"Terimakasih ya, sudah menolongku"
Noah baru ingat jika ia belum sempat mengucapkan kata terimakasih pada gadis itu. Ia tau kata terimakasih saja tidak akan cukup untuk membayar nyawanya.
"Sama-sama, lagipula aku senang bisa mengalahkan beberapa dari mereka"
"Maksudnya? Apa yang membuatmu senang?"
Tatapan mata Luna mengarah jauh seperti sedang mengenang sesuatu.
"Mereka lah yang sudah membunuh ayahku.... Selama ini aku mencari gerombolan mereka kemana-mana tapi tidak pernah ketemu"
"Turut berduka ya, Luna"
Noah mengusap bahu Luna saat melihat gadis itu mengelap air mata yang mengalir di pipinya.
"Aku sudah ikhlas kok", ucap Luna sambil tersenyum.
"Oh iya. Sekali lagi maaf ya karena aku sudah bersikap tidak sopan tadi. Aku tidak tau kalau kamu adalah pangeran di negri ini. Maklum lah, hidupku setiap hari hanya bertemu dengan domba, rusa, dan anjing hutan", lanjut Luna dengan terkekeh miris.
Luna sangat ingin dapat belajar seperti para gadis di pemukiman dan para gadis bangsawan. Namun apa daya, kondisinya seperti ini.