Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Tenis Kusayang, Tenis Indonesia-ku Malang

18 April 2016   20:52 Diperbarui: 19 April 2016   08:02 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia menjadi satu-satunya petenis Indonesia dengan peringkat terbaik. Ia pernah berada di urutan 19 WTA untuk kategori tunggal dan peringkat sembilan di sektor ganda.

Pada masa jayanya, wanita asal Yogyakarta ini sukses merengkuh prestasi di tingkat dunia. Sejumlah petenis top pada masa itu seperti Martina Hingis, Lindsay Devenport, Anke Huber, Anna Kournikova, Mary Pierce, Gabriel Sabatini hingga Amelia Mauresmo pernah ditaklukkan.

Wanita yang pernah mengharumkan Indonesia di Asian Games 1998 di Bangkok, total merengkuh enam gelar tunggal WTA Tour dan sembilan gelar ganda.

Setelah gantung raket, satu-satunya anggota Eight Club (lembaga yang menampung alumni delapan besar Wimbledon), yang kini menjadi politisi itu, Indonesia masih memiliki  Angelique Widjaja.

Wanita yang akrab dipanggil Angie mulai bersinar sejak menjadi juara Wimbledon Junior tahun 2001. Kelahiran Bandung, 31 tahun silam itu, membanggakan Indonesia saat menjadi tuan rumah WTA Tour. Sepanjang 2003 hingga 2004 kiprahnya di sektor ganda pun kemilau.

Seperti pendahulunya Yayuk, sejumlah petenis top dunia pun pernah jadi korban. Beberapa dari antaranya seperti Dinara Safina, Anna Kournikova, Patty Schnyder, hingga legenda kelahiran Amerika Serikat, Tamarine Tanasugarn.


Di sektor putra kita pernah memiliki Daniel Heryanto. Sayang, pria tersebut telah menjadi ‘milik’ Singapura dengan status permanent resident yang dimiliki dan kini giat mengasah bibit-bibit muda Negeri Singa.

Setelah masa Daniel, kita bergantung pada Christopher Rungkat. Walau prestasinya tak secemerlang Yayuk atau Angie, pria yang kini berusia 26 tahun itu tetap menjadi tulang punggung sektor putra.

Kemampuan yang dimiliki petenis berdarah Belanda dan Kamboja itu tak bisa lagi diandalkan. Ia seperti berjuang sendiri. Seperti di sektor putri, perkembangan negara-negara lain sudah sedemikian jauh. Arena Piala Fed Grup II Zona Asia Oseania yang baru saja berakhir menjadi bukti.

Sejak keikutsertaan Indonesia di ajang tenis beregu wanita sejak 1969, tahun ini menjadi tahun terburuk. Kekalahan demi kekalahan yang ditorehkan, pada gilirannya menempatkan Indonesia di posisi kelima dari 11 peserta. Indonesia berada di belakang Malaysia, Singapura dan Filipina yang berada di peringkat pertama.

Kapten tim Fed Indonesia, Sri Utamingsih mengakui perkembangan pesat negara-negara tetangga. “Mungkin Indonesia tidak mundur, namun yang sudah pasti adalah negara lain di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, Singapura dan Malaysia sudah maju pesat meninggalkan Indonesia,”ucap Sri dikutip dari Kompas.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun