Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ahok Memang Kagak Ade Matinye!

19 September 2020   14:10 Diperbarui: 19 September 2020   15:04 2503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Ahok, sumber : https://statik.tempo.co/data/2019/12/22/id_899844/899844_720.jpg

Ahok adalah korban politik dari kemunafikan anak negeri ini. Ahok sendiripun mungkin tidak sadar kalau ia "dipakai sebagai pecut" dalam bentuk Komut Pertamina. Untuk apa jabatan Komut Pertamina bagi orang seperti Ahok? Apakah ia kurang uang? Apakah ia kurang populer?

Kementerian BUMN adalah kementerian paling strategis saat ini. Pada saat dunia usaha hancur lebur, maka otomatis target penerimaan pajak akan terkoreksi pula.

Apa yang terjadi pada negara ini, mirip dengan apa yang kita alami saat ini. Ketika jam kerja dikurangi dan gaji tinggal separuh, apa yang harus kita lakukan? Padahal listrik, cicilan rumah, cicilan kenderaan, asuransi, kebutuhan rumah tangga termasuk susu anak, uang sekolah dan pengeluaran lainnya harus tetap dibayar tanpa bisa ditunda.

BUMN itu ibarat warisan dari keluarga. Mungkin sepetak sawah atau sebidang kebun di kampung. Mungkin sebuah rumah kontrakan, kios atau aset yang selama ini tidak atau jarang diperhatikan.

Dalam situasi krisis begini, BUMN diharapkan bisa memberikan kontribusi untuk menambal defisit pengeluaran tadi. Namun kita semua tahu kalau banyak parasit dan benalu yang menempel di pohon BUMN selama ini. Tadinya "penunasan daun dan pencabangan ranting pohon" diharapkan bisa memberi kesegaran agar pohon bisa tumbuh sehat kembali. Ternyata parasit ini hidup bukan hanya di daun atau batang saja, melainkan sudah nyaman pula bercokol di akar. Apakah pohonnya harus ditumbangkan sekalian, lalu dibakar?

Nah, Ahok adalah salah satu cara untuk menyegarkan sebuah pohon tanpa harus menumbangkan pohon tersebut.

Awalnya Erick Thohir terlihat hebat dengan membabat habis direksi BUMN bermasalah. Namun langkah Erick kemudian mandeg. Persoalan di BUMN itu bukan mismanagement atau miscalculation, melainkan fraud berjamaah. Kejahatan disitu sangat luar biasa biadabnya, melebihi di neraka, karena fraud itu didesain seakan-akan terjadi akibat dari mismanagement atau miscalculation. Contoh paling nyata dapat kita lihat pada kasus Jiwasraya.

Dalam kasus penyeludupan Harley Davidson dan sepeda Brompton yang melibatkan Ari Askhara dan Garuda, Erick kemudian memecat Ari sebagai Dirut Garuda. Namun tak ada kelanjutan ceritanya lagi. padahal menurut SMI dan Erick ketika itu, negara dirugikan akibat penyeludupan tersebut.

Berapa negara dirugikan? Ternyata Kemenkeu sampai sekarang belum selesai menghitungnya! Jadi pejabat negara itu ngono yo ngono ning ojo ngono.

Yang "paling sedap" itu adalah mendengar keterangan dari orang pecatan itu dalam acara Sharing Session Manajemen- Serikat Pekerja GA di Cengkareng pada 4 Desember 2019 lalu.

Ari beragumentasi bahwa "insiden" itu bukan kasus penyeludupan, melainkan masalah kepabeanan saja dan sama sekali tidak ada tindak pidana. Nah ini baru pernyataan waras Bli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun