Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Bedah Kasus Mogoknya Mercedes S600 Guard Jokowi

11 September 2019   00:36 Diperbarui: 11 September 2019   00:43 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil Presiden mogok, sumber: gardaindonews.com

Memasuki awal "September ceria," kemarin itu ada peristiwa yang kurang mengenakkan. Mobil Kepresiden jenis Mercedes Benz S 600 Guard mogok pada saat Presiden Jokowi mengunjungi Taman Digulis, Pontianak, Kalimantan Barat pada Kamis 5 September 2019 kemarin. Mogoknya si Mercy diduga disebabkan oleh masalah mesin.

Menurut presiden Jokowi sendiri, mobil dinasnya tersebut memang kerap ngambek. Sebelumnya, ketika presiden Jokowi melakukan kegiatan dinas ke Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Sabtu 18 Maret 2017 dua tahun lalu, mobil tersebut ngambek juga.

Memang usia mobil tersebut sudah lebih dari sepuluh tahun. Mobil itu sendiri dibeli pada zaman SBY menjadi presiden. Namun sepertinya ada suatu "kenangan buruk" yang membuat mobil tersebut ngambek setiap kali mengunjungi Kalimantan Barat. Apakah mobil tersebut punya cerita pada kehidupan sebelumnya dengan putri Kalbar? Wallahu A'lam...

Lalu, apakah benar usia (10 tahun) membuat performa mobil ini menjadi tak layak pakai?

Pada kasus tahun 2017 lalu, Manajer Departemen Humas Mercedes Benz Indonesia (MBI) ketika itu, Denis Kadaruskan memastikan bahwa MBI selalu memberikan pelayanan terbaik untuk pengecekan maupun perawatan mobil terkait, demi keselamatan dan kenyamanan penumpang mobil tersebut. Jadi faktor usia tidak lantas membuat mobil tersebut mogok, selama performanya tetap prima.

Itulah sebabnya Presiden Jokowi ketika itu tidak berniat untuk membeli mobil Kepresiden yang baru, karena MBI juga masih merekomendasikan mobil ini.

Lantas, apa kira-kira yang membuat mobil ini mogok atau "dibuat mogok?" mari kita cermati beberapa kemungkinan dibawah ini.

Pertama, Gangguan pada "ECU" (sistim keelektrikan mobil)

Kalau sekiranya MBI sudah menjamin semuanya oke, berarti hanya tinggal satu saja kemungkinan penyebab mobil ini secara teknis menjadi mogok, yaitu ketika "handling" didalam pesawat.

Bisa saja pada saat menaikkan maupun ketika menurunkan mobil dari kargo pesawat, ataupun ketika mobil berada di dalam pesawat, sistim keelektrikan mobil tersebut terganggu.

Gelombang magnet yang besar juga dapat mengacaukan ECU (Engine Control Unit) mobil. ECU merupakan otak dari sistim keelektrikan mobil yang mengatur kinerja mesin, transmisi, perangkat keamanan, AC mobil dan sistim elektronik lainnya.

Sialnya, mekanik terbaik pun tidak akan dapat mendeteksi kerusakan ini tanpa bantuan dari komputer! "Kekacauan" ini hanya bisa dideteksi melalui scanner, yang biasanya meliputi kesalahan input yang diberikan sensor, atau ECU tidak merespon data yang diberikan oleh sensor.

Gelombang magnet dari lokomotif kereta api yang disalurkan lewat besi rel, sering juga membuat mobil mogok karena mesinnya mati secara tiba-tiba ketika berada persis di perlintasan kereta api. Itulah sebabnya kita harus berhati-hati ketika akan melintasi rel kereta api.

Terkadang ECU mendeteksi adanya malfungsi, tetapi tidak menyalakan Check engine sehingga pengemudi tidak mengetahui trouble yang terjadi. 

Dalam kasus 18 Maret 2017 dulu, supir mengaku sudah menekan pedal gas, tetapi mobil tetap berjalan perlahan, dan "setting-gas mesin turun-naik." Ini adalah gejala khas gangguan pada ECU mobil.

Ketika kasus ini berulang, jelaslah ada sesuatu yang terlupakan. Sekalipun gangguan pada mesin sudah bisa diatasi, namun ECU ini akan selalu menyimpan "kenangan pahit" (kode trouble) yang pernah dialaminya. Itulah yang membuatnya bisa tiba-tiba ngambek tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Untuk mengatasinya hanya dengan satu cara saja, yaitu dengan jalan "me-reset" ulang ECU setiap kali terjadi trouble. Dengan demikian "kenangan" (trouble) itu akan menghilang dari "pikiran" si-mobil. Meminjam lagu pop Indonesia dari Geisha, si mercy ini perlu diperdengarkan lagu, "Lumpuhkan ingatanku..."


Kedua, Ada orang yang berharap untuk "menangguk di air keruh." 

Secara ekonomis, penyusutan mobil ini sudah nol, dan layak diganti. Sekalipun demikian, ditangan kolektor pastilah harga mobil ini tidak akan kurang dari Rp 5 miliar ketika ditebus! Apalagi mobil ini berlogo "SBY-JKW," presiden dengan masing-masing dua periode pemerintahannya.

Kemarin mobil dinas menteri dan pejabat negara baru saja diganti dengan biaya seratusan milyar rupiah. Kini saatnya pula mobil dinas kepresidenan harus diganti, dan pasti sudah banyak peminat mengantri untuk menebus mobil yang tahan peluru, tahan pentungan dan granat ringan ini.

Bagi horang kaya yang mendambakan mobil prestise, tentulah harga segitu sepadan dengan performa mobil ini.

Ketika mobil ini kemudian mogok, maka inilah saatnya terjadi "pertukaran pemain." Kalau orang seperti Fahri Hamzah saja sudah "merestui" pembelian mobil Kepresiden yang baru, tentulah pergantian mobil yang sudah mengabdi selama sepuluh tahun ini akan berjalan mulus. 

Namun Fadli Zon dan fans setianya itu punya usul lucu. Menurutnya mobil dinas Kepresiden yang baru nanti sebaiknya Esemka saja.

Ketiga, Ada pihak yang ingin mempermalukan Pemerintah.

Bukan rahasia lagi kalau banyak yang tidak suka kepada Pakde ini, tentu saja dengan berbagai alasan. Tidak bisa mengalahkan Pakde secara jantan, lalu timbullah ide-ide "memalukan" seperti isu asing-aseng, isu tenaga kerja China, dan berbagai isu berbau tengik lainnya.

Khusus untuk kasus mobil mogok pointnya adalah, "Kalau untuk mengatur mobilnya saja tidak bisa, bagaimana mungkin bisa untuk mengatur negara ini...!" Tentulah Fadli Zon dan teman-temannya akan sepakat dengan statement ini...

Kalau MBI sendiri bisa menjamin performa mobil ini, tentulah harus ada pihak yang bisa mengatur mobil ini agar mogok sesuai dengan keinginannya. Bagaimana caranya? 

Caranya dengan "setting" langsung ke ECU mobil. Tapi cara sabotase seperti ini harus melibatkan orang dalam, karena terbatasnya akses orang luar ke mobil kepresidenan.

Cara lainnya tentu saja dengan cara tidak langsung. Biasanya lewat induksi medan magnet atau cara lain yang belum diketahui secara pasti cara kerjanya, tetapi dapat mengganggu sensor-sensor mesin maupun ECU mobil. Mungkin pihak intelijen lebih mampu untuk menjelaskannya karena mekanik hanya bisa menjelaskan persoalan yang terjadi tanpa mampu menjelaskan penyebab dari persoalan itu sendiri. Tapi bagaimanapun caranya, yang pasti harus melibatkan "orang dalam!" 

Pada akhirnya kita perlu waspada. Kalau mobil Kepresiden bisa mogok tentu akan sangat berbahaya bagi keselamatan Presiden itu sendiri. Mercedes Benz S 600 Guard itu adalah "mobil keras" yang dilapisi peranti keamanan baja tahan peluru dan granat ringan. 

Akan tetapi mobil cadangan (Toyota Alphard) itu bukanlah mobil keras yang didesain untuk memberikan perlindungan kepada VIP seperti Kepala Negara.

Salam waras, dan jangan lupa untuk bahagia...


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun