Mohon tunggu...
Chistofel Sanu
Chistofel Sanu Mohon Tunggu... Konsultan - Indonesia Legal and Regulation Consultant On Oil and Gas Industry

Cogito Ergo Sum II Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin II https://www.kompasiana.com/chistofelssanu5218

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perebutan Kekuasaan antara Sadr dan Maliki, Aliran Politik Islamis Apa yang Akan Menang di Iraq?

23 Juli 2022   00:26 Diperbarui: 23 Juli 2022   00:32 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendukung Ulama Syiah Iraq (Kredit Fot : egyptindependent.com)

Di dalam dua kubu umum ini juga ada berbagai subkelompok lainnya.

Perwalian Iran dari Ahli Hukum Islam (Velayat-e Faqih) dan Partai Dawa Islam Irak, seperti Ikhwanul Muslimin Sunni, termasuk dalam kubu transnasional. Mereka percaya bahwa tidak perlu menunggu kemunculan kembali Imam Tersembunyi untuk mendirikan negara Islam, dan menurut syariat Islam diperbolehkan untuk mendirikan negara itu selama kegaiban Imam. 

Oleh karena itu, bentuk pembebasan sementara dicapai melalui pembentukan negara Islam Syiah transnasional.

Pendekatan Iran dan Irak mengembangkan pemahaman yang berbeda karena keadaan yang berbeda di mana mereka berkembang. Di Iran, Vali-e Faqih menjabat sebagai Pemimpin Tertinggi sementara Partai Dakwah Islam telah memilih pemimpin politik. Kubu utama kedua dalam Islam politik Syiah berfokus pada penyebaran prinsip-prinsip Islam di negara dan bekerja dalam proses politik nasional tanpa tujuan akhir untuk mendirikan negara Islam yang lebih besar. 

Dalam hal ini, kubu ini mengikuti pemahaman Najaf tentang fikih Islam dalam menolak Perwalian Ahli Hukum Islam dan keterlibatan signifikan dalam politik. Aliran Sadrist, Gerakan Kebijaksanaan Nasional, dan Partai Kebajikan Islam di Irak, serta faksi-faksi agama lainnya di negara lain, mencontohkan tren ini di partai-partai politik Islam Syiah domestik.

Mengingat berbagai arus dalam Islam politik Syiah ini, salah jika dikatakan bahwa konflik yang muncul antara Sadr dan Maliki hanyalah perselisihan pribadi, tanpa implikasi lebih lanjut bagi politik Irak.

Konflik tersebut tentu memiliki dimensi pribadi yang besar, bermula dari Pertempuran Basra ketika pasukan Maliki yang didukung AS menyerang pasukan Muqtada al-Sadr pada tahun 2008.

Namun perjuangan yang saat ini terjadi antara kedua partai ini untuk mendapatkan kekuatan politik juga pada dasarnya terkait dengan pertanyaan politik yang lebih luas di Irak juga. 

Konflik antara perwakilan utama dari dua aliran ini juga menimbulkan pertanyaan apakah doktrin Islam Syiah yang berorientasi global termasuk Partai Dawa Islam dan Perwalian Ahli Hukum Islam atau doktrin Islam politik Syiah Irak yang berfokus secara nasional akan menjadi tren politik yang dominan di Irak.

Sebagai seorang ahli opini publik Irak, saya berpendapat bahwa ada dukungan yang tumbuh di antara masyarakat Irak untuk gerakan Syiah Irak berbasis nasional atas pendekatan transnasional. 

Misalnya, pemilihan Oktober 2021 menjelaskan tingkat dukungan rakyat di komunitas Syiah untuk masing-masing pendekatan ini, dengan dukungan pemilihan yang jauh lebih besar untuk pendekatan nasional dibandingkan dengan model transnasional yang terutama diwakili oleh Kerangka Koordinasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun