Mohon tunggu...
Challista MeylianaAyudhafari
Challista MeylianaAyudhafari Mohon Tunggu... Mahasiswa Hubungan Internasional

Menulis tidak hanya tentang merangkai kata, tetapi bagaimana mengubah cara pandang.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Anthroponisme Ekstrem yang Dikemas dalam Frasa Green Economy

7 Oktober 2025   11:05 Diperbarui: 7 Oktober 2025   11:01 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Green Economy menjadi konsep baru dalam perekonomian, tetapi apakah green economy relevan digunakan saat ini? Nyatanya hingga saat ini masih menimbulkan sejumlah pertanyaan. Di era perubahan iklim dan pemanasan global sustainabilitas bumi semakin berkurang. Sementara itu, kegiatan perekonomian tidak lepas dari pemanfaatan lingkungan. Hal ini akan membawa suatu negara menyadari akan permasalahan yang diciptakan. Green economy dimaknai sebagai konsep ekonomi yang tetap memperhatikan keamanan lingkungan dan cenderung pada pengurangan penggunaan sumber daya alam. sehingga perekonomian tetap berlanjut seiring dengan berjalannya aksi hijau. Namun, green theory yang membawa asumsi bahwa alam sebagai pusat yaitu ekosentrisme, tentu saja memandang konsep green economy ini tidak akan menghilangkan sikap anthroponismenya. Anthroposnime sendiri menjadi sebuah pandangan yang bertentangan dengan ekosentrisme dalam green theory yang menyatakan bahwa manusia merupakan pusat segalanya dan bumi milik manusia sehingga dapat dieksploitasi. Hal ini akan membawa suatu negara menyadari akan permasalahan yang diciptakan. 

Green economy menggadang-gadang bahwa konsep ini dapat menjadi jembatan antara pembangunan keberlanjutan dengan pelestarian alam. Namun frasa ”green economy” tetap melapisi tampilan lama yaitu eksploitasi besar-besaran dan hanya sebagai bentuk greenwashing.  Klaim atas keberpihakannya pada alam namun selalu menempatkan alam sebagai sesuatu yang bernilai ekonomis. 

Bentuk nyata anthroponisme berlapis green economy ada pada penggunaan kendaraan yang konon ramah lingkungan berbasis listrik baterai atau Battery Electric Vehicle. Penggunaan nikel dan kobalt dalam pembuatan baterai pada kendaraan berbasis Listrik ini  sangat diperlukan. Nikel yang terkategori dalam energi tak terbarukan, keberadaannya memerlukan waktu jutaan tahun untuk terbentuk kembali. Satu-satunya cara untuk memperoleh energi ini melalui ekstraksi perut bumi yaitu penambangan. Tambang nikel sering kali  dilakukan di kawasan hutan yang kaya akan mineral. Untuk membuka akses maka dilakukan  penebangan, vegetasi lahan, dan penggalian tanah yang terbukti merusak lingkungan dan ekosistem. Jika produksi baterai besar-besaran, lalu berapa hektar lahan lagi, berapa banyak hutan lagi yang akan dikorbankan? Selain itu, pada proses pengolahan nikel menimbulkan emisi gas yang dapat memicu pemanasan global. 

Jika melihat dari prespektif green theory meskipun menggunakan embel-embel hijau, penerapan green economy ini tetap mengusung logika eksploitatif. Dengan mengedepankan ekonomi sebagai tujuan utamanya, green economy tampak gagal dalam memutus ketergantungan manusia terhadap eksploitasi alam. Namun, manusia tetaplah manusia dengan segala keserakahannya, dan alam tidak dapat menghilangkan gelarnya sebagai penopang kehidupan manusia.  Dapat disimpulkan bahwa green economy tetaplah bukan solusi akhir, dan demi keberlangsungan ekosistem, manusia perlu menahan diri untuk tidak mengeksploitasi dan memahami makna dari alam itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun