Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerita Siti Asiyah dari Nusa Toleransi Tertinggi

17 April 2022   22:25 Diperbarui: 17 April 2022   22:32 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pastor Yanto bersama sang ibu dan kerabat saat acara penahbisannya sebagai pastor Katolik, 2015 silam: POS KUPANG/FELIKS JANGGU via tribunnews.com

Aku cukup mengenal dia. Dia adalah kakak kelas dan senior-ku. Kami pernah berada di bawah satu atap. Walau hanya dalam waktu  singkat, kesimpulanku lebih dari cukup menggambarkan siapa dia.

Orangnya rajin. Ia selalu bekerja sebelum waktu bekerja dimulai dan belum akan usai walau jam bekerja sudah usai. Ia tak banyak bicara. Senyuman adalah senjatanya.

Sosok yang sangat disiplin dan ringan tangan untuk bekerja itu tak berparas seperti orang Flores khususnya atau Nusa Tenggara Timur (NTT) umumnya. Dari potongan wajahnya benar kiranya bila ia kerap disapa mas.

Ya, walau mengaku berasal dari Flores bagian barat, tetapi ia tak bisa menyembunyikan jejak keturunan Jawa yang mengalir dalam diri dan membentuk rupanya. Sungguh tak ada kepalsuan padanya!

Dia adalah Robertus Belarminus Asiyanto. Kami biasa memanggilnya Mas Yanto. Sejak Oktober 2015 sebutannya bertambah dengan kata "pastor," "pater", atau "romo."

Saat ia diurapi menjadi pastor Katolik di Seminari Tinggi Santu Paulus Ledalero, Maumere, Flores, kabar itu seketika tersebar luas. Namanya disebut-sebut seiring beredarnya potongan gambar di media sosial yang menunjukkan sosoknya dengan pakaian kebesaran seorang pastor Katolik didampingi wanita muslimah.

Ada potongan gambar ketika wanita berkerudung hitam itu menumpangkan tangan dengan hikmat di atas kepala Pater Yanto yang berlutut takzim. Penumpangan tangan menjadi simbol pemberian restu atau dukungan.

Pada kesempatan berbeda, wanita yang tak muda lagi itu terlihat begitu berseri-seri. Ada rona kegembiraan di balik keriput kulitnya.

Wanita bernama Siti Asiyah itu adalah ibu dari Pater Yanto, SVD. Ia bergembira karena bisa ikut mengantar putranya menjadi seorang pastor atau imam Katolik.

Siti Asiyah menumpangkan tangan untuk memberi restu bagi sang anak menjadi pastor Katolik: tribunnews.com
Siti Asiyah menumpangkan tangan untuk memberi restu bagi sang anak menjadi pastor Katolik: tribunnews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun