Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Solksjaer Lolos dari Pemecatan Setelah MU Kalahkan Spurs 2-1

6 Desember 2019   14:59 Diperbarui: 6 Desember 2019   15:33 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Solksjaer vs Mourinho, sumber : jogja.tribunnews.com

Pelatih MU, Ole Gunnar Solkskjaer akhirnya bisa mengurut dada. Solkskjaer dipastikan akan tetap bisa merayakan Natal 2019 bersama para pemain MU di kota Manchester.

Walaupun masih bersifat sementara, tetapi Solkskjaer layak bersyukur, mengingat nasib miris rekannya sesama pelatih yang baru saja tertimpa musibah pemecatan dari klub.

Unai Emery akhirnya menyusul Pochettino dipecat klub Arsenal pada pekan lalu. Teranyar Marco Silva juga baru saja dipecat Everton.

Tadinya petinggi Arsenal berharap kalau Pochettino akan mau menggantikan posisi Emery di Arsenal. Tapi Pochettino kemudian menampik pinangan tersebut dengan alasan tidak enak hati kepada fans Spurs, klub rival yang ditukanginya selama lima setengah tahun.

Sebenarnya bukan itu alasan utama Pochettino untuk menolak Arsenal.

Saat ini posisi Arsenal memang sedang kacau balau, bagaikan perawan di sarang penyamun. Mustahil rasanya bisa memperbaikinya dalam jangka waktu pendek. Apalagi petinggi klub dan fans Arsenal ingin yang serba instan. Kalau apes, bisa-bisa bernasib seperti Emery juga. Jadi Pochettino memang lebih suka menunggu pinangan dari MU saja.

Hebatnya lagi, Pochettino tidak ingin menyembunyikan keinginannya itu dari media dan fans MU. Old Trafford kemudian bergetar! Petinggi klub dan sebagian fans menyambut gembira hasrat dari Pochettino tersebut. Itulah yang membuat laga MU vs Spurs kemarin itu semakin memanas, karena posisi Solksjaer kini menjadi kritis !

Pochettino adalah mantan pelatih Spurs yang dipecat dan kini ingin mengincar kursi Solksjaer sebagai pelatih MU. Sebaliknya Mourinho adalah mantan pelatih MU yang dipecat, dan kemudian berhasil melengserkan Pochettino dari kursi pelatih Spurs.

Sementara itu Solksjaer posisinya bagaikan telur di ujung tanduk! Kalau MU kalah dari Spurs, maka Solksjaer mungkin akan merayakan natal di kampungnya, Molde...

Bagi penulis sendiri, laga ini bukan sekedar bigmatch, tetapi lebih tepat sebagai laga "Super bigmatch!" karena menyangkut harga diri, marwah, ekonomi, status sosial, plus posisi klasemen.

Uniknya, walaupun posisinya kritis, namun pada laga kontra Spurs ini Solksjaer mendapat dukungan maksimal dari petinggi klub, pemain, fans dan "MU haters" juga! Bukan karena mereka itu tidak suka kepada Spurs, melainkan karena benci kepada sosok bernama Mourinho!

Kepergian Mou akhir tahun lalu memang meninggalkan kesan tidak enak bagi semua pihak. Mou bukan hanya berselisih dengan petinggi klub, tetapi juga dengan para pemain dan fans! Untuk pertama kalinya dalam karir kepelatihannya, Mou kemudian "dipecat" oleh para pemainnya sendiri. Mou pun meninggalkan MU dengan membawa luka yang dalam.

Jelang laga MU vs Spurs, stadion Old Trafford pun mencekam. Apalagi kondisi MU kini sedang memburuk. Hanya bisa bercokol di posisi sepuluh klasemen dengan mencatatkan 4 kemenangan, 6 imbang dan 4 kekalahan dari 14 pertandingan.

Sebaliknya Mou bersama Spurs menuai hasil bagus berkat tiga kemenangan beruntun. Mou pun tampak percaya diri dan sesumbar akan melumat MU di kandangnya sendiri.

Walaupun tertekan, Solksjaer masih bisa optimis karena yakin anak-anak asuhnya itu akan bermain kesetanan di lapangan untuk mempermalukan Mourinho. Hal itu memang terbukti! Rashford, Lindgard, Fred, Mc Tominay dan Lindelof bermain kesetanan seakan ingin mengejek Mou yang sering mencela mereka dulu itu.

Sayang Pogba tidak dimainkan Solksjaer karena cedera. Luke Shaw juga hanya masuk beberapa menit saja sebagai pemain pengganti. Kalau tidak, rasanya kedua pemain yang paling sering dikritik Mou ini akan bermain seperti "banteng ketaton" untuk mempermalukan Mou.

Jalannya Pertandingan.

Susunan pemain MU sendiri cukup mengejutkan. Solksjaer lebih memilih Young sebagai bek kiri daripada Luke Shaw yang lebih bertenaga. Lindelof berduet dengan Maguire di sentral pertahanan, dan Bissaka sebagai bek kanan.

Solksjaer menempatkan duet gelandang bertahan, Fred dan McTominay sebagai jangkar di tengah lapangan. Duet ini kemudian menjadi bintang lapangan untuk mengendalikan permainan MU.

Di depan, Solksjaer seperti berjudi dengan memasang Rashford, Lindgard, James dan Greenwood yang miskin pengalaman sebagai penyerang utama. Timbul pertanyaan, mengapa bukan Martial yang lebih berpengalaman dimainkan sebagai penyerang tengah?

Tampaknya Solksjaer sudah mengatur strategi. Rashford yang akan menjadi otak penyerangan. Beroperasi dari sayap kiri, Rashford kemudian akan melakukan cutting inside, dan mengeksekusi dari luar kotak penalti, atau menerobos masuk kotak penalti lawan.

Lindgard yang sering beroperasi di sayap kanan kemudian digeser ke tengah untuk membantu Rashford. Sementara itu Greenwood dibiarkan bertarung sendirian di depan, sembari membuka ruang untuk pergerakan Rashford.

Alhasil, kita akhirnya melihat pertunjukan solo seorang "Ronaldo Keling" seperti di MU atau Real Madrid dulu itu. Solksjaer tampaknya berharap betul pada tuah "Ronaldo Keling" pada sosok Rashford ini, dan berhasil!

Marcus Rashford, sumber : wartakota.com
Marcus Rashford, sumber : wartakota.com
Penulis mencoba membayangkan sekiranya Solksjaer memasang Rashford di sayap kiri, Mata di tengah, Lindgard di sayap kanan dan Martial sebagai penyerang tengah.

Mata adalah seorang playmaker jempolan dan Martial adalah penyerang utama MU. Akan tetapi mobilitas dari kedua pemain ini pasti akan membatasi pergerakan dari Rashford sendiri. Rashford akan terisolasi di sayap kiri saja sehingga gampang dikoentji oleh serge Aurier.

Sebaliknya dengan memberi ruang berlebih kepada Rashford, Solksjaer berharap agar Lindgard dan James bisa juga membantu pertahanan, plus Sissoko juga tidak akan berani naik sembarangan untuk membantu penyerangan Spurs.

Hal itu kemudian terbukti di lapangan. Pergerakan liar dari Rashford membuat Aurier dan Sissoko harus bergantian menjaganya. Tekel terlambat dari Sissoko kepada Rashford kemudian bahkan memberi gol kemenangan bagi MU lewat penalti Rashford sendiri!

Sebenarnya strategi Solksjaer ini mencontek strategi Mou kala ia menghadapi tim-tim besar yang bermain dengan mengandalkan penguasaan bola.

Setelah bisa memastikan pertahanan dan gelandang bertahan "pat-rapat," maka Solksjaer fokus kepada serangan balik cepat, dan berusaha untuk mencuri gol terlebih dahulu, baru kemudian berusaha mengamankannya. Babak pertama memang menjadi milik MU. Ini memang trade-mark Mou, yang kemudian menambahkannya dengan pertahanan rapat ala "parkir bus"

Mourinho sendiri datang dengan rasa percaya diri yang tinggi. Berbekal tiga kemenangan beruntun plus sepuluh gol ke gawang lawan membuat Mou sumringah akan mempermalukan petinggi MU yang memecatnya, pelatih baru MU, para pemain nakal MU, plus fans yang sering menyorakinya dulu, di rumah keramat mereka itu sendiri!

Tak terbayang rasa bahagia mendalam di benak Mou ketika meninggalkan Old Trafford dengan membawa kemenangan dari tuan rumah...

Akan tetapi mimpi tinggal mimpi... Apa sebabnya?

Sebabnya karena Mourinho terkena azab dari gaya bermainnya sendiri!

Pertama, Solksjaer memakai ilmu Mou sendiri untuk mengalahkan Mou.

Laga MU vs Spurs kali ini mengingatkan penulis pada laga MU vs Liverpool yang berlangsung di Old Trafford pada Sabtu 10 Maret 2018. Kala itu, MU yang ditukangi Mou berhasil mengalahkan Liverpool 2-1 berkat dua gol cepat Rashford di babak pertama.

Solksjaer sepertinya ingin mengulang kisah MU vs Liverpool dulu pada pertandingan MU vs Spurs kali ini, dengan tokoh yang sama pula, yaitu sang "Ronaldo Keling" dengan dua gol emasnya.

Lewat pertandingan ini kita akhirnya menjadi tahu kalau Mourinho ternyata tidak punya obat moedjarab untuk menangkal ratjoen buatannya sendiri... Dan bagi Solksjaer yang posisinya kritis itu, resep dapur terkenal dari tuan Mourinho ini ternyata memang ampuh untuk membuat Mourinho sempoyongan!

Kini petinggi klub, para pemain, plus fans MU berada di belakang Solksjaer, karena Solksjaer berhasil membuat mereka itu terhindar dari cemohan Mou...

Kedua Mou terhanyut dengan gaya bermain Spurs.

3 pertandingan bersama Spur dilewati Mou dengan 3 kemenangan, 10 gol memasukkan dan 6 gol kemasukan.

10 gol memasukkan adalah hal luar biasa bagi orang se-pragmatis Mou. Akan tetapi 6 gol kemasukan adalah sebuah masalah besar juga sebenarnya bagi Mou.

Kalau dulu, hal seperti ini pasti akan membuat sosok seperti Mou akan gusar. Tetapi kini Mou tampak berubah. Entahlah apakah dia memang sudah berubah...

Bagi penulis, sosok Mou tampak seperti seorang Jurgen Klopp. Baginya tak masalah kemasukan banyak gol asalkan tim bisa memasukkan gol lebih banyak lagi ke gawang lawan!

Dalam pandangan (terbatas) penulis, Mou tampaknya belum ada melakukan perubahan mendasar pada sistim pertahanan Spurs yang memang rapuh, terutama dalam membaca permainan dan menutup area pertahanan, termasuk tembakan dari luar kotak penalti.

8 gol dari 4 pertandingan telah membuktikan hal itu. Gol pertama Rashford adalah karena pemain-pemain Spurs membiarkan Rashford mendapat ruang tembak dengan bebas. Kalau kita perhatikan, gol Rashford tersebut adalah fotocopy gol Rashford ke gawang Liverpool kala itu.

Sama seperti Loris Karius ketika itu, jari tangan Gazzaniga juga masih bisa menyentuh bola, tapi tendangan Rashford sangat keras, dan gol pun terjadi.

Gol kedua Rashford karena Sissoko terlambat mengambil keputusan, dan melakukan tekel terlambat pula, sehingga diganjar penalti!

Ya, keyakinan Mou yang berlebihan terhadap para penyerangnya, membuat Mou kemudian sedikit melupakan sektor pertahanan timnya. Apalagi Mou sangat yakin kalau memang tidak akan ada pelatih lain yang akan memakai strategi keramat seperti miliknya itu.

Yah, ini menjadi pelajaran penting bagi Mourinho, karena ternyata timnya kali ini adalah tim yang menyerang dengan mengandalkan penguasaan bola. Walaupun bermain di kandang lawan, tetapi Spurs justru menguasai  54% penguasaan bola.

Kali ini Mou justru kesulitan untuk membongkar pertahanan rapat lawan. Dan baru kali ini saya mendengar Mou menyindir lawannya karena bertahan terlalu rapat!

Waduh, terbalik nih...Mister Jose Mourinho ini rupanya selama bertahun-tahun menjadi pelatih sepak bola, belum pernah mendengar cibiran dari pelatih lawan terhadap strategi bertahannya yang ala parkir bus itu...

Nah, itulah penyebab tuan Mourinho ini terkena azab dan kalah, karena dia itu tampak seperti kacang yang lupa akan kulitnya....


Bravo Solksjaer...

Yang sabar ya tuan Mou....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun