Mohon tunggu...
Chelsea Amaura
Chelsea Amaura Mohon Tunggu... Mahasiswa

hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mewujudkan Kampus Ramah Lingkungan Dimulai dari Mahasiswa

8 Juli 2025   08:00 Diperbarui: 8 Juli 2025   06:57 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Isu lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau korporasi besar. Di lingkungan kampus, mahasiswa bisa menjadi agen perubahan yang konkret. Kampus ramah lingkungan bukanlah mimpi, tapi visi yang bisa dicapai jika seluruh elemen kampus bergerak bersama.

Langkah awal bisa sesederhana mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, membawa tumbler, atau memilah sampah. Gerakan kecil ini jika dilakukan kolektif akan menciptakan dampak besar. Mahasiswa juga bisa mendorong kebijakan internal kampus, seperti penggunaan energi terbarukan atau program pengelolaan limbah laboratorium.

Kurikulum juga bisa mendukung semangat ini, misalnya dengan adanya mata kuliah atau proyek berbasis sustainability. Kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan pihak luar seperti LSM atau industri hijau bisa memperluas dampak dari kampus ke masyarakat sekitar.

Namun kampus ramah lingkungan tidak hanya soal infrastruktur, tapi juga perubahan gaya hidup. Mahasiswa bisa mulai dari kesadaran energi—mematikan lampu saat tidak digunakan, menggunakan transportasi ramah lingkungan, hingga memilih produk yang minim kemasan. Kampus bisa menjadi tempat latihan kebiasaan ramah lingkungan yang kemudian terbawa ke kehidupan pascakampus.

Gerakan lingkungan juga dapat dijadikan bagian dari kegiatan organisasi kemahasiswaan. Misalnya, program daur ulang bersama, tanam pohon, edukasi lingkungan ke sekolah, atau pameran produk ramah lingkungan. Kreativitas mahasiswa sangat dibutuhkan untuk membuat isu ini menarik dan berkelanjutan.

Kampus bisa mendukung inisiatif ini melalui kebijakan penghargaan bagi organisasi atau individu yang berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Dengan begitu, semangat hijau tidak hanya menjadi kegiatan musiman, tetapi budaya kampus yang mengakar.

Yang tak kalah penting adalah komunikasi dan edukasi. Mahasiswa sebagai komunitas digital juga bisa memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan lingkungan dengan bahasa anak muda. Video edukatif, infografik, atau tantangan ramah lingkungan bisa memperluas pengaruh lebih jauh dari sekadar lingkup kampus.

Kampus bukan sekadar tempat belajar teori, tapi laboratorium nyata untuk membentuk kebiasaan baik yang akan dibawa ke masa depan. Lingkungan kampus yang hijau dan berkelanjutan adalah investasi jangka panjang bagi generasi berikutnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun