Mohon tunggu...
Chaerol Riezal
Chaerol Riezal Mohon Tunggu... Sejarawan - Chaerol Riezal

Lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan saat ini sedang menempuh Program Studi Doktor Pendidikan Sejarah (S3) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang hobinya membaca, menulis, mempelajari berbagai sejarah, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan isu-isu terkini. Miliki blog pribadi; http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Bisa dihubungi lewat email: chaerolriezal@gmail.com atau sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dan ... Kau Pikir Kami Hanya Mempelajari Peristiwa Masa Lalu Saja?

2 Mei 2017   19:04 Diperbarui: 2 Mei 2017   19:37 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karenanya, kita terperangahlah dan tidak setuju atau bahkan mengutuk ketika pemerintah dengan seenak hatinya tidak memasukkan sejarah lokal dibeberapa daerah dalam kurikulum. Itu sebuah perangai buruk. Sebuah tindakan yang melanggar aturan dan undang-undang yang berlaku. Gambaran mereka yang tergoda kegelapan.

Namun kita pun juga khawatir, jangan-jangan tindakan mereka mewakili apa yang ada di benak kita semua ketika menghadapi kesulitan. Lalu kita membuka khazanah kebijakan hidup yang kita punya untuk mencoba menjelaskan dan atau mengatasi persoalan mereka ini. Itu semua tersaji dalam sejarah.

Para pemangku kekuasaan di negeri ini sibuk memilah-milah sejarah mana yang harus dimasukkan ke dalam kurikulum. Para pengamat juga sibuk mencari-cari jawaban dengan berbicara tentang sejarah, budaya, adat dan kajian ilmiah dan non-ilmiah lainnya. Mereka juga saling berdebat tentang sejarah yang dianggap kontroversi dan pelurusan sejarah, sementara mereka lupa bahwa dalam sejarah itu ada yang namanya kritik sumber, intepretasi dan puncaknya historiografi atau dengan kata lain meotodologi sejarah. Karenanya, sejarah itu tidak pernah final, kecuali umat manusia sudah tidak menghuni dunia ini lagi (kiamat). Karenanya lagi, setiap zaman itu memiliki sejarah dan penulisan sejarahnya. Tetapi mereka saling berdebat dengan segala argumennya yang entah berdasar atau entah tidak.

Sementara kami, mahasiswa sejarah, tidak pernah dilibatkan dalam proses pemilihan sejarah yang akan dimasukkan ke dalam alat pendidikan itu. Mereka beranggapan, bahwa tugas kami semata-mata hanyalah untuk mempelajari peristiwa masa lalu saja, kunjungan ke situs sejarah dan duduk di perpustakaan. Disini dengan tegas, kami katakan bahwa kami ini tidak hanya memperlajari sejarah belaka, tetapi lebih dari itu.

Kalaulah boleh mengutip ucapan Fida Indra Fauziyyah, salah seorang mahasiswi Magister Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, kira-kira ia mengatakan seperti ini: “Yang namanya sejarah itu adalah peristiwa masa lalu yang berkaitan erat hubungannya dengan aktivitas manusia, dan yang dipelajari memang bagaimana kita (mahasiswa sejarah) merekonstruksi masa lalu tersebut. Namun, tidak berhenti di masa lalu saja. Sejarah justru bisa digunakan untuk membangun masa depan, karena pola sejarah akan selalu berulang, bukan peristiwanya yang berulang, namun polanya. Misalnya Indonesia pada abad ke 19 muncul pemodal-pemodal besar yang menanamkan sahamnya, kemudian di zaman sekarang pun muncul lagi pemodal-pemodal besar. Dengan kita mempelajari masa lampau, kita bisa menjadi bijak karena pola sejarah yang berulang, misalnya dalam mengambil suatu kebijakan ekonomi, kita harus belajar mengenai sejarah penanaman modal asing,” sebutnya.

“Sejarah juga berguna untuk pelajaran dan perubahan. Misalnya, sejak masa kecil Alfatih suka belajar sejarah tentang penaklukkan Konstantinopel dari para pendahulunya yang gagal, dan dari kegagalan para pendahulunya itu Alfatih bisa mengambil startegi terbaik untuk penaklukkan. Sehingga pada 1453 beliau berhasil menaklukkan Konstantinopel. Contoh lainnya adalah Jepang. Jepang bisa maju karena ilmu pengetahuannya akibat Restorasi Meiji. Jadi kalau kita ingin maju bisa mengambil contoh (pelajaran sejarah) dari Jepang,” sebutnya.

Fida kemudian melanjutkan, “Sejarah sebenarnya mempunyai kegunaan yang banyak. Para ahli sejarawan juga telah banyak mengemukakan hal tersebut. Dalam konteks pendidikan, sejarah juga bisa dipelajari dan diajarkan mengenai peristiwa masa lampau. Namun kita punya kewajiban lain, yaitu bagaimana kita bisa mengambil makna dari berbagai peristiwa masa lampau tersebut untuk diajarkan kepada siswa, sehingga fungsi sejarah bisa untuk pendidikan moral,” tutup Fida ketika menjawab sebuah pertanyaan klasik.

Ucapan Fida diatas menunjukkan bahwa kami tidak hanya mempelajari peristiwa masa lalu saja. Tetapi kami juga mencoba menjaga tiga ambang kesimbangan; masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Peristiwa masa lalu yang kami pelajari, jelas untuk masa kini dan masa yang akan datang tetapi bukan untuk meramal. Namun, pada saat bersaman muncul pula sebuah pertanyaan besar: Sejauh mana sejarah memberikan sumbangan besar terhadap negara dan mencerahkan masyarakatnya? Tentu saja ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab.

Tetapi, sadarkah kita bahwa selanjutnya kita tidak lagi berbicara dan membicarakan tentang peristiwa masa lalu? Ingatkah kita bahwa inilah yang kemungkinan disebut oleh teman saya bahwa sejarah lebih penting dari hidup dan mati? Bahwa sejarah mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang selalu cair, bergerak dan membutuhkan penafsiran.

Ya, orang (mungkin) akan tertawa dan menertawakan teman saya ketika ia mengutarakan kalimatnya tersebut. Apalah seorang teman saya itu? Ia hanyalah seorang mahasiswa sejarah yang sedang berjuang untuk mendapatkan gelar akademik. Orang (mungkin) juga akan setuju atau tidak setuju tentang ucapan Fida diatas, bahwa sejarah memiliki banyak kegunaan.

Berbeda ketika seorang Kopral yang kemudian menjadi seorang Kaisar di Perancis, entah secara bercanda, serius atau putus asa, ia sempat mengatakan, “Sejarah adalah sebuah mitos yang diyakini kebenarannya oleh umat manusia,” kata Napoleon Bonaparte. Orang pun mengangguk-angguk kepala ketika menyimak ucapan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun