Mohon tunggu...
Chairul H
Chairul H Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Menikmati Rahmat dan Berkah dari Allah SWT...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warisan Penjajah Yang Masih Bersemi Hingga Kini

4 November 2014   22:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:38 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14150895171131900589

Warisan politik penjajah negeri ini ternyata masih bersemi hingga kini, apalagi kalo bukan politik pemecah belah dan adu domba. Semangat untuk menuai benih permusuhan di dalam negeri yang satu tidak pernah lelah di gelontorkan oleh segelintir orang yang memang sangat suka melihat keributan di negeri ini.

Dulu di zaman kolonial Belanda, raja yang satu di adu dengan raja yang lain sehingga saling ribut dan perang dengan sesama bangsa sendiri darah sesama anak negeri tumpah di bumi pertiwi dengan tepuk tangan gembira dari sang penjajah, alhasil tidak ada kerajaan yang benar-benar kuat untuk melawan penjajah yang sesungguhnya adalah musuh yang sebenarnya.

Begitu juga dengan yang terjadi pada para pejuang daerah, ambil contoh perang Paderi di Sumatera Barat, perang ini meletus karena perbedaan pendapat antara kaum paderi yang berprinsip kepada ajaran islam dengan kaum adat yang berprinsip pada aturan adat turun temurun dari nenek moyang.

Apakah sebenarnya yang menyebabkan peperangan ini? mempertahankan idealisme masing-masing? Itu hanya akar masalahnya. Yang sebenarnya terjadi adalah adu domba dari penjajah Belanda. Campur tangan Belanda di Ranah minang tak lain tak bukan adalah demi memperluas pengaruh kolonialisme dan kekuasaan mereka. Mereka mempengaruhi tokoh-tokoh dari kedua pihak sehingga timbul perselisihan antara kedua kubu. Buktinya setelah perang berakhir Belanda berhasil mencapai tujuannya, yaitu menangkap tokoh paling berpengaruh Tuanku Imam Bonjol dan menguasai daerah Ranah minang dan sekitarnya.

Di tanah Maluku Pattimura dapat ditangkap karena pengkhianatan salah satu anak buahnya. Pattimura digiring dengan tangan terborgol dan dibawa ke kapal perang Evertzen.

Pada tanggal 16 Desember 1817, para pemimpin perlawanan Maluku dihukum gantung di Benteng Nieuw Victoria di tepi pantai Ambon. Mereka adalah Pattimura, Anthoni Ribok, Philip Latumahina, dan Said Parintah

Masih banyak lagi kisah yang mirip dengan kisah di atas, perjuangan yang sudah susah payah dilakukan hancur karena adu domba dan pengkhianatan yang di sutradarai oleh pihak penjajah.

Begitu para founding fathers kita memproklamasikan kemerdekaan negeri ini, ternyata pengkhianatan dan adu domba tersebut beradaptasi dalam lingkungan hidup sehari-hari sampai tingkah elit politik nya. Bentuknya pun bermacam ragam, sekarang masyarakat disuguhi berita perebutan kekuasaan yang secara vulgar di pertontokan di televisi atau media sosial, intrik kepentingan, konflik antar partai di sertai caci maki yang mungkin tanpa kita sadari bahwa kita sangat jauh dari kesan bangsa yang berakhlak dan beradab.

Di lingkungan sehari-hari walaupun presiden dan wakil presiden sudah terpilih (suka atau tidak suka) masih saja berseliweran hinaan, fitnah dan berita yang tidak jelas sumber nya hanya untuk mendiskreditkan para pemimpin dan jajaran nya, seolah apa pun yang mereka kerja kan sudah pasti salah, sangat senang dengan yang namanya konflik dan ini memang prinsip politik memecah belah dan adu domba dimana konflik adalah primadona nya, konflik harus ada dan jika mulai reda harus diciptakan lagi konflik berikutnya.

Di lingkungan para elit politik, perasaan tidak senang jika tidak menguasai posisi tertentu, tak senang jika dikalahkan elit lain menjadi pupuk penyubur konflik yang berkepanjangan, yang celakanya akan di tiru oleh orang-orang di kalagan akar rumput yang sangat senang dengan adanya konflik.

Pesta sudah usai, hingar bingar politik pun harusnya sudah mulai reda, saat nya bekerja untuk negeri ini siapapun dia dan apa pun profesi nya sekecil apapun sumbangsih nya akan sangat  menentukan arah negeri ini menjadi lebih baik.

Dengan tidak membuat konflik dan issue-issue provokasi yang tidak jelas itu sudah merupakan sumbangsih yang besar membangun negeri ini

Salam persatuan

Sumber:

http://gopraa.blogspot.com/2013/02/politik-adu-domba-warisan-utama.html

http://prastono.blogspot.com/2009/02/perang-pattimura.html

Sumber Gambar :

http://hikmawansp.wordpress.com/2012/07/10/pengaruh-pemerintahan-kolonialisme-belanda-terhadap-sistem-pemerintahan-indonesia/


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun