Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Me(Nyepi) di Antara Lebaran dan Puasa: Saatnya Jeda dari Hiruk Pikuk Dunia

29 Maret 2025   21:07 Diperbarui: 29 Maret 2025   23:53 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi Beragama| www.zetizens.id

Dalam konteks ini, Nyepi menjadi sebuah pengingat bahwa ada saatnya kita perlu menekan tombol "pause" dalam hidup. Bahkan bagi yang bukan umat Hindu, konsep menyepi ini bisa menjadi inspirasi. Coba bayangkan, sehari saja tanpa ponsel, tanpa televisi, tanpa harus memikirkan pekerjaan---seperti apa rasanya? Mungkin awalnya terasa aneh, tetapi perlahan, kita akan menyadari betapa pentingnya memberi waktu bagi diri sendiri untuk sekadar bernapas dan merasakan kehadiran diri kita sendiri.

Idul Fitri: Perayaan Kembali ke Kesucian

Di sisi lain, setelah sebulan berpuasa, Idul Fitri hadir sebagai momen kemenangan bagi umat Muslim. Kemenangan bukan dalam bentuk pesta pora, tetapi dalam arti kembali ke kesucian. Ada tradisi saling memaafkan, berbagi kebahagiaan, serta mempererat kembali hubungan yang mungkin sempat renggang.

Menariknya, makna Idul Fitri ini juga bisa dikaitkan dengan Nyepi. Setelah sehari penuh dalam keheningan, umat Hindu akan menjalani Ngembak Geni, yaitu momen untuk kembali beraktivitas dengan hati yang lebih bersih dan damai. Ini selaras dengan konsep Idul Fitri yang berarti kembali ke fitrah, kembali ke keadaan yang lebih murni dan suci.

Menemukan Makna di Antara Dua Perayaan

Bagi kita yang hidup dalam masyarakat yang beragam, memahami Nyepi bukan hanya tentang menghargai keyakinan orang lain, tetapi juga bisa menjadi refleksi bagi diri sendiri. Mungkin kita tidak perlu menjalani Nyepi secara penuh, tetapi setidaknya kita bisa mengambil hikmahnya: bagaimana kalau kita mencoba sehari tanpa media sosial? Bagaimana kalau kita memberi waktu untuk benar-benar fokus pada diri sendiri dan orang-orang terdekat tanpa distraksi gadget?

Begitu juga dengan Ramadan dan Idul Fitri. Bukan hanya sekadar menahan lapar atau bersuka cita dengan baju baru dan kue-kue lebaran, tetapi lebih kepada bagaimana kita menjadikan momen ini sebagai kesempatan untuk benar-benar kembali menjadi pribadi yang lebih baik.

Di tengah dunia yang semakin bising, baik Ramadan maupun Nyepi mengajarkan kita hal yang sama: terkadang, untuk menemukan diri kita yang sebenarnya, kita perlu menyepi sejenak. Dalam keheningan, kita tidak kehilangan, justru kita menemukan---menemukan makna, menemukan kedamaian, dan menemukan kembali diri kita sendiri.

Selamat Tahun Baru Saka 1947

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun