Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

JIS Simbol Social Movement Menuju Modernitas dan Perubahan

10 Februari 2024   12:15 Diperbarui: 10 Februari 2024   12:16 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pergerakan masyarakat memang tidak dapat diduga. Begitu gencarnya serangan sembako, dan politik uang, dan tekanan pihak yang sedang berkuasa ternyata semakin menebal juga lapisan masyarakat yang menggunakan akal sehat. Tidak  banyak bicara. Mungkin sembako dan amplop mereka terima, tetapi rupanya pikiran dan akal sehat mereka tidak bisa dibeli jika tidak sesuai dengan hati nurani mereka.

Tontonan itu lah yang sekarang kita lihat di berbagai media cetak, elektronik, tiktok, youtube, instagram. Silih berganti berita yang mengangkat isu perubahan yang diusung Amin (Paslon 1), dan keberlanjutan yang dibawakan Paslon 2 yang pro status quo. Pola yang menggunakan kaca mata kuda Paslon 2, yang menjadikan Jokowi sebagai pahlawan dan panutan yang dipuji setinggi langit, menimbulkan kegeraman di hati masyarakat kecil dan menengah, dengan diam dan terkesan pasrah.

Presiden Jokowi, dan Paslon 2, terkecoh. Menjelang beberapa hari jelang Pemilu 14 Februari 2024, untuk menaikkan elektabilitas, diproklamasikan Presiden Jokowi cawe-cawe ikut kampanye. Masyarakat miskin tidak terdidik, dan tinggal didesa juga ngerti bahwa ungkapan Presiden itu akan ingin memperjuangkan agar anaknya Gibran terpilih sebagai Wakil Presiden. Maka istilah dinasti politik pun sudah merupakan istilah yang menjadi pembicaraan hangat dan banyak dibicarakan. Muncullah istilah bocil, samsul, dan belimbing sayur.

Mungkin Jokowi tidak paham dan atau tidak ada yang menjelaskan, bahwa istilah -- istilah itu menunjukkan ketidak sukaan masyarakat atas upaya Jokowi memaksakan anaknya Gibran yang belum cukup umur menjadi Cawaprer, dengan cara meremukkan Mahkamah Konstitusi yang Ketuanya Anwar Usman ipar Jokowi dan paman Gibran. Sempurnalah nafsu kekuasaan dan dinasti politik.

Masyarakat yang diam itu, menunjukkan diri mereka dengan hadir ke JIS, ingin bertemu dengan Anis dan Muhaimin, calon Presiden dan Wakil Presiden mereka, dengan harapan berjuang terus untuk perubahan. Rezim ini sudah keterlaluan. Sudah tidak punya etika. Mereka muak, atas upaya Istana   menghalalkan semua cara untuk mempertahankan kekuasan.

Pagi ini JIS menjadi lautan manusia. Kehadiran mereka melampui pendukung partai yang mengusung Amin. Mereka itu semua lapisan masyarakat. Kita lihat saja di media televisi, umumnya adalah generasi muda. Kelompok milenial, gen Z, yang selama ini diklaim sebagai segmen pemilih Paslon lainnya.

Para peserta kampanye itu sudah mulai berdatangan malam tadi. Dari berbagai wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jabar, Banten, Lampung dan beberapa kota lainnya dari seluruh Indonesia tanpai dibiayai. Bawa bekal sendiri, dan terlihat wajah mereka yang ceria, gembira, dan yakin Anis menang.

Masya Allah, lautan manusia di JIS simbol perlawanan damai masyarakat yang selama ini sudah jenuh dengan kemunafikan, kebohongan, kepalsuan, perilaku koruptif. Mereka tidak dimobilisasi. Hanya dibuka pendafatar dengan teknologi informasi untuk mengambil tiket masuk JIS. Ternyata ada 15 juta tiket yang diakses untuk ke JIS. Bayangkan kapasitas JIS hanya sekitar 90 ribu,. Diluar sekitar JIS manusia terus lalu lalang bergerak mencari tempat dengan tertib. Semuanya menenteng tas yang isinya makanan dan minuman.

JIS adalag stadium bertaraf Internasional yang dibangun Anis saat menjadi Gubernur. JIS mendapatkan pujian Internasional karena teknologinya yang luar biasa, modern. Tersedia atap yang bisa dibuka dan ditutupn. Dikerjakan oleh para insinyur putra Indonesia. para insinyur  itu mampu membuat teknologi canggih, atap disiapkan dari bawah dan secara perlahan diangkat keatas. Tentu memerlukan  presisi tinggi. Itu lambag modernitas Teknologi Indonesia  sudah kita miliki.

Tapi, itulah kelakukan dan moralitas dan integritas Menteri BUMN, Menpora, Men.PUPR, mencoba menghapus jejak keberhasilan Anis, dengan berbagai cara membuka sisi kelemahan JIS secara tidak fair. Akhirnya masyarakat Jakarta paham, kelakuan para Menteri tersebut, dan Plt Gubernur DKI Jakarta, untuk menghapus jejak Anis di JIS. Mereka itu sebenarnya orang pintar, menjadi terkesan "bodoh" karena demi kepentingan kekuasan.

Pagi ini di JIS dan sekitarnya, teriakan perubahan berkumandang  menginginkan Amin Paslon 1 menjadi Presiden dan Wakil Presiden, suatu realitas, dan jika ada lembaga survei memunculkan hasil survei yang bertolak belakang, berrti  Lembaga Survei itu sedang sakit jiwa, yang seharusnya dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa. Sebab jiwa mereka sudah rusak dangan cuan yang diperolah dengan meng kotak katik hasil survei.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun