Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pertanian Organik, Ramah Lingkungan dan Jalan Menuju Swasembada Pangan

18 Februari 2025   18:02 Diperbarui: 20 Februari 2025   08:26 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertanian Organik, Ramah Lingkungan dan Swasembada Pangan | @ pressfoto via GRID.ID

Contoh konkret ada di Bali, di mana para petani menerapkan sistem Subak yang mengutamakan keseimbangan alam. Sistem ini bukan hanya soal irigasi, tetapi juga filosofi hidup yang menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan (Tri Hita Karana). Inilah bukti bahwa kearifan lokal sebenarnya sudah mengajarkan kita bagaimana bertani tanpa merusak alam.

Ketahanan Pangan: Bukan Sekadar Stok, tapi Akses dan Keterjangkauan

Ketahanan pangan sering disalahpahami sebagai sekadar memiliki stok pangan yang cukup. Padahal, menurut FAO, ketahanan pangan mencakup empat aspek utama: ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas pangan.

Artinya, meskipun Indonesia mampu menghasilkan beras dalam jumlah besar, jika harganya tidak terjangkau oleh masyarakat, maka ketahanan pangan tetap rapuh. Masalah ini tampak jelas saat harga beras melonjak tinggi, seperti yang terjadi di awal tahun 2024. Produksi mencukupi, tapi distribusi bermasalah, akhirnya rakyat yang dirugikan.

Untuk memperkuat ketahanan pangan, diperlukan kebijakan yang mendukung petani lokal, mengurangi ketergantungan pada impor, serta memastikan distribusi pangan yang adil. Beberapa daerah seperti Kulon Progo telah sukses dengan konsep Bela Beli, di mana pemerintah daerah mewajibkan konsumsi produk pangan lokal untuk kebutuhan sekolah, rumah sakit, dan instansi pemerintahan.

Swasembada Pangan: Mungkinkah?

Swasembada pangan adalah level tertinggi dari kemandirian pangan. Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mencapai swasembada beras pada tahun 1984 di era Soeharto. Namun, setelah itu, kita kembali tergantung pada impor.

Untuk mengembalikan swasembada, ada tiga strategi utama yang harus dilakukan:

  1. Meningkatkan produktivitas petani lokal dengan akses terhadap bibit unggul, teknologi pertanian modern, dan pendampingan yang berkelanjutan.
  2. Membatasi impor yang merugikan petani dengan menerapkan kebijakan proteksi terhadap produk dalam negeri.
  3. Menciptakan ekosistem pertanian yang sehat, mulai dari regulasi yang berpihak pada petani, ketersediaan lahan yang stabil, hingga insentif bagi petani yang menerapkan metode pertanian organik dan ramah lingkungan.

Beberapa negara seperti Thailand dan Vietnam telah berhasil menjaga kemandirian pangan mereka dengan model pertanian yang efisien dan berbasis komunitas. Kita juga bisa meniru, bahkan melampaui mereka, asalkan ada kemauan politik yang kuat dan partisipasi aktif dari masyarakat.

Bertani dengan Cara yang Benar untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Pertanian organik dan ramah lingkungan bukan sekadar wacana idealis. Ini adalah jalan yang realistis untuk memastikan ketahanan pangan dan menuju swasembada. Tantangannya memang banyak, mulai dari kebijakan yang belum sepenuhnya mendukung hingga mentalitas "lebih mudah impor". Namun, jika kita serius ingin melihat Indonesia benar-benar mandiri dalam pangan, maka reformasi pertanian adalah langkah pertama yang tidak bisa ditunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun