandingan.
Menit ke-15, Mateta sukses melewati meneer van Dijk, tapi Alisson berhasil memblok bola. Bola kemudian dikuasai Ismaila Sarr, tapi ia dijegal van Dijk setelah berhasil mengelabuinya. Wasit pun menunjuk titik penalti. Eksekusi kemudian diambil oleh Mateta menit ke-17. Gol, 1-1!
Menit ke-62 Eze lolos dari cegatan van Dijk. Untung Alisson masih bisa mengamankan gawang lewat aksi penyelamatannya. Menit ke-77, gol balasan Palace akhirnya tercipta lewat Ismaila Sarr. Lagi-lagi berkat kerapuhan van Dijk menjaga pertahanan. Palace 2 Liverpool 2.
Menit ke-79, Palace nyaris mencetak gol lagi dari tembakan Sarr di dalam kotak penalti setelah ia berhasil melewati van Dijk. Untung bola tembakannya bisa diblok tepat waktu oleh Kerkez.
Namun sebelumnya tangan McAlister terlihat jelas menyentuh bola. Lewat tayangan VAR terlihat bola jelas-jelas berubah arah setelah terkena tangan McAlister. Namun wasit menolak penalti, dan mengubahnya menjadi korner.
Di menit-menit akhir, aksi solo run Eze berhasil melewati pertahanan Liverpool. Sambil tetap berlari, ia lalu memberikan umpan manis kepada pemain pengganti Justin Devenny. Sayang tembakan Devenny tipis di samping gawang Alisson. Namun di laga adu penalti, Devenny menjadi penentu kemenangan Palace.
***
Kalau Slot memakai skema 4-2-3-1, maka Glasner memakai skema 3-4-2-1.
Kalau Slot punya dua pemain bernomor 10 (Wirtz dan Dom) maka Glasner pun punya Sarr dan Eze. Namun Glasner menduetkan keduanya di belakang penyerang tengah, Mateta yang sama tajamnya dengan Hugo Eketike Liverpool.
Terlihat sangat jelas kalau duet Sarr-Eze lebih berbahaya (dan juga efektif) daripada duet Wirtz-Dom. Selain bertugas menyerang, trio Sarr, Eze dan Mateta juga selalu melakukan pressing ketat, baik pada saat mereka kehilangan bola, maupun pada saat pemain Liverpool akan memulai buid-up serangan.
Itulah sebabnya Liverpool tidak bisa banyak melakukan attempt ke gawang Palace. Tercatat Liverpool hanya bisa melakukan 12 percobaan saja, berbanding dengan 14 milik Palace.
Mengapa bisa begitu?
Yah karena "Liverpool kalah jumlah pemain!" Â
Mari kita amati sisi pertahanan.
Glasner menempatkan trio Chris Richards, Maxence Lacroix dan Marc Guehi sebagai bek tengah di depan Henderson. Trio ini sukses mengamankan lini belakang Palace.
Sementara itu Liverpool memakai empat bek (dua bek tengah dan dua fullback) Nah, dua fullback Liverpool ini sebenarnya lebih tepat disebut wingback, karena mereka ini memang benar-benar "berperilaku seperti wingback."
Karena penyerang sayap kanan, Mo Salah "tidak kelihatan," maka Frimpong sebagai bek kanan pun terpaksa sibuk naik-turun membantu serangan maupun pertahanan. Akibatnya di pertengahan babak kedua, Frimpong yang tadinya "pakai Pertamina-Dex, kemudian beralih ke Biosolar bersubsidi untuk berhemat."
Milos Kerkez sepertinya ditugaskan menjadi inverted fullback. Ia bergerak ke tengah lapangan saat tim menguasai bola, untuk berduet dengan Curtis Jones, karena Dom akan sedikit naik untuk membantu serangan. Padahal ketika masih di Bournemouth, Kerkez ini lebih sering melebar, naik menyisiri tepi lapangan untuk kemudian memberikan umpan ke tengah. Â Â Â Â Â Â Â
Lucunya Kerkez ini sering terlihat ambigu. Di awal babak pertama, beberapa kali Kerkez ikut menyerang hingga ke kotak penalti Palace. Namun di babak kedua ia tak berani melakukannya lagi.
Kapten Liverpool itu sudah lemot, terpaksa Kerkez harus ikut menjadi bek tengah juga. Sebuah penyelamatan gemilang Kerkez ketika menjadi bek tengah, berhasil menghindarkan gawang Liverpool dari kebobolan.
Bek sayap kanan Palace, Daniel Munoz pun sangat berbahaya. Beberapa kali Munoz berhasil lolos, lalu memberikan crossing yang membahayakan gawang Liverpool.
Di pertengahan babak kedua, praktis kedua fullback Liverpool fokus membantu pertahanan saja. Akibatnya alur serangan Liverpool mengandalkan sisi tengah lapangan saja. Di sisi kanan, Mo Salah menghilang. Di sisi kiri, penampilan Cody Gakpo juga pas-pasan. Ia bahkan lebih banyak membantu lini tengah daripada mengkreasi serangan.
***
Jalannya pertandingan memang tidak mudah diprediksi karena berbagai faktor. Babak pertama sudah usai, dan kita bisa memahami apa yang terjadi. Dua kartu kuning didapat Liverpool dan intensitas serangan susah ditingkatkan seperti di awal-awal pertandingan karena pressing ketat Palace plus kreativitas serangan hanya bertumpu kepada Wirtz. Sementara itu Mo Salah dan Gakpo kurang kreatif.
Lewat pergantian pemainlah kita dapat melihat kualitas dari seorang pelatih. Slot kemudian melakukan pergantian pemain yang "kerilu" dan bener-bener "kerilu."
Pertama, Siapapun yang menonton pertandingan ini akan sepakat kalau Curtis Jones itu "tidak terlihat." Namun ketika ia ditarik di menit ke-71, keseimbangan Liverpool langsung goyah.
Paul Scholes (Manchester United) atau Fernandinho (Manchester City) adalah "pemain tidak terlihat," karena jarang mengkreasi serangan di sepertiga akhir lapangan. Namun alur bola (transisi dari bertahan ke menyerang atau sebaliknya) sering dikendalikan "pemain tidak terlihat"
Pemain pengganti Curtis, Wataru Endo adalah benar-benar seorang gelandang bertahan "tulen" yang seharusnya berduet dengan Curtis sejak awal pertandingan. Ataupun Slot memakai opsi Mac Allister-Endo atau Mac Allister-Curtis menjadi double pivot di lini tengah, karena Dom memang bukan pemain dengan karakter bertahan. Apalagi sejak tahun lalu, Mo Salah pun tak lagi dibebani tugas untuk membantu pertahanan.
Jadi sebaiknya Slot memilih salah satu antara Wirtz atau Dom yang akan dimainkan. Kalaupun Slot ingin memainkan keduanya secara bersamaan, maka Slot bisa meniru cara Glasner, yaitu menempatkan Wirtz-Dom di belakang Hugo. Artinya skemanya menjadi 3-4-2-1.
Kedua, menarik Hugo Ekitike untuk digantikan Mac Allister. Masuknya Mac Allister memang sudah tepat, tapi bukan menggantikan Hugo, melainkan Wirtz!
Ketika Wirtz kemudian ditarik keluar, perannya bisa digantikan Dom, yang malah kemudian bisa membuat dua tendangan on target (Wirtz sama sekali tidak mempunyai tendangan on target!)
Ketika Hugo Ekitike ditarik keluar, praktis tidak ada lagi serangan berbahaya ke gawang Henderson. Sebaliknya Palace kemudian mendominasi jalannya pertandingan.
Ketiga, mengabaikan sisi pertahanan.
Dari sembilan pemain cadangan yang tersedia, Slot hanya membawa satu bek (kiri) untuk menambal lini pertahanan yang diisi oleh empat bek! Ini namanya "kebangetan pakai banget!"
"Pelatih Normal" biasanya akan mengisi slot tersebut dengan perincian sebagai berikut, 1 kiper. 1 bek kiri. 1 bek tengah. 1 bek kanan. 1 gelandang bertahan. 1 gelandang tengah. 1 sayap kiri. 1 sayap kanan, dan 1 penyerang tengah.
Slot ternyata mengisi slot pemain cadangan tersebut dengan, 1 kiper. 1 bek kiri. 1 gelandang bertahan. 3 gelandang tengah (Mac Allister, Harvey Elliot dan Trei Nyoni) 1 sayap kiri (Rio Ngumoha) dan 2 sayap kanan (Federico Chiesa dan Ben Doak)
Entah apa yang ada dipikiran meneer Slot Ini. Van Dijk jelas-jelas penampilannya bapuk, dan sudah seharusnya diganti, tapi diganti dengan siapa? Di babak pertama Wirz dan Konate sudah mendapat kartu kuning. Konate yang tampak tertekan, sering bermain keras. Kalau sekali lagi ia mendapat kartu kuning, maka ia auto diusir dari lapangan. Kalau kondisi semakin memburuk, sudah seharusnya ada opsi mengganti Konate. Tapi diganti dengan siapa?
Bek kanan, Frimpong bermain atraktif dan mobile. Kalau ia cedera, lalu diganti dengan siapa?
Akhirnya Slot melakukan pergantian pemain belakang juga. Bek kiri, Kerkez kemudian digantikan oleh pemain yang usianya 10 tahun di atasnya. Kenapa ia diganti? Bukankah Kerkez baik-baik saja? Yah Kerkez harus diganti karena Slot kebetulan membawa seorang bek kiri, hahaha.
Yang paling kocak tentunya untuk posisi sayap kanan. Semua fans Liverpool pasti paham kalau Mo Salah tidak suka diganti. Ia bisa marah-marah. Mungkin ia mau diganti kalau sudah mencetak hattrick. Namun hingga adu penalti usai, Salah tak kunjung mencetak barang satu gol pun! Akhirnya Federico Chiesa dan Ben Doak cuma bisa tersipu malu sambil ngebatin, "sakitnya tuh di sini bang!"
***
Dalam sesi konferensi pers dengan wartawan Slot akhirnya mengakui kesalahannya dan mengatakan kalau Liverpool beruntung bisa menahan Palace hingga sesi adu penalti.
Yah Liverpool memang beruntung. Pada sesi adu penalti, Eze gagal mencetak gol ke gawang Alisson. Namun dari tayang ulang terlihat kalau kaki Alisson sudah maju melewati garis batas sebelum Eze menendang bola.
Yah semoga saja Slot cepat berbenah diri karena akhir pekan ini Liverpool akan menjamu Bournemouth di Anfield Stadium.
Salam sepak bola
YNWA!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI