Mohon tunggu...
chen siauw
chen siauw Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Sosial

Hobi membaca terutama topik-topik humaniora, dan mencoba menulis untuk menyalurkan ide, gagasan agar berguna bagi yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta yang Luar Biasa

10 November 2022   20:55 Diperbarui: 11 November 2022   07:21 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Lakukan hal-hal biasa dengan cinta yang luar biasa," kata dia kepada seorang imam yang mengenalnya melalui Misionaris Cinta Kasih. Inilah salah satu pernyataan Bunda Teresa yang sangat menyentuh dan layak direnungkan. Saat dunia dihebohkan dengan perang Rusia Ukraina yang sampai hari ini masih terus berkecamuk, dampaknya sudah terlihat tidak hanya kesengsaraan rakyat kedua negara yang berperang namun juga masyarakat negara-negara lain yang selama ini menjalin kerjasama ekonomi misalnya gandum, Ukraina sebagai salah satu negara penghasil gandum terbesar dunia sangat mempengaruhi negara-negara lain yang mengimpor gandum dari negaranya. Uni Eropa  banyak bergantung pada Rusia di sektor energi, dampaknya sudah terasa bagi negara-negara Uni Eropa saat ini.

Belum selesai masalah perang, badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menghadang tidak hanya perusahaan dalam negeri, namun perusahaan teknologi Meta (Facebook) kabarnya juga akan mem-PHK 11.000 karyawannya. Tak terbayangkan dampak pengangguran karyawan yang sebenarnya terdidik dan terlatih. Belum lagi angkatan kerja baru yang masih menganggur akan bersaing mendapatkan pekerjaan.

Dalam The Crucified God (1974), Jurgen Moltmann lahir 1926, di Hamburg, Jerman berpendapat bahwa Tuhan yang tidak bisa menderita adalah Tuhan yang kekurangan, bukan yang sempurna. Menekankan bahwa Tuhan tidak dapat dipaksa untuk berubah atau mengalami penderitaan, Moltmann menyatakan bahwa Tuhan berkehendak untuk mengalami penderitaan. Penderitaan Allah adalah konsekuensi langsung dari keputusan ilahi untuk menderita, Dan kesediaan ilahi untuk menderita. "Dalam sengsara Putra, Bapa sendiri menderita rasa sakit karena ditinggalkan. Dalam kematian Putra, kematian menimpa Allah sendiri, dan Bapa menderita kematian Putra-Nya dalam kasih-Nya kepada manusia yang ditinggalkan."

Pendapat Moltmann dalam pemahamannya bahwa Tuhan sepenuhnya merasakan penderitaan umat manusia patut dimaknai bahwa Tuhan tidak pernah abai atau tidak peduli dengan penderitaan manusia. Mari  kaitkan dengan pernyataan Bunda Teresa "Lakukan hal-hal biasa dengan cinta yang luar biasa", jika kita lakukan apa yang dikatakan Bunda, bukankah kepekaan dan kepedulian yang mewujud dalam tindakan penuh kasih pastinya akan meringankan sesama yang dahaga, kesepian, terpuruk, termarginalkan bukankah ini cerminan kasih Tuhan melalaui ciptaan-Nya.

Perang Rusia Ukraina tidak seharusnya terjadi bila pemegang kekuasaan mampu menahan diri dengan arif memaknai dalam kesungguhan hati pentingnya membangun cinta pada sesama, bukankah tindakan cinta pada sesama adalah cerminan  sifat Tuhan yang Maha Kasih, sebagai wujud peduli-Nya pada penderitaan manusia.

PHK masal, dampak sosial yang ditimbulkannya tidaklah mudah ditangani dalam waktu singkat. Pernyataan Bunda Teresa sangat relevan "Lakukan hal-hal biasa dengan cinta yang luar biasa", mari wujudkan pernyataan ini dalam tindakan nyata membantu sesama kita yang mengalami kesulitan, tekanan hidup, dampak PHK, dampak perang, dampak bencana alam, kaum marginal yang makin terpinggirkan. "Bukankah Tuhan dalam kasih-Nya juga peduli dengan penderitaan manusia", sekaligus introspeksi diri semua penderitaan ini terjadi "bukankah kita yang membuatnya" dalam keangkuhan, kepongahan, kerakusan, egoisme yang berlebihan, akhirnya tidak hanya merugikan sesama, diri sendiri juga menderita.

Tangerang,  10 November 2022

Chen Siauw

Mahasiswa Pascasarjana Magister Ministri

STT Amanat Agung-Jakarta

Email : siauwchen15@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun