Mohon tunggu...
Chelsea Anastasia
Chelsea Anastasia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

A student. Having interest in pouring thoughts into words has led me to be productive as a content writer and/or creator.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perubahan Iklim Kian Menjadi Perbincangan, Bagaimana Peran Jurnalisme?

22 Juni 2022   17:26 Diperbarui: 22 Juni 2022   18:08 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar video viral Peter Kalmus, seorang ilmuwan data. (Twitter/@CatrinEnhorn)

Beberapa saat lalu, warganet dunia dihebohkan dengan video viral Peter Kalmus, seorang ilmuwan data yang protes dan mengungkapkan keresahan tentang perubahan iklim yang sudah terlampau parah. "Ini harus berhenti. Kita akan kehilangan semua hal. Saya tidak bergurau," ucapnya dalam video tersebut (dalam terjemahan bahasa Indonesia).

Berdasarkan pernyataan Peter, kita sebagai umat manusia memiliki waktu kurang dari tiga tahun untuk melakukan upaya mitigasi sebelum terjadi malapetaka yang lebih besar akibat krisis iklim. "Ini (menyelamatkan bumi) untuk anak-anak di seluruh dunia, orang-orang muda, orang-orang di masa depan," lanjut ilmuwan sekaligus penulis asal California tersebut.

Menurut Direktur Eksekutif WALHI Jawa Barat Meiki Paendong dalam sebuah talkshow dengan Parade Jurnalistik pada Selasa (17/5), perubahan iklim atau krisis iklim berangkat dari adanya pemanasan global. Berdasarkan pernyataan Meiki, pemanasan global sendiri merupakan kenaikan suhu dari planet bumi yg memberi dampak pada perubahan cuaca yang tidak lazim.

"Secara ilmiah, pemanasan global dipicu dari aktivitas manusia yang semakin berkembang untuk menghasilkan sarana dan prasarana yang bermanfaat. Namun, terkadang kita lupa, secara ilmiah dan religi kita meyakini bahwa planet bumi bukanlah sebuah planet yang kekal," lanjutnya.

Sejumlah ilmuwan, termasuk Peter Kalmus, telah mempercayai media sebagai salah satu jalan terakhir untuk menyelamatkan bumi. Dengan menyebarkan urgensi perubahan iklim kepada dunia, diharapkan pemerintah dan masyarakat semakin menyadari betapa pentingnya isu lingkungan bagi bumi.

Media sebagai unsur penting jurnalisme telah memainkan peranan penting dalam menyuarakan berbagai isu. Dalam isu perubahan iklim, apa saja peran penting jurnalisme dalam menyelamatkan bumi?

Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga

Twitter @tinkartbelle
Twitter @tinkartbelle

Tangkapan layar cuitan warganet di Twitter tentang isu krisis iklim. (Twitter @ba7s)
Tangkapan layar cuitan warganet di Twitter tentang isu krisis iklim. (Twitter @ba7s)

Ketika video Peter Kalmus viral, warganet berperan dalam jurnalisme warga dengan saling berbagi informasi tentang upaya-upaya menyelamatkan bumi. Menurut Jurnal Makara Sosial Humaniora, jurnalisme warga di Indonesia diawali oleh stasiun radio Elshinta sejak tahun 2000, sampai sekarang pun Elshinta memiliki 100.000 reporter warga.

Namun, maraknya penggunaan media sosial yang terus berkembang seiring dengan perkembangan dunia digital membuat media sosial menjadi tempat utama pengaplikasian jurnalisme warga.

Salah satu hal yang disuarakan oleh warganet adalah ajakan untuk menghapus e-mail. Dengan menghapus e-mail, beberapa warganet percaya bahwa jejak karbon pada komputer akan terminimalisasi.

Akan tetapi, ada argumen kontra pula dari warganet yang berpendapat bahwa kegiatan menghapus e-mail tidak akan berpengaruh dalam upaya penyelamatan bumi. Adapun salah satu alasannya ialah karena layanan server yang memakan banyak energi tidak akan pernah mati.

"Jadi jangan naive ya untuk berusaha membantu memulihkan bumi ini, karena semua hal itu sudah terlambat lho," ujar akun @theunknownm4n di Twitter dalam salah satu cuitannya.

Selain karena server yang tidak pernah mati, akun tersebut juga mengungkapkan peran perusahaan dan pemerintah yang jauh lebih besar untuk bisa menyelamatkan bumi.

"Semua itu harus dilakukan dari atas terlebih dahulu, baru yang bawah dapat turut berkontribusi ke lingkungan, bukan dengan yang bawah melakukan berbagai macam hal untuk lingkungan, namun yang atas tidak melakukan apa-apa. Itu akan menjadi sia-sia," tulis akun yang sama dalam cuitan lanjutannya.

Dengan adanya pro dan kontra di media sosial tentang isu ini, selain warganet lainnya jadi mengetahui hal yang harus dilakukan, warganet juga dapat menambah ilmu dari data yang dicantumkan, baik oleh pihak pro maupun kontra. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa jurnalisme warga memainkan peranan yang cukup signifikan.

Peran Jurnalis

Berlangsungnya talkshow Parade Jurnalistik bersama Meiki Paendong, Selasa (17/5). Dokpri
Berlangsungnya talkshow Parade Jurnalistik bersama Meiki Paendong, Selasa (17/5). Dokpri

Jika warga dapat memiliki peran dalam jurnalisme, tentu seorang jurnalis memiliki peran yang seharusnya lebih vital bagi masyarakat. Namun, menurut Meiki, para jurnalis masih harus menggencarkan produk-produk jurnalistik yang berbasis data.

"(Saat ini) kawan-kawan jurnalis kurang mendalami lebih dalam (tentang isu lingkungan), sehingga cenderung terjebak menyampaikan suatu isu atau solusi yg nantinya memberikan dampak kurang baik pula kepada bumi," ujarnya.

Salah satu contoh yang dimaksud pembicara sebagai perwakilan WALHI tersebut adalah pembakaran sampah. Solusi yang terlihat baik dari permukaannya tersebut, ketika diterapkan justru memberi dampak yang kurang baik pula. Hal itu disebabkan oleh pembakaran sampah yang akan mengeluarkan emisi karbon pula.

"Selain pembakaran sampah, plastik juga, ketika akan diubah lagi menjadi bahan bakarnya (minyak bumi), ada proses pembakaran yang menghasilkan emisi dan zat lainnya," lanjut Meiki.

Menurutnya, kemungkinan-kemungkinan miskonsepsi yang dapat terjadi di kalangan masyarakat ini merupakan salah satu tanggung jawab jurnalis. "Oleh karena itu, jurnalis harus bisa cover both sides tentang inovasi terkait lingkungan yang juga memiliki dampak kurang baik jika kita tidak cermat," sarannya.

Berdasarkan pendapat Meiki, pendekatan untuk produk jurnalistik yang paling diminati masyarakat adalah produk-produk berbentuk visual. Akan tetapi, menurutnya, publikasi-publikasi produk jurnalistik seperti tulisan ilmiah juga seharusnya tidak kalah penting dan kekuatannya tidak akan berkurang.

Baik warganet maupun jurnalis sama-sama memiliki peran yang signifikan dalam bidang jurnalisme untuk saling mengedukasi dan bertukar informasi. Oleh karena itu, setiap unsur dari masyarakat harus mampu bahu-membahu dalam hal-hal sekecil apa pun yang dapat mempertahankan keselamatan bumi dan seluruh umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun