Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ronda Malam, Siskamling dan Nostalgia Pos Kamling

10 September 2025   12:54 Diperbarui: 11 September 2025   12:12 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Dokumentasi Kelurahan Baktijaya

Siskamling dalam Perspektif Sosial

Kalau ditarik lebih jauh, siskamling sebenarnya bukan hanya mekanisme keamanan, tapi juga cermin modal sosial. Dalam teori sosiologi, ada istilah social capital: jaringan, norma, dan kepercayaan yang memfasilitasi kerja sama. Ronda malam adalah wujud nyata dari itu.

Warga belajar disiplin, berbagi tanggung jawab, dan merasa memiliki lingkungan. Tidak hanya mengandalkan "pihak luar" seperti satpam atau polisi, tapi juga sadar bahwa keamanan adalah tanggung jawab bersama. Itulah mengapa dulu kampung lebih terasa aman meski tanpa CCTV di setiap sudut.

Namun kini, gaya hidup perkotaan membuat banyak orang merasa cukup "membeli keamanan". Bayar satpam, pasang kamera, beres. Efektif, iya. Tapi kedekatan sosial jadi berkurang. Kita tidak lagi kenal siapa yang tinggal di rumah sebelah, apalagi hafal nama anaknya.

Siapkah Kita Kembali ke Siskamling?

Pertanyaannya, kalau aturan ronda benar-benar dihidupkan lagi, apakah masyarakat siap?

Jawabannya bisa "iya", bisa "tidak". Iya, karena masih ada banyak desa atau kampung yang tradisinya kuat, sehingga ronda malam akan cepat hidup kembali. Tidak, karena di banyak perumahan modern, ritme hidup orang sudah terlalu individualistik. Pulang kerja sudah lelah, akhir pekan lebih memilih rebahan ketimbang jaga malam.

Namun, bukan berarti mustahil. Siskamling bisa diadaptasi sesuai zaman. Misalnya, jadwal ronda dibuat fleksibel, dibagi sesuai kemampuan, bahkan bisa digabung dengan kegiatan sosial lain: arisan, kerja bakti, atau nonton bareng pertandingan bola. Dengan begitu, ronda bukan sekadar kewajiban, tapi juga hiburan dan ajang silaturahmi.

Bayangkan, kalau ronda malam ada sesi karaoke kecil-kecilan, bukankah itu akan lebih menarik? Atau ronda dikombinasikan dengan kegiatan literasi, semacam ngopi sambil baca buku. Intinya, siskamling harus dibungkus dengan nuansa baru agar relevan dengan gaya hidup sekarang.

Penutup

Siskamling memang bukan sekadar cerita masa lalu. Ia adalah bagian dari identitas sosial kita. Dalam setiap ketukan kentongan, ada pesan kebersamaan. Dalam setiap obrolan di pos ronda, ada ikatan sosial yang dibangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun