Mohon tunggu...
chika chintiaferari
chika chintiaferari Mohon Tunggu... Jurnalis - kompasiana

chika chintia ferari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerinduan

30 November 2019   19:03 Diperbarui: 30 November 2019   19:13 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Angin berhembus merasuk kedalam tubuh, sinar bulan terang benderang menemani sepiku dimana orang yang selalu kutunggu tak kunjung hadir melengkapi malamku yang sunyi ini.

Sudah beberapa hari ini bunda dan ayah  tak berada disisiku karena urusan pekerjaan yang begitu banyak, hal itu sangat menyiksaku. Malam-malam yang kulewati tanpa mereka selalu membuat aku haus akan kasih sayangnya, tak terasa air mata ini jatuh memikirkan mereka sampai membuat aku terlelap.

Suara nyaring yang membuat kupingku terasa mau pecah dibuatnya aku mencari-cari asal bunyi itu dan bunyi nyari berasal dari ponselku," Ah sial aku ketiduran" kataku, aku mulai bergeagas ke sekolah , dan seperti biasanya ayah dan bunda sudah tidakterlihat karena sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku pergi ke sekolah diantar oleh paman dan setelah sampai di sekolah pagar sudah tertutup dan aku tidak bisa masuk, tapi karena bukan hanya aku saja yang terlambat jadi kami yang terlambat sepakat untuk mencari jalan pitas agar dapat memasuki area sekolah, untung jalanan itu aman dan tidak ada guru yag berjaga. Aku langsung berlari ke kelas dan berharap guru belum datang ke kelas dan benar guru yang mengajar jam pertama belum datang dan itu membuat aku lega. Aku langsung duduk dikursiku dengan nafas yang masih terengah-engah,"kamu kenapa seperti sudah lihat setan saja?" Tanya Diana "bukan lihat setan tapi aku habis lari-larian kirain sudah ada guru."jawabku. "makanya jangan suka telat terus" suara cempreng ayu terdengar di depan bangkuku. "baru juga sekali"timpalku. Sudah- sudah mending kalian kerjain tugas karena ada tugas dari guru, kata lina yang berjalan menghampiri kami.

Bel sudah berbunyi seluruh siswa dengan semangatnya bersorak karena pelajaran hari ini sudah selesai. " Icha jalan yuk! Bosan nih di rumah terus aja tiga sahabatku, tanpa berfikir panjang aku langsung menerima ajakan mereka. Sudah jam 22:30 malam aku sampai di rumah, aku lihat mobil bunda dan ayah ada di garasi, dan benar ayah dan bunda berada di ruang tamu yang sibuk dengan laptop didepannya masing-masing. "kamu dari mana?"Tanya ayah tanpa memalihkan wajahnya, "dari rumah teman" jawabku singkat, " kamu tahu ini sudah jam berapa? Tidak baik anak perempuan pulang larut malam begini" timpal bunda. "sejak kapan ayah sama bunda peduli sama aku, aku mau pulang atau tidak biasanya kalian tidak pernah menelfon ataupun mencariku", ayah langsung berdiri dari tempatnya"kamu itu kalau ditanya selalu saja ada jawabannya, kami bekerja banting tulang demi memenuhi kebutuhanmu, jadi jangan sekali-kali kamu merasa kami tidak peduli apalagi tidak sayang sama kamu, ini semua demi kamu."tegas ayah,"iya ayah dan bunda selalu memenuhi kebutuhan materiku tapi tidak dengan kebutuhan batinku, ayah dan bunda selalu sibuk dengan pekerjaan yang membuat aku merasa terasingkan oleh pekerjaan itu. Aku selalu iri dengan teman-temanku yang selalu menghabiskan waktunya bersama keluarganya, sdangkan aku selalu merasa ksepian setiap hari. Awalnya aku mengerti tapi aku juga butuh kasih sayang kalian, aku juga ingin seperti anak-anak yang lain pergi liburan, bercanda tawa dan makan bersama.

Waktu terus berlalu tanpa adanya perubahan yang membuat aku terbiasa dengan kesendirian ini, walaupun aku sangat membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuaku. Sekarang waktu sudah menunjukkan 23:00. Tiba-tiba perutku berbunyi, iya... sepertinya aku lupa mengisinya malam ini. Akupun menuju dapur, menuju meja makan, dan seperti biasanya dimeja ini aku sering sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun