Rumah ini didominasi oleh material kayu dan batu alam, serta berlantai kayu berwarna coklat. Karena suasana rumahnya yang nyaman, asri, sejuk, serta indah, Rumah Bosscha banyak dipakai untuk pemotretan preweeding, foto booklet angkatan, atau kumpul acara gathering keluarga/kantor. Tidak jauh dari lokasi Rumah Bosscha, terdapat Makam Bosscha yang masih terletak di area Perkebunan Teh Malabar. Sesuai wasiat Bosscha yang ingin dimakamkan di tempat yang sangat dicintainya, yaitu "Malabar". Makam  Bosscha berbentuk kubah dengan tiang penyangga, persis seperti bangunan Observatorium Bosscha yang ada di Lembang, Bosscha meninggal pada 28 November 1928.  Â
Undang-undang agraria dikeluarkan pada tahun 1870, dengan berlakunya UU agraria maka membuka akses seluas-luasnya pihak swasta untuk menanamkan modalnya disektor perkebunan. Â Bosscha sendiri mendapat julukan sebagai raja/saudagar/juragan teh dari Priangan karena berhasil menjadi saudagar teh di wilayah Malabar Pangalengan, melalui UU agrarian tersebut. Uang yang didapat dari hasil perkebuanan teh Malabar, tidak serta merta dihabiskan begitu saja oleh Bosscha, tetapi disumbangkan untuk pembangunan gedung-gedung yang ada di Kota Bandung, seperti: ITB, Gedung Merdeka, Observatorium Bosscha. Betapa besar sumbangan Bosscha untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Sumber Pustaka:
 Kunto, Haryoto. (1984) Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung: PT Granesia
https://tirto.id/lirik-bandung-selatan-di-waktu-malam-ciptaan-ismail-marzuki-gARf
https://www.bandung-tour.com/rumah-boscha-pangalengan/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI