Kabar baiknya, Jokowi tidak melepaskan beban itu untuk menjadi populer. Visinya tentang Indonesia maju tahun 2045 benar-benar dipikirkan matang-matang dan beban itu kembali ia pikul. Konsekuensinya, Jokowi harus menjadi manusia politik.
Saya sendiri sudah pasrah. Imajinasi saya mengenai kabinet impian sudah saya kubur dalam dalam, bersamaan dengan terbukanya mata saya terhadap realitas politik di Indonesia. Â
Bagaimanapun, seperti inilah Jokowi sekarang. Branding dirinya sebagai antitesis politik mainstream perlu ditinggalkan. Setidaknya yang dapat diharapkan dari Jokowi sekarang adalah keberaniannya untuk mengeluarkan kebijakan yang tidak populer dan demi kepentingan jangka panjang.
Terlepas dari berbagai dinamika yang terjadi, inilah kenyataan yang perlu dihadapi Bangsa Indonesia sebagai sebuah negara demokrasi. Kita tidak akan bisa seperti China atau Vietnam, karena mereka memiliki sistem pemerintahan satu arah. Indonesia, dilain sisi, memiliki sistem pemerintahan segala arah, dimana semua orang bebas untuk berbicara dan mengkritisi kebijakan (terlepas nantinya diterima atau tidak).
Satu hal yang perlu saya tekankan,
bahwa...
Inilah konsekuensi demokrasi...
Dan kita hanya perlu menikmatinya. Â