Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Antonio Conte untuk Chelsea, Orang Benar di Tempat yang Tepat?

8 April 2016   16:34 Diperbarui: 8 April 2016   21:13 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Antonio Conte (dailymail.co.uk)"][/caption]Demikian pertanyaan yang menggema menyusul penunjukan Antonio Conte sebagai pelatih Chelsea mulai musim depan. Pria 46 tahun itu akan berada di kursi pelatih The Blues hingga tiga musim ke depan, tepatnya setelah menemani timnas Italia di Euro 2016.

Di jagad kepelatihan, nama manajer kelahiran Lecce itu tak perlu diragukan lagi. Kecemerlangannya sebagai pemain menular saat menjadi pelatih di klub yang sama: Juventus. Sebagai pemain Nyonya Tua (1991-2004), Conte sukses merengkuh Scudetto atau juara Serie A lima kali (1995, 1997, 1998, 2002 dan 2003),  Piala UEFA tahun 1993 dan Liga Champions tiga tahun kemudian. Sementara saat duduk sebagai pelatih, eks manajer Arezzo, Bari, Atalanta dan Siena itu berhasil mempersembahkan tiga gelar Serie A secara beruntun sejak 2012.

Saat melatih Juventus ini, tangan dingin Conte benar-benar terlihat. Ia mengambil alih Bianconeri saat klub itu berada dalam situasi goyah, mendekam di tempat ketujuh klasemen liga Italia. Perlahan tapi pasti ia mengangkat mental pemain dan menerapkan strategi jitu hingga mencapai tangga juara di tahun yang sama. Bahkan ia sukses mempertahankan kejayaan itu selama tiga musim secara berturut-turut.

Kerja baik pria kelahiran 31 Juli itu berlanjut saat dipercaya menangani timnas Italia pada 2014. Conte membuktikan diri sebagai orang tepat dalam situasi yang tepat. Keterpurukan mental dan performa Gli Azzurri di Piala Dunia Brasil pada tahun yang sama berhasil dipulihkan.

Dengan kedisiplinan dan indoktrinasi semangat memberi diri secara total, Conte berhasil membangun kembali tim untuk menatap masa depan. Setidaknya, positif menatap turnamen bergengsi berikutnya, yakni Euro 2016. Tak tanggung-tanggung di bawah asuhan Conte, Italia seperti mencapai titik balik yang signifikan. Gianluigi Buffon dan kolega tak terkalahkan selama babak kualifikasi sekaligus menjadi salah satu kandidat untuk menjadi juara Eropa.

Untuk prestasi tersebut, kita patut mengangkat topi kepadanya. Namun, karier selanjutnya di tanah Inggris adalah sesuatu yang berbeda. Boleh jadi masih menjadi misteri yang harus dipecahkan.

Conte datang di tengah situasi Si Biru yang sedang meredup. Ditambah lagi Conte adalah orang baru di sepakbola Inggris, walau ia bukan orang Italia pertama mengingat sebelumnya Gianluca Vialli, Claudio Ranieri, Carlo Ancelotti, dan Roberto di Matteo lebih dulu menangani klub London Barat itu.

Terdepaknya pelatih sekaliber Jose Mourinho dan tak dipermanen Guus Hiddink menjadi tanda bahwa sang pemilik Roman Abramovic tak main-main  dengan prestasi. Bahkan sejak mengakuisisi Chelsea pada 2002, sudah ada 10 pelatih top yang datang dan pergi.

Pelatih beken Leicester City saat ini, Claudio Ranieri hanya semusim di Stamford Bridge. Nyaris melangkah ke final Liga Champions bila tak disikat Monaco tak mampu menyelamatkan kariernya. Alhasil ia pun pergi dengan tak meninggalkan satu tropi pun di lemari Chelsea.

Nafsu gelar Abramovic tak juga berkurang. Ia pun kepincut pada Jose Mourinho yang sebelumnya sukses menangani FC Porto dan Real Madrid. Tangan dingin Mourinho berlanjut saat didaratkan di Inggris pada 2004. Ia sukses mempersembahkan dua gelar Liga Inggris, Piala FA, dua gelar Piala Liga selama tiga tahun masa kepelatihannya. Namun, kegagalan mencapai final Liga Champions tetap meninggalkan "noda" di mata Abramovic. The Special One pun angkat kaki.

Bila Mourinho saja harus terdepak, bukan hal aneh jika para penerusnya, yakni Avram Grant, Luis Felipe Scolari dan Andre Villas-Boas yang nirgelar bernasib sama. Demikian pun dengan Guus Hiddink yang hanya mempersembahkan satu gelar (Piala FA musim 2008/2009), dan Carlo Ancelotti dengan gelar Liga Inggris dan Piala FA (musim 2009/2010).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun