Mohon tunggu...
Chaerun Anwar
Chaerun Anwar Mohon Tunggu... -

Mendidik melalui kasih, mengajar dengan benar, melatih untuk terampil

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memperkenal IBSE La Main A La Pate Dalam Pembelajaran Sains di Kelas

26 Januari 2015   16:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:21 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422238279196737717

[caption id="attachment_348044" align="aligncenter" width="300" caption="David Jasmin, Innovation in science education, OECD-Germany Workshop, Bad Honnef."][/caption]

Pembelajaran sains dari dekade ke dekade di tanah air tidaklah sepi dalam perdebatan dan diskusi. Setidaknya ada banyak model pembelajaran yang diperkenalkan Kemendikbud dalam Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 kepada guru. Namun demikian tetap saja bahwa kita terpuruk diurutan ke 40 dari 42 negara peserta pemetaan TIMSS&PIRLS 2011 dalam bidang sains (sumber: http://timss.bc.edu).

Kedatangan tim LAMAP Foundation ke Indonesia yang di Inisiasi oleh QITEP in Science dalam kegiatan Workshop Innovative teaching of science through IBSE (Inquiry-based Science Education) pada bulan November 2014 yang lalu membawa warna baru dalam pembelajaran sains di tanah air.

Memang IBSE bukanlah hal yang baru ditanah air namun demikian apa yang disajikan oleh nara sumber dari yayasan LAMAP Paris Perancis tersebut setidaknya memberikan warna baru penyajian IBSE dalam pembelajaran di sekolah.

IBSE yang diusung adalah model La Main A la Pate (keterampilan tangan/hands on). IBSE La main a la pate ini pada tahun 1995-1996 pertama kali diperkenalkan oleh George Charpak (warga Negara Perancis pemenang hadiah nobel tahun 1992 untuk bidang Fisika). Charpak menginisiasi IBSE La Main A La Pate tersebut dengan menguji cobakannya di 344 kelas sains pada pendidikan dasar di Perancis. Tidak hanya itu, Charpak juga meluncurkan portal www.lamap.fr yang khusus untuk membantu para guru dapat memperoleh modul pengajaran, inisiasi ide-ide untuk kegiatan, dan jawaban atas berbagai pertanyaan dalam penerapan IBSE tersebut, juga guru dapat pula berperan aktif bekerja kolaboratif dan berkomunikasi untuk saling bertukar pikiran dengan rekan-rekan guru, instruktur balai diklat guru dan ilmuwan yang terlibat dalam pengembangan pembelajaran IBSE. Pada tahun 2002 Kementerian Pendidikan Nasional, Pemuda dan Olahraga Perancis (Ministère de l’Éducation nationale, de la Jeunesse et de la Vie associative) mengadopsi La main a la pate dalam Kurikulum Pendidikan Nasionalnya. Hingga tahun 2014, IBSE La Main A La Pate telah diadopsi dan diterapkan dalam pembelajaran sains di pendidikan dasar di 24 Negara, diantaranya China, Malaysia, Vietnam dan Korea Selatan.

Filosofi IBSE La Main A La Pate mengusung pemahaman bahwa sains sebagai sebuah inkuiri adalah berupa penyelidikan dimana siswa diberi ruang yang luas untuk melakukan sesuatu, bukan sebaliknya seperti sesuatu yang dilakukan guru untuk mereka. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui proses belajar yang dimulai dengan interogasi tema pembelajaran yang dilanjutkan melalui tindakan perancangan hipotesis dan desain percobaan, yang selanjutnya dilakukan pembuktian dan menghimpun informasi melalui rekonstruksi konsep secara kolektif.

Diakhir pembelajaran, siswa akan merasakan memperoleh pemahaman sains karena mereka mencoba menyajikan konsep sains dalam bentuk lisan dan tertulis hasil dari kesimpulan menguji hipotesis konsep nya melalui eksperimen.

IBSE La Main A La Pate memiliki 10 prinsip yaitu pada prinsip pertama, siswa diajak mengamati objek atau fenomena di dunia nyata dan melakukan eksperimen terhadapnya. Kedua, ketika siswa melakukan investigasi, siswa menggunakan argumen dan penalaran, memilih dan mendiskusikan ide-ide mereka, serta membangun pengetahuan mereka. Ketiga, dalam kegiatan ini guru berperan hanya mengusulkan kepada siswa untuk mengatur kegiatan mereka berdasarkan urutan modul pembelajaran karena hal tersebut terkait dengan program pembelajaran sekolah namun tetap memberikan siswa otonomi dalam pembelajaran sains. Keempat, minimal selama dua jam dalam seminggu pembelajaran dikhususkan untuk tema yang sama untuk beberapa minggu, hal tersebut untuk menjamin kelangsungan kegiatan pembelajaran IBSE di sekolah. Kelima, Setiap murid memiliki buku catatan sains (science Notebook), yang ditulis dan diperbarui dengan kata-katanya sendiri. Keenam, siswa melakukan penyesuaian bertahap terhadap konsep ilmiah dan prosesnya, bersama dengan penyelarasan ekspresi lisan dan tertulis. Ketujuh, Keluarga dan lingkungan belajarnya mendukung proses belajar siswa di dalam kelas. Kedelapan, Sekolah kejuruan dan perguruan tinggi menjadi mitra kegiatan implementasi IBSE di sekolah melalui dukungannya dalam hal menyediakan keterampilan dan sumber belajar. Kesembilan, melalui dukungan perguruan tinggi guru memperoleh pelatihan didaktik metodik dan pelatihan pedagogis. Kesepuluh, disediakan layanan online melalui portal www.lamap.fr yang menyediakan informasi modul, ide-ide/tema kegiatan pembelajaran, serta menjadi forum diskusi bagi guru yang juga menerapkan IBSE sebagai model belajar di sekolahnya.

Menilik sepuluh prinsip IBSELa Main A La Pate tersebut, maka pendekatan pembelajaran ini tidak akan berhasil dilaksanakan guru di sekolah bila guru tidak didukung oleh lembaga diklat semisal PPPPTK, atau KKG/MGMP yang juga mengembangkan IBSE dalam pembelajaran sains. Selain itu perlu dibentuk pusat sumber belajar yang menyediakan sumber belajar yang bisa diakses dengan mudah dan murah oleh guru. Ketersediaan kit IPA di laboratorium sekolah sekolah akan dapat diberdayakan dan secara maksimal akan termanfaatkan. Selain itu dukungan para pengembang model pembelajaran di Perguruan tinggi dalam membumikan model belajar IBSE La Main A La Pate dengan kondisi Indonesia akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam menggenjot peraihan prestasi siswa di bidang IPA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun