Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kembali ke Buku dan Pena

10 Mei 2025   10:26 Diperbarui: 10 Mei 2025   14:58 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kembali ke Buku Teks dan Tulis Tangan (Pexels/Arina Krasnikova)

Beberapa tahun terakhir, dunia kita dirajai oleh layar. Mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali, mata kita nyaris tak lepas dari gawai. Buku teks ditinggalkan, digantikan PDF dan e-book yang bisa dibuka kapan saja. Catatan manual kalah pamor oleh aplikasi pencatat digital.

Tapi, belakangan ada angin segar berembus: tren kembali ke buku teks dan tulisan tangan mulai merekah---pelan, tapi pasti.

Aneh? Tidak juga. Justru ini adalah bentuk perlawanan kecil yang bermakna terhadap era yang serba cepat, instan, dan terlalu digital.

Saya ingat masa sekolah dulu. Membuka buku teks yang baunya khas, menyusuri halaman demi halaman, menandai bagian penting dengan stabilo warna-warni, menulis catatan tangan di buku tulis bergaris tipis---semuanya menghadirkan sensasi yang sekarang terasa mewah.

Ada interaksi fisik yang tidak bisa digantikan oleh mengetuk layar. Ketika kita menulis dengan tangan, sebenarnya kita sedang "bernegosiasi" dengan isi pikiran kita sendiri.

Kita memilih kata dengan sadar, menciptakan ritme, bahkan terkadang mengkritisi isi buku sambil menuliskannya ulang dengan versi kita.

Di tengah dunia yang semakin digital, mengapa tren ini kembali?

Pertama, alasan kognitif.

Menulis tangan terbukti secara ilmiah membantu daya ingat. Sebuah studi dari University of California dan Princeton menyebutkan bahwa mahasiswa yang mencatat dengan tangan lebih mampu memahami materi ketimbang mereka yang mengetik.

Tulisan tangan memaksa otak menyaring informasi terlebih dahulu sebelum menuangkannya ke kertas. Sementara mengetik sering kali membuat kita asal salin, tanpa proses kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun