Mohon tunggu...
Chatrine MeylaniChen
Chatrine MeylaniChen Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswi prodi Sastra Inggris Universitas Kristen Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksistensi Pancasila : Menghidupkan Nilai-Nilai dalam Jejak Perjalanan Menuju Indonesia Emas 2045

23 April 2025   00:28 Diperbarui: 23 April 2025   00:48 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pancasila bukan sekadar nilai yang menjadi ideologi bangsa Indonesia. Lebih dari itu, Pancasila memegang peran sentral dalam upaya mewujudkan visi besar Indonesia Emas pada tahun 2045. Di tengah berbagai tantangan dan konflik yang melanda bangsa, mulai dari dampak globalisasi yang membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan, ketimpangan sosial yang semakin terlihat jelas, transformasi digital yang mempengaruhi cara kita berinteraksi dan bekerja, hingga krisis moral dan intoleransi yang mengancam kebersamaan, Pancasila hadir sebagai satu-satunya alat pemersatu yang kokoh dan relevan. Pancasila memberikan pedoman dalam menghadapi perbedaan, mengarahkan kita untuk selalu mengutamakan kesatuan, dan menjamin bahwa setiap warga negara dihargai dan dilindungi hak-haknya. Dalam situasi yang serba cepat berubah ini, kita dihadapkan pada pertanyaan mendasar: "Apa yang akan menjadi kompas kita di tengah dunia yang kian tak menentu?" Ketika nilai-nilai asing masuk tanpa penyaring, saat batas identitas kian kabur, dan masyarakat perlahan terpecah oleh kepentingan individual, masihkah kita punya pijakan yang kuat untuk tetap berdiri sebagai bangsa yang memiliki jati diri dan arah yang jelas?

Sejak awal kemerdekaan, para pendiri bangsa telah dengan bijak dan berpandangan jauh ke depan memikirkan dasar negara yang tidak hanya bersifat simbolis, melainkan mampu menjadi fondasi kuat dalam menghadapi zaman. Mereka sadar bahwa kemajuan tanpa arah akan membawa kehancuran, bahwa sebuah bangsa yang maju tidak hanya membutuhkan teknologi atau kemajuan ekonomi, tetapi juga kekuatan moral dan persatuan yang kokoh. Maka, mereka menciptakan ideologi yang bersumber dari akar budaya, nilai luhur, dan cita-cita kolektif bangsa Indonesia. Ideologi ini tidak hanya dimaksudkan untuk menghadapi tantangan masa itu, tetapi juga untuk menghadapi segala perubahan dan permasalahan yang akan muncul di masa depan. Pancasila dengan segala nilai yang terkandung di dalamnya, diharapkan menjadi pedoman yang dapat mengarahkan bangsa Indonesia menuju kemajuan tanpa kehilangan arah dan tujuan yang jelas.

Namun, persoalannya tidak berhenti pada mengenang kebijaksanaan para pendiri bangsa. Pertanyaannya kini, sejauh mana kita benar-benar memahami dan menghidupkan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari? Apakah Pancasila hanya tinggal di dalam buku pelajaran dan pidato seremonial, atau sudah benar-benar menjadi napas dalam tindakan dan keputusan kita? Apakah kita benar-benar mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam cara kita berinteraksi, dalam kebijakan yang diambil oleh pemerintah, atau dalam prinsip-prinsip yang dipegang oleh masyarakat? Di sinilah letak tantangan sekaligus harapan. Sebab, menghafal Pancasila bukan jaminan bahwa kita mengamalkannya. Nilai luhur ini harus dihidupkan kembali, tidak hanya sebagai simbol atau hafalan, melainkan sebagai pedoman hidup yang aktif, adaptif, dan relevan dengan dinamika zaman. Pancasila harus menjadi landasan dalam mengambil setiap keputusan, dalam membentuk karakter bangsa, dan dalam menjalankan kehidupan yang penuh dengan tanggung jawab sosial, moral, dan spiritual.

Eksistensi merujuk pada konsep tentang adanya sesuatu dan bagaimana hal itu terus ada dalam kehidupan kita. Tidak hanya berkaitan dengan keberadaan fisik, tetapi juga tentang peran dan pengaruh suatu entitas dalam kehidupan sehari-hari. Dalam filsafat, eksistensi lebih kepada bagaimana suatu hal dipahami, diterima, dan diterapkan dalam kehidupan nyata, bukan hanya sekadar teori belaka. Eksistensi juga mencakup seberapa relevan dan berkelanjutan nilai atau ide dalam konteks yang selalu berkembang, menunjukkan bahwa sesuatu yang eksis harus terus dipertahankan dan dikembangkan. Sebuah ide atau nilai tidak akan eksis jika hanya bersifat statis atau berhenti pada satu titik waktu, tetapi harus hidup dan beradaptasi sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini, Pancasila sebagai ideologi negara harus terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, menjawab tantangan zaman, dan menjadi pedoman yang membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik.

Ketika kita berbicara tentang eksistensi Pancasila, kita membahas sejauh mana nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi negara ini tetap ada, berkembang, dan memainkan peran dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila tidak hanya sekadar ideologi yang tercatat dalam dokumen sejarah atau konstitusi, tetapi harus menjadi nilai yang hidup dan terus relevan dengan tantangan zaman. Dalam menghadapi perkembangan zaman, Pancasila harus mampu menghadapi tantangan-tantangan baru, baik dalam aspek politik, sosial, ekonomi, maupun teknologi. Nilai-nilai Pancasila harus diaktualisasikan secara terus-menerus melalui kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat, melalui pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur, dan melalui upaya untuk menjaga persatuan di tengah keberagaman. Pancasila harus menjadi pedoman dalam mewujudkan masyarakat yang adil, sejahtera, dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Untuk melihat seberapa kuat eksistensi Pancasila hari ini, mari kita telaah kembali makna dan relevansi dari setiap silanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut eksistensi pancasila dalam menuju Indonesia emas 2045 :

  • Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menegaskan pentingnya nilai spiritual dan moral sebagai fondasi kehidupan berbangsa. Di tengah dunia yang semakin sekuler dan materialistis, nilai ini hadir untuk menjaga keseimbangan antara kemajuan dan keimanan. Eksistensinya tampak dalam toleransi antarumat beragama, penghormatan terhadap keyakinan orang lain, dan peran aktif nilai-nilai spiritual dalam membentuk karakter bangsa.
  • Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menekankan pentingnya menjunjung tinggi martabat manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam konteks Indonesia Emas 2045, sila ini harus terwujud dalam upaya penghapusan diskriminasi, penegakan hak asasi manusia, serta pembangunan yang berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Eksistensinya akan terlihat dari sejauh mana kebijakan publik memberi ruang pada keadilan dan perikemanusiaan.
  • Sila ketiga, Persatuan Indonesia, menjadi perekat di tengah keberagaman yang kompleks. Eksistensi sila ini sangat relevan untuk mencegah polarisasi sosial dan menjaga harmoni dalam kehidupan berbangsa. Mewujudkan persatuan bukan berarti menghapus perbedaan, melainkan menghargainya sebagai kekuatan. Indonesia Emas hanya dapat dicapai jika semangat persatuan mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari.
  • Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, menekankan pentingnya demokrasi yang sehat dan partisipatif. Dalam mewujudkan Indonesia Emas, keterlibatan aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan menjadi kunci. Eksistensi sila ini tercermin dari kualitas dialog publik, pemilu yang adil, serta penguatan lembaga perwakilan rakyat yang berpihak pada kepentingan bersama.
  • Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, merupakan tujuan akhir dari seluruh nilai yang dikandung Pancasila. Eksistensinya menguji sejauh mana negara hadir untuk mengurangi ketimpangan, menyediakan akses yang adil terhadap pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja. Dalam konteks Indonesia Emas, keadilan sosial bukan hanya cita-cita, tetapi arah nyata pembangunan nasional yang inklusif dan berkelanjutan.

Eksistensi Pancasila harus dipahami lebih dari sekadar simbol atau teks yang tercatat dalam dokumen sejarah. Nilai-nilai Pancasila harus dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman yang relevan dengan tantangan zaman. Dalam menghadapi perkembangan sosial, politik, dan teknologi yang semakin pesat, Pancasila harus tetap menjadi landasan yang kokoh, namun mampu beradaptasi dengan perubahan. Hanya dengan begitu, Pancasila dapat terus memberikan arah yang jelas bagi bangsa Indonesia dalam setiap keputusan dan langkah yang diambil. Seiring perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, eksistensi Pancasila akan terus diuji. Pancasila harus diterapkan dalam setiap aspek kehidupan, dari kebijakan publik hingga interaksi antarwarga negara. Pancasila bukan hanya menjadi dasar hukum atau etika, tetapi menjadi nilai yang hidup dan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghidupkan Pancasila, kita memastikan bahwa bangsa ini tetap bersatu, adil, dan sejahtera meski menghadapi tantangan besar.

Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Keberhasilan ini tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada setiap individu yang turut berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Jika Pancasila benar-benar hidup dalam diri setiap warga negara, maka visi besar Indonesia Emas bukanlah impian semata, tetapi sebuah kenyataan yang akan kita capai bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun