Kalau proyek reklamasi teluk Jakarta mendapat label "Haram" maka proyek reklamasi Ancol dan Dufan ini mendapat label "Halal."
Ini memang mirip-mirip dengan situasi di Kompasiana. Â Ada yang mendapat label "Halal" (HL/Pilihan) dan ada yang "Haram" aka no label. Tapi ada pula artikel yang tadinya mendapat label Pilihan, kemudian "mendadak dangdut" kehilangan label tadi.
Setelah penulisnya "ngamuk-ngamuk" barulah admin kemudian berhasil menemukannya, lalu menemplokkannya kembali. Rupanya label itu terdjatoeh di bawah medja redaksi.
Tapi kalau soal kurasi ini, penulis hakul yakin kalau admin Kompasiana itu punya integritas, dan tidak mau boong kepada Kers yang sudah bersusah payah untuk membuat blog ini menjadi ramai bin meriah.
Akan tetapi lain padang lain pula belalangnya. Lain ojek lain pula aroma ketek abangnya.
Ini memang bukan soal ketek, tetapi menyangkut aroma tak sedap dari sipemberi label tadi, yang jelas-jelas diragukan integritasnya dalam hal "mengkurasi" kedua proyek reklamasi tersebut di atas.
Lantas bagaimana sikap penulis terhadap kasus ini.
Terkait reklamasi Jakarta, penulis tetap konsisten mendukung reklamasi, tapi "tanpa tipu-tipu."
Penulis mendukung reklamasi bukan karena Ahok, Anies atau siapapun gubernurnya, tetapi karena alasan teknikal bahwa reklamasi adalah satu-satunya jalan terbaik bagi Jakarta.
Setiap proyek pasti membawa aspek baik dan buruk. Akan tetapi jelas reklamasi Jakarta ini jauh lebih banyak manfaatnya daripada mudaratnya.
Memang kalau sudah menyangkut kepentingan politik dan juga urusan "amplop-amplop" maka di negeri ini yang bengkok pun bisa menjadi lurus, dan yang lurus mejadi bengkok.