Jika saja tidak hanya wajahnya yang sama tetapi sikapnya juga sama seperti ibu Luna, ia akan sangat bersyukur.
Bukannya tidak bersyukur memiliki sang ibu. Noah hanya mendambakan sosok ibu yang menyayanginya bukan sekedar melahirkannya ke dunia.
Setelah merasa cukup, Noah pun melepas pelukannya kepada ibu Luna sambil mengusap matanya yang sedikit sembab.
"Nak, jika ingin mandi, ibu akan meminta Luna untuk menyiapkan air hangat"
"Tidak perlu, Bu. Takut merepotkan"
"Sudah... tidak apa, nak. Ini saja ibu sudah merasa tidak enak karena tidak menyambut kedatanganmu dengan baik"
+++
Setelah menyelesaikan kegiatannya masing-masing, Noah, Luna, dan ibunya berkumpul di teras rumah.
Suasana temaram tanpa penerangan lampu, hanya mengandalkan cahaya bulan dan lilin kecil. Maklum saja, rumah ini terletak di pedalaman hutan yang jauh dari pemukiman.
"Nak, ibu pamit tidur duluan ya... kalian juga jangan terlalu lama diluar, udaranya sudah mulai dingin"
Setelah berpamitan, ibu mengecup kening Luna dan mengusap rambut Noah sambil tersenyum. Lalu masuk ke dalam rumah.