Mohon tunggu...
Chamim Rosyidi Irsyad
Chamim Rosyidi Irsyad Mohon Tunggu... Guru - nama pena: Chrirs Admojo

Ajang berbagi, bermanfaat bagi sesama, hidup semakin bermakna dalam ridlo Allah Azza wa Jalla.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara 'Urub' dan 'Urup'

11 Oktober 2023   18:45 Diperbarui: 11 Oktober 2023   18:47 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILema 'URUP' dalam KBJI daring; Gambar: Dokumen Pribadi

Namun, Murti Yuliastuti dalam bukunya yang ia beri judul '2U (URIP iku URUP) Sebuah ReHat (Refleksi Hati)', terbit 2013, membebankan makna 'urub' dan 'urup' sebagaimana dideskripsikan pada KBJI pada diksi 'urup'.  Diksi 'urup' ini setia ia gunakan di sepanjang celoteh-celoteh lincah dalam bukunya setebal 121 halaman ini. Kata 'urub' dan 'urup' yang masuk pada kategori homofon, disikapinya 'urup' sebagai polisemi.   

Sampai di sini, kita semakin sadar bahwa sesungguhnya pilihan penggunaan quotes dengan rangkaian aksara 'urip iku urub' adalah lebih tepat dan cermat jika yang dimaksud padanan bahasa Indonesianya 'hidup itu nyala'. Khalayak pun merdeka menurunkan 'urip iku urub' menjadi 'urip iku murub' (hidup itu menyala). Begitu pun menurunkannya menjadi 'urip iku ngurubake' (hidup itu menyalakan atau menghidupkan), juga sah. Bahkan mengembangkannya menjadi 'urip iku urub-urub' (hidup itu ibarat menjadi bahan yang dapat dinyalakan), pun dapat diterima oleh nalar yang merdeka.

Penghindaran penggunaan 'urup' dalam rangkaian kata 'urip iku urup' adalah arif jika yang dimaksud adalah 'hidup itu nyala'. Apabila kita masih suka menggunakan 'urip iku urup', hakikinya yang kita ungkap adalah 'hidup itu sama harganya', 'hidup itu sama nilainya', 'hidup itu dinilai sama', 'hidup itu tukar-menukar'. Bahkan makna 'urip iku urup' bisa jadi adalah 'hidup itu laksana aksara Arab'.

Bumi Kabede, Gresik, 11 Oktober 2023 16:16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun