Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Pendamping Belajar

Seorang pekerja migran yang beralih profesi menjadi pendamping belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cousan, Ungkapan Kata yang Sarat dengan Makna

9 Maret 2012   05:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:19 2046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu kata yang begitu lekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Hong Kong. Kata tersebut adalah "cousan" yang dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai selamat pagi. Namun dalam penggunaannya, kata "cousan" ini juga digunakan saat kita ingin menyapa orang lain. Siapapun itu dan dimanapun berada. Baik itu orang tua, kerabat, kolega, teman dan lain sebagainya. Kata ini juga selalu identik dengan suatu ungkapan yang menunjukkan tingkat kesopanan. Maka tak heran jika kata pertama yang diajarkan oleh orang tua kepada buah hatinya saat anak-anak ini mulai belajar berbicara, adalah kata "cousan". Nah, berkaitan dengan hal ini saya akan berbagi sedikit cerita. Anak yang saya asuh (bernama Chloe) mulai bulan September tahun lalu sudah memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar (Primary School). Ada yang menarik saat saya pertama kali mengantarkan Chloe ke sekolah. Pada hari pertama tahun ajaran baru, pintu gerbang sekolah tampak ramai sekali. Semua guru berdiri berjajar di depan pintu masuk. Saya menghitung jumlahnya sampai 10 orang lebih. Para guru itu tersenyum menyambut kehadiran murid-muridnya. Dengan sedikit membungkukkan badannya mereka mengucapkan kata "cousan" kepada sang murid yang juga dibalas dengan ucapan yang sama oleh semua muridnya. Tampak keakraban di sana. Kepala sekolah juga turut ambil bagian menyambut kedatangan murid-murid. Tak hanya sampai disitu, Bapak Kepala Sekolah tersebut khusus menyempatkan waktu untuk berbincang-bincang kepada anak-anak yang masih baru. Seperti yang terjadi dengan Chloe waktu itu. Chloe, yang mengenakan tanda pengenal siswa baru, disapa oleh Bapak Kepala Sekolah. Chloe yang masih kecil tentu saja malu dan agak takut sehingga sapaan Bapak kepsek itupun tidak dijawabnya. Kemudian saya coba membujuk dia untuk menjawab sapaan Bapak Kepala Sekolah. Tetapi yang terjadi, Chloe semakin takut dan menghindar. Lantas dengan sabar Bapak Kepala Sekolah menerangkan kepada saya, bahwa sikap Chloe yang seperti itu adalah wajar. Saya tidak perlu memaksanya untuk menjawab sapaan beliau. Butuh waktu untuk membangun mentalnya menjadi seorang yang pemberani dan percaya diri. Saya sangat kagum kepada Bapak Kepsek ini. Sebegitu perhatiannya beliau kepada perkembangan mental murid-muridnya. Dan setelahnya beliau berpesan kepada saya untuk menginformasikan segala hal yang berkaitan tentang Chloe kepada pihak sekolah. Baik itu pengajar ataupun kepada beliau sekalipun. Mereka akan sangat senang untuk mendengarnya. Itulah pengalaman pertama saya mengantar Chloe ke sekolah. Saya dibuat kagum oleh perfoma tenaga pengajar di sekolahan ini. Semula saya kira, perlakuan semacam ini hanya pada masa penerimaan siswa baru saja, dan selanjutnya tak akan ada lagi acara penyambutan. Ternyata dugaan saya salah. Kegiatan ini terus menerus dilakukan sampai sekarang. Bahkan ketika jam pulang pun, semua staff pengajar dan kepala sekolah juga bersiaga di pintu gerbang memastikan murid-muridnya aman kembali bersama orang tua atau pengasuh mereka. Dan satu hal lagi, mereka selalu menyediakan waktu apabila ada orang tua yang ingin berdialog seputar kegiatan anak-anak di sekolah dan kondisi anak tersebut pada umumnya. Sharing and caring. Begitulah semboyan mereka dalam mendidik murid-muridnya. Seperti apa yang diceritakan Chloe setiap pulang sekolah, yang bisa saya tangkap, bahwa selama di sekolah mereka merasa berada dalam satu keluarga. Guru sebagai orang tua, dan murid sebagai anak. Tak ada jarak. Tapi rasa respek dan hormat harus tetap ada. Oya, kembali kepada topik yang saya angkat pada awal penulisan tentang kata "cousan", ada satu kegiatan yang wajib dilakukan murid-murid di sekolah ini (dan sekolah lain pada umumnya). Setiap pagi harus ada satu atau dua murid yang bertugas mendampingi guru untuk menyambut kedatangan murid-murid lainnya. Tugas ini akan dibagi secara bergilir. Biasanya yang mendapat jatah adalah anak dari kelas P1 (Primary 1). Sengaja yang dipilih adalah murid kelas 1 karena sesuai usia mereka yang masih sangat muda ( 6 tahun-an), anak-anak ini cenderung memiliki sifat pemalu dan kurang percaya diri. Maka dengan dilakukannya hal ini diharapkan dapat membantu membangun rasa percaya diri dan melatih mereka supaya lebih berani bertatap muka dengan orang lain. Demikian juga dengan Chloe. Diapun mendapat tugas yang sama setelah dua bulan menempuh pendidikan di situ. Di Kings College Old Boys Assosiation Primary School, Sheung Wan. Semalaman dia berlatih untuk itu. Saya, Ibu dan adiknya bertindak seolah-olah murid yang akan memasuki halaman sekolah, sementara dia berdiri di bibir pintu menyambut kedatangan teman-temannya. Mulailah dia membungkukkan badannya dan berucap kata "cousan". Hal itu kami lakukan berkali-kali. Sampai dia benar-benar yakin bisa melakukannya. Maklumlah Chloe anaknya cenderung pemalu dan agak susah bergaul. Butuh keberanian yang cukup tinggi untuk melakukan hal ini. Dan esok harinya, diapun sukses melaksanakan tugasnya. Ada senyum bahagia yang tersungging dari sudut bibirnya, ketika saya memperhatikannya dari kejauhan. Hanya sayangnya, tidak terpikir dalam benak saya untuk mengambil gambarnya pada waktu itu. Justru saya malah mengambil gambar salah seorang teman Chloe pada hari berikutnya, yang kemudian saya jadikan gambar untuk postingan ini. Begitu pentingnya mengajarkan keberanian (dalam hal positif). Pentingnya menanamkan nilai-nilai sopan santun pada anak-anak dari usia belia. Dan kembali kepada kata "cousan" yang sudah saya singgung-singgung dari awal, kata inilah yang biasa disebut-sebut sebagai kata ampuh untuk menunjukkan respek kita kepada orang lain. Cukup berucap cousan saja. Tak ada jabat tangan atau cipika-cipiki seperti yang umum dilakukan dimasyarakat kita. Memang lain tempat lain aturan. Jadi jangan heran kalau semisal anda berkunjung ke Hong Kong dan kemudian anda diperkenalkan kepada seseorang, orang tersebut hanya akan menganggukkan kepalanya saja, lalu tersenyum tanpa menjulurkan tangannya kepada anda. Demikian sedikit pengalaman saya yang bisa saya bagi siang ini. Have a nice lunch!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun