Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ad Hominem dalam Diskusi

21 Juni 2012   01:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:43 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

"Ad Hominem iku panganan opo toh Om?" Demikian pertanyaan seorang Kompasianer pemula yang bertanya kepada saya secara imajiner. Saya yang ditanya juga gelagapan. Lah wong saya ini ghak pernah belajar istilah-istilah begituan sih. Maklum pertanyaan tersebut juga tidak pernah muncul di ujian dari SD hingga perguruan tinggi. Ya saya akui, mungkin memang saya yang kuper, gaptek dan label keren lainnya yang bisa Anda labelkan ke saya.

Ad Hominem sendiri terjemahan (ala saya) berarti menyerang secara personal. Tentu saja yang saya maksud menyerang di sini bukan main pukul-pukulan. Biasanya ad hominem terjadi secara verbal, baik kalimat yang diucapkan secara langsung maupun dalam bentuk tulisan. Hal ini paling sering terjadi pada berbagai diskusi atau debat.

Berikut contoh Ad Hominem yang boleh Anda amalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


  1. "Pantas saja argumentasi Anda lemah, lah Anda cuman tamatan SD"
  2. "Jangan mempermalukan diri Anda dengan argumen seperti itu, belajar lagi sana"
  3. "Dasar goblok, pendapat Anda tidak relevan"
  4. "Anda tidak level untuk berdiskusi dengan saya"
  5. "Ngakunya ustad, tapi kok jawab begitu saja tidak bisa"
  6. "Jangan mempermalukan dirilah. Tapi kalau tidak merasa malu ya tidak apa-apa"
  7. "Anda bukan orang yang siap diajak diskusi dan tidak siap belajar dengan orang lain. Maaf  kalau tanggapan Anda tidak saya hitung."
  8. "Ini apa ini yang ditulis? Bagi saya ini komentar ABG"


Dan banyak contoh-contoh Ad Hominem lainnya yang Anda pasti temui di Kompasiana, terutama di debat dengan tema AGAMA. Debat ala Ad Hominem ini kontra produktif untk sebuah diskusi, karena yang diserang adalah personal (eksistensi/ego) bukan argumentasi atau pendapatnya. Akibatnya perang caci-maki dipastikan tidak bisa dihindari. Sayangnya, tidak semua orang yang berdebat memahami bila kalimat yang diucapkan itu merendahkan orang lain.

Seharusnya, orang yang berdiskusi hanyan menanggapi argumentasinya saja tanpa menyerang 'personal' lawan diskusinya.

Contoh tanggapan:


  1. "Saya tidak setuju dengan pendapat Anda, karena hal tersebut...." (sebutkan alasan tidak setuju)
  2. "Pendapat Anda mungkin betul, tetapi..." (sebutkan argumentasi)
  3. "Saya hargai argumentasi Anda, namun..." (sebutkan argumentasu  yg lain)
  4. "Argumentas Anda belum menjawab pertanyaan saya, Anda hanya membahas..." (sebutkan poin komentarnya)


Dan masih banyak contoh kalimat dalam berdiskusi yang baik dan tidak saling melukai perasaan lawan diskusi Anda.

Jadi, please dong ah... hindari melakukan tindakan Ad Hominem bila Anda memang berniat berdiskusi yang sehat. berdebat sampai gempor boleh, namun tidak boleh merendahkan pribadi dan lawan diskusi Anda. Debat bukan ajang pemuasan ego dan menang-menangan. Diskusi atau berdebat adalah forum untuk bisa menguji pemahaman kita dengan mencoba memahami pendapat orang lain.

Selamat berdiskusi, namun jaga perilaku untuk tidak Ad Hominem ya.

Loh tadi Ad Hominem itu makanan apa ya? ;)

Tulisan Lain


  1. debat-agama-dan-karakter-kompasianer
  2. siapa-takut-konflik-bukan-nantang-loh-ya
  3. belajar-lebih-baik-cara-berkomunikasi-yang-baik-yuk
  4. manfaat-memaki-bukan-kamus-makian
  5. berbagai-jenis-konflik-dalam-rumah-tangga
  6. keluar-dari-jebakan-debat-tak-berujung
  7. paman-saya-berpesan-hindari-debat-agama
  8. komentar-panjang-artikel-baru
  9. membaca-karakter-m-nazaruddin-dari-tulisan-tangannya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun