Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengantin Benteng Rotterdam

28 Desember 2014   23:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:17 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_362080" align="aligncenter" width="420" caption="Hotel Clarion Makassar - DOk.Pri"][/caption]

"Kepada seluruh peserta mukernas dimohon untuk kembali ke ruangan ini jam 13.00, terimakasih." Demikian suara panitia melalui pengeras suara setelah 2 sesi sedari pagi tadi. Padahal siang ini setelah sholat jumat, aku berencana untuk menemui Pak Armand dan beberapa alumni yang kebetulan juga sama-sama berada di Kampus Unhas. Rupanya ada perubahan jadwal acara, sehingga istirahat siang dipersingkat karena memang ada pembicara sesi ketiga yang terlambat datang.

"Assalamualaikum Daeng Armand. Maaf sepertinya sampai hari kedua ini saya belum bisa keluar hotel karena rangkaian acaranya ghak bisa ditinggal," tulisku dalam sebuah SMS yang aku kirim ke Daeng Armand.

Sebenarnya aku masih berharap bersua dengan teman-teman alumni dan Daeng Armand yang menjadi temanku di Kompasiana dan di Fesbuk. Sedangkan sabtu besok, hari terakhir aku di kota Angin Mamiri ini, namun dengan jadwal city tour yang telah diatur panitia.

Tak lama kemudian, Daeng Armand membalas SMSku, "Hahahaha... Dipenjara ni yeeee... Cari cewek aja di Clarion."

Aku tersenyum membaca kalimat terakhir Daeng Armand, untuk mencari cewek di Hotel Clarion tempat aku menginap. Aku pun mengirimkan SMS balasan, "Hahaha... bahaya kalau dapat ce makassar. Takut ghak bisa pulang lagi ke jawa. Betah di sini."

Menurut mitos, kalau kita macam-macam dengan anak gadis suku dayak, bisa-bisa kita tidak bisa pulang, bahkan kemaluan si pria bisa pindah ke jidat." Saya tidak tahu apa tuah atau pantangan di Makassar. Tetapi, jangan-jangan sama juga dan membuat aku tidak bisa lagi pulang ke Pulau Jawa.

Setelah istirahat siang dengan sholat dan makan siang menu hotel yang menyajikan cotto Makassar, aku kembali  ke ballroom, tempat acara dilaksanakan. Beberapa pembicara tampil bagus menambah wawasan dan pengetahuan tentang bidang yang sedang aku perdalam. Sedangkan jumlah peserta sepertinya tidak sebanyak pada saat sesi sebelum istirahat siang. Seperti halnya hari pertama, acara hari kedua ini juga akan diadakan sampai larut malam.

***

"Mas jangan kuatir, tidak ada siapa-siapa di sini," ujar si wanita sambil menarik tanganku. Aku mencoba menarik dan melepaskan tanganku, tetapi entah mengapa terlalu lemah untuk melakukannya. Apa mungkin karena dia begitu mempesona sehingga aku takluk dan menyerah begitu saja tanpa perlawanan. Tiba-tiba aku melihat bayangan istriku di ujung jalan. Dia memang tidak melihatku, tetapi bagaimana bila dia melihatku digandeng oleh seorang wanita lain? Aku mencoba berontak untuk melepaskan tanganku sekali lagi, tetapi tetap juga genggaman si wanita masih terlalu kuat. Aku mencoba berteriak sekuat-kuatnya, tetapi hanya mulutku yang terbuka tanpa terdengar suara apapun.

Aku mencoba melompat ke arah samping, agar istriku tidak bisa melihatku. Aku benar-benar bingung antara sembunyi dari pandangan istriku, dengan melepaskan diri dari pegangan si wanita. Tiba-tiba, "Bruuk...." Tubuhku terjatuh ke sebuah saluran air di belakang bangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun