Mohon tunggu...
Chaerol Riezal
Chaerol Riezal Mohon Tunggu... Sejarawan - Chaerol Riezal

Lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan saat ini sedang menempuh Program Studi Doktor Pendidikan Sejarah (S3) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang hobinya membaca, menulis, mempelajari berbagai sejarah, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan isu-isu terkini. Miliki blog pribadi; http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Bisa dihubungi lewat email: chaerolriezal@gmail.com atau sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menengok Kiprah Ulama dan Pejuang Nagan Raya: Abu Habib Muda Seunagan

22 Mei 2017   17:16 Diperbarui: 22 Mei 2017   17:49 2811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Chaerol Riezal*

Namanya Abu Habib Muda Seunagan. Ia dilahirkan di desa Krueng Kulu Kecamatan Seunagan, Aceh Barat (kini Nagan Raya setelah dimekarkan pada tahun 2002). Terus terang, saya tidak tahu mengenai riwayat kelahiran beliau. Tapi satu yang pasti, bahwa selain Habib Muda Seunagan yang sangat terkenal dan dikenal oleh masyarakat Aceh diwilayah pantai Barat-Selatan sebagai seorang ulama besar, ternyata Habib Muda Seunagan juga dikenal sebagai seorang pejuang yang gagah berani melawan penjajah Belanda dalam membela negara untuk memperoleh kemerdekaan.

Semasa kecil sampai tumbuh dewasa, Habib Muda Seunagan terpaksa bermukim ke Tadu Atas Kecamatan Kuala, sebab pada saat itu Belanda mulai menyerang Seunagan. Selang beberapa tahun kemudian selama masa pengasingan tersebut, Habib Muda Seunagan mulai terjun langsung ke medan area untuk melawan penjajah Belanda yang dikomandoi oleh orang tuanya Habib Syaikhuna Muhammad Yasin. Diriwayatkan dalam satu kisah pada pertempuran di Desa Alue Bata, Tadu Atas, ibunda Abu Habib Muda Seunagan meninggal dunia dalam baku tembak dengan pasukan Belanda. Sementara Habib Muda Seunagan juga terkena peluru pasukan Belanda dibagian dahi, namun beliau masih hidup.

Pada masa memperebutkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Habib Muda Seunagan juga ikut terlibat dalam proses tersebut. Ketika Agresi Militer Belanda II meletus, dalam sebuah pertempuran yang disebut Sidikalang di Tapanuli Utara, Habib Muda Seunagan pernah mengirim 150 lebih pasukan laskar jihad. Habib Muda Seunagan membentuk langsung pasukan jihad tersebut dari orang-orang yang terpilih dan terlatih. Tujuannya adalah untuk menghadapi pasukan Belanda.

Memang pada saat jalannya Agresi Militer Belanda, Aceh cukup gencar mengirim pasukan jihad ke Sumatera Utara untuk membantu perlawanan dengan Belanda, termasuk Amandimong. Bukankah pada saat itu Tengku Muhammad Daud Beureueh adalah selain sebagai Gubernur Aceh, juga menjabat sebagai Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Karo? Karenanya mengirim pasukan jihad menjadi kewajiban bagi Aceh untuk membantu Sumatera Utara. Sementara Belanda sendiri tidak berani lagi kembali ke Aceh, karena Belanda punya pengalaman pahit dengan Aceh ketika perang Belanda di Aceh meletus (1873-1942).

Di samping membentuk laskar jihad, Habib Muda Seunagan juga menggunakan Hikayat Prang Sabil karangan dari Tengku Syekh Muhammad Pante Kulu untuk membakar semangat perang para mujahidin dan jihad Fisabilillah yang akan melawan Belanda.

buku-abu-habib-muda-seunagan-5922b867ff22bde127b43142.jpeg
buku-abu-habib-muda-seunagan-5922b867ff22bde127b43142.jpeg
Namun demikian, Abu Habib Muda Seunagan pernah berbeda pandangan dengan Tengku Muhammad Daud Beureueh ketika terjadinya DI/TII Aceh. Daud Beureueh yang saat itu kecewa dengan Soekarno yang mengingkari janjinya sendiri, membentuk DI/TII Aceh untuk melawan Pemerintah Soekarno. Sikap Daud Beureueh yang membentuk Negara Islam Aceh ini mendapat tentangan dari Abu Habib Muda Seunagan.

Dalam rapat umum di Dese Peuleukung pada 17 November 1953 yang dihadiri oleh puluhan ribu masyarakat, dengan tegas Abu Habib Muda Seunagan menolak gagasan dari Tengku Muhammad Daud Beureueh tersebut. Setelah itu, Abu Habib Muda Seunagan langsung membentuk “Pagar Desa” diberbagai daerah yang menjadi basis pendukungnya. Sikap Abu Habib Muda Seunagan ini sebagai bentuk komitmen, kecintaan, dan tetap setia kepada Republik Indonesia. Karena beda pandangan antara Abu Habib Muda Seunagan dengan Teungku Muhammad Daud Beureueh ini, mengakibatkan bentrokan antara dua pasukan tersebut yang berujung dengan peristiwa berdarah antara sesama Rakyat Aceh.

Atas perjuangan dan jerih payah serta ketulusan hati beliau itu pula, Abu Habib Muda Seunagan dipanggil ke Istana Negara oleh Soekarno. Dalam pertemuan di Istina Merdeka itu, Soekarno meminta nasehat kepada Abu Habib Muda Seunagan selaku ulama dan orang yang dituai dalam merumuskan dan mengambil kebijakan, terutama yang berkaitan dengan konflik di Aceh. Abu Habib Muda Seunagan menyarankan agar dalam menyelesaikan masalah Aceh, Pemerintah Pusat lebih menggunakan pendekatan kemanusiawan dan bukan dengan cara pendekatan militeristik.

Itulah sepengkal kiprah dari Abu Habib Muda Seunagan. Tentu masih banyak hal-hal yang belum terungkap dari perjalanan hidup Habib Muda Seunagan. Selain perjuangan Habib Muda Seunagan yang memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda, beliau juga cukup mengembangkan syiar agama Islam di bawah pimpinan orang tuanya. Abu Habib Muda Seunagan adalah seorang guru atau mursyid Thariqat Syattariah. Setelah orang tua beliau meninggal dunia, perjuangan dalam mengembangkan agama Islam langsung di ambil alih oleh Abu Habib Muda Seunagan. Sehingga dalam pengembangan agama Islam, saban hari para pengikutnya semakin bertambah dari berbagai pelosok Aceh. Sampai saat ini pun, masyarakat Aceh (terutama diwilayah pantai Barat-Selatan Aceh) masih memuliakan beliau hingga ke anak cucunya.

Selain itu, pada masa Pemerintahan Orde Baru, Abu Habib Muda Seunagan juga sangat aktif dan terlibat langsung dalam memenangkan Partai Golkar pada pemilu 1977 di Propinsi Aceh. Menurut catatan keluarga beliau, dalam waktu singkat sebanyak 25.000 orang murid Abu Habib Muda yang ada di Aceh Barat dan Aceh Selatan di daftarkan pada Partai Golkar sebagai anggota.

Diakhir hayatnya, Abu Habib Muda Seunagan masih sempat menerima kunjungan dari berbagai pihak di rumah kediamannya di Desa Peuleukung, salah satunya adalah Panglima Kodam I/Iskandar Muda yang pada saat itu masih dijabat oleh Brigjend Aang Kunaifi. Setelah Abu Habib Muda Seunagan meninggal dunia pada tahun 1972, maka sejak saat itulah seluruh tugas dan amanahnya dilanjutkan oleh salah satu putranya bernama Abu Habib Qurisy. Penunjukkan atau peralihan kepemimpinan ini sesuai dengan amanah dan wasiat dari Abu Habib Muda Seunagan semasa beliau masih hidup, dimana sebagai pengganti Abu Habib Muda Seunagan nanti beliau menunjukkan Abu Habib Qurisy sebagai penerusnya guna untuk mengemban amanah dan melanjutkan seluruh tugas sebagaimana yang telah diperjuangkan oleh Abu Habib Muda Seunagan sebelumnya.

Setelah Abu Habib Muda Seunagan meninggal dunia, banyak tokoh dan pemimpin serta rakyat yang melayat. Jenazah Abu Habib Muda Seunagan dimakamkan di Desa Peuleukung, Nagan Raya, Aceh. Mengingat besarnya jasa-jasa Abu Habib Muda Seunagan baik untuk Aceh maupun Indonesia, Pemerintah RI yang saat itu dikomandoi oleh Presiden B.J Habibie menganugerahi Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama kepada Abu Habib Muda Seunagan sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang mempunyai komitmen kuat dan setia demi tetap tegaknya NKRI.

Solo, Senin, 22 Mei 2017.

= = = = = = =

**Chaerol Riezal (Penulis) merupakan Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta-Solo, Jawa Tengah, asal dari Alue Bilie, Nagan Raya, Aceh. Email: chaerolriezal@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun