Kedatangan pengungsi Rohingya ke Aceh menjadi masalah pelik bagi pemerintah, UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) atau Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi. Sampai saat ini Pemerintah memberikan kewenangan kepada UNHCR untuk menjalankan mandat perlindungan pengungsi dan untuk menangani permasalahan pengungsi di Indonesia. Penanganan pengungsi memerlukan langkah-langkah yang terkoordinasi, lintas sektoral dan melibatkan berbagai pihak. Penyelesaian sementara dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka tidaklah cukup, pendekatan kemanusiaan harus dibarengi dengan langkah proaktif, mengingat kondisi pengungsi Rohingya sangat memprihatinkan.Â
Kita mungkin sudah banyak mengetahui latar belakang pengungsi Rohingya, namun seberapa jauh kepekaan kita terhadap penderitaan mereka, pertolongan apa yang bisa dilakukan bangsa kita. Apakah langkah-langkah yang dilakukan sejauh ini bagi mereka sudah cukup membantu. Menjadi perenungan langkah apa yang dapat kita kontribusikan bagi mereka sebagai wujud kepedulian bagi sesama, tidak semata menggantungkan pada pemerintah dan UNHCR.
Saat awal mereka tiba janganlah dihalau, ditampung sementara berkoordinasi dengan pemerintah setempat, libatkan tokoh-tokoh agama dan masyarakat, berkolaborasi membantu masalah pengungsi. Keterlibatan tokoh agama dan masyarakat, diharapkan mampu menggerakkan umat, warga turut mengambil bagian dalam membantu pengungsi. Seringkali kurangnya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengungsi, bantuan lebih banyak bersifat sesaat untuk memberikan makanan, pakaian, obat-obatan, meski ini penting, namun kedepan akan menjadi masalah jika dilakukan dalam waktu yang lama, selain membebani masyarakat, pemerintah, juga pengungsi sendiri. Umumnya pengungsi Rohingya ingin mendapatkan suaka politik di negara lain, namun proses ini tidak mudah dan membutuhkan waktu lama.
Langkah selanjutnya yang bisa dilakukan bagi mereka di penampungan, dengan memberdayakan dan membangun kemandirian ekonomi, dengan pelatihan kerja misalnya; mengelas, pertukangan, montir, bangunan, bagi kaum ibu dengan aktivitas kerajinan tangan, membuat makanan, menjahit. Bagi anak-anak usia sekolah mengajak relawan mengajar di sana koordinasi dengan pemerintah setempat, perwakilan UNHCR, yayasan atau organisasi kemasyarakatan. Kegiatan-kegiatan ini mampu membangkitkan semangat mereka ditengah menunggu negara tujuan untuk mendapatkan suaka politik. Aktivitas ini penting agar tidak selamanya membebani masyarakat sekitar, dengan proses kemandirian ini justru akan terjadi relasi yang baik karena tidak saling membebani, dan harga diri pengungsi menjadi terangkat. Dengan keahlian atau keterampilan yang mereka miliki minimal bisa mendukung kehidupan mereka, kita sebagai negara yang sementara menampung bisa mendukung dan membantu mereka memaksimalkan keahlian mereka.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, penting bagi kita menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sekaligus berempati bagi penderitaan mereka. Bentuk empati yang cerdas dan membangun sangat penting dalam melakukan pendekatan bagi pengungsi, karena adanya perbedaan budaya, maka kita perlu memahami dan menghormati budaya mereka. Ini menjadi awal yang penting agar dalam membantu mereka menjadi tepat sasaran dan membawa perubahan yang lebih baik. Tepat untuk direnungkan apa yang Bunda Teresa katakan "Lakukan hal-hal biasa dengan cinta yang luar biasa". Esensi nilai-nilai kemanusiaan yang dimaknai dengan cinta kasih dan kepedulian bagi sesama pastinya akan membawa kebaikan tidak hanya bagi orang lain namun juga diri sendiri.
Pendekatan yang humanis bagi pengungsi Rohingya akan membantu meringankan beban penderitaan mereka. Masa depan, cita-cita, harapan hidup lebih baik menjadi sebuah mimpi bagi mereka, maka uluran tangan kita menjadi oase di padang pasir, minimal mereka bisa merasakan kehangatan, keramahan dan perhatian atas penderitaan mereka. Kekuatan harapan membuat daya juang besar dalam menghadapi kesulitan. Edward Kennedy (anggota Senat Amerika Serikat terlama ketiga dalam sejarah Amerika) mengatakan, "The work goes on, the cause endures, but the hope still lives and dreams shall never die." Dengan kata lain pekerjaan senantiasa terus berjalan, masalah senantiasa ada, namun harapan tetap hidup dan impian takkan padam. Jangan halangi nurani kita untuk melakukan kebaikan meski ada pengorbanan didalamnya. Pemahaman ini penting bagi kita agar saat memberikan pertolongan didasari cinta dan harapan demi kebaikan bagi sesama makhluk Tuhan.
Penolakan bagi pengungsi menunjukkan ketidaksiapan kita sebagai insan untuk berani berbuat kebajikan, apapun alasannya sikap menolak cerminan perilaku yang tidak manusiawi terlebih bagi yang sangat membutuhkan pertolongan. Pentingnya kesadaran bagi setiap kita menolong pengungsi menjadi kewajiban bagi yang mempercayai Tuhan. Hakikat Tuhan menciptakan manusia untuk saling mengasihi dan peduli bagi penderitaan sesama, maka seharusnya menolong bukanlah menjadi beban. Menolong justru menjadikan diri berbahagia karena mampu mengaktualisasi kebenaran yang diyakini menjadi tindakan kebaikan yang berguna bagi orang lain. Pemahaman ini penting agar dalam menolong pengungsi kita  tidak merasa terbebani, melainkan rasa bahagia dan hati tulus ingin mereka menjadi lebih baik.
Program pertolongan yang sekaligus memberdayakan bagi pengungsi sebaiknya didasari nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki, memahami bahwa program tersebut demi kebaikan bersama. Program yang dibuat dengan semangat kemanusiaan dan empati mampu menjangkau kebutuhan pengungsi dan berdampak baik bagi mereka.
Terlepas dari sisi negatif akibat kebaikan yang kita lakukan dalam penanganan pengungsi misalnya terjadi perdagangan manusia, kita tetap harus bijak bersikap dan memilah. Utamakan menolong pengungsi yang memang membutuhkan sambil mencermati kemungkinan tindakan perdagangan orang, lakukan koordinasi dengan aparat terkait jika terjadi tindakan melanggar hukum. Membuka hati bagi sesama dalam balutan nilai-nilai kemanusiaan dan empati yang dalam akan memberikan alternatif solusi bagi penanganan pengungsi Rohingya, wujudkan keyakinan kita pada Tuhan dalam tindakan nyata bagi kebaikan orang lain.
Tangerang, Â Maret 2025
Chen Siauw, S.E., M.Min.