Mohon tunggu...
Chaerol Riezal
Chaerol Riezal Mohon Tunggu... Sejarawan - Chaerol Riezal

Lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan saat ini sedang menempuh Program Studi Doktor Pendidikan Sejarah (S3) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang hobinya membaca, menulis, mempelajari berbagai sejarah, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan isu-isu terkini. Miliki blog pribadi; http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Bisa dihubungi lewat email: chaerolriezal@gmail.com atau sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggambarkan Hermanu Dalam Tiga Kata Menurut Mahasiswanya

11 April 2017   19:01 Diperbarui: 11 April 2017   19:25 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yunitasari Rusvitaningrum: Cerdas, Kritis, Sempurna

Hermanu cerdas karena beliau itu profesor yang hebat di bidang ilmu garapannya. Hermanu selalu menanamkan sikap kritis dan ia mampu berpikir apa yang tidak kita pikirkan. Hermanu sempurna. Nah itu, karena Hermanu di dukung oleh tingkat kecerdasan dan sikap kritisnya. Selain itu, perjuangan beliau sejak mengenyam pendidikan telah membuah hasil, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bermanfaat bagi orang kebanyakan, termasuk sumbangan pemikiran Hermanu untuk kampus, bangsa dan negara.

Catatan Penulis

Anda tahu, jika ada seorang dosen yang mampu memainkan psikologi mahasiswa, maka Hermanu termasuk salah satu orangnya. Ia mampu membuat mahasiswa berada dibawah tekanan batin, terutama menyangkut masalah akademik. Bagaimana ia memainkan kata-kata soal jurnal scopus terindex internasional adalah salah satu bentuknya. Bagi saya personal, wajar saja ia berbicara sedemikian, sebab palu sidang sudah diketuk dan SK Rektor pun sudah keluar. Dan yang lebih penting, memang sudah seharusnya mahasiswa sejarah menulis.

Disini saya ingin menggaris bawahi, apa yang saya maksud menulis bukanlah menulis skripsi, tesis atau disertasi. Itu menjadi persoalan lain. Bukankah menulis skripsi, tesis atau disertasi adalah sebuah kewajiban bagi setiap mahasiswa sesuai dengan jenjang pendidikan atau jurusannya? Bahkan hal itu pun diwajibkan untuk mahasiswa yang tidak pernah menulis sekalipun. Untuk apa? Guna memperoleh gelar akademik atau sebagai salah satu syarat kelulusan perguruan tinggi. Karena itu, menulis skripsi tesis dan disertasi tidak hanya bagi mahasiswa sejarah saja, tetapi juga bagi mereka yang menyandang status mahasiswa. Namun, lain halnya jika Anda berbicara atas nama Mahasiswa Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah. Itu sangat jelas, titik. Bahwa mahasiswa sejarah memiliki kewajiban untuk menulis sejarah (historiografi).

Saya berulang kali berbicara demikian, tidak hanya saat ini tapi juga sudah sejak dulu. Saya beranggapan, bahwa tidak ada alasan bagi mahasiswa sejarah untuk tidak menulis. Apapun alasannya, saya tidak bisa menerimanya. Sisi lain, ketika saya masih berada di Aceh, saya mencari-cari seseorang (mahasiswa sejarah) yang mau diajak berduet untuk menulis sejarah. Siapapun orang nya, dengan senang hati saya siap diajak bekerjasama dengannya dalam hal menulis. Jika saja (dulu) hal itu terjadi, maka akan saya hibahkan seluruh buku bacaan saya, tetapi dengan 3 syarat (dibaca, diskusi dan disebarluaskan). Ada sekitar 600 buku yang saya punya dalam bentuk ebook, digital, pdf dan doc. Saya siap dan ikhlas memberikan semua buku itu. Tapi sayangnya, hal itu urung terjadi hingga detik ini.

Pada waktu bersamaan juga, saya menemukan ada puluhan bahkan ratusan mahasiswa sejarah yang menulis sepengkal-pengkal lewat stataus facebook miliknya. Beberapa tulisan mereka (status facebooknya) memang mengundang decak kagum. Hal itu terlihat dari banyaknya orang yang like atau komentar dari pemilik akun facebook lainnya. Tapi hanya sebatas disitu saja. Kasihan kan?

Kembali ke Hermanu. Mengapa ia mampu menguncang psikologi mahasiswa? Jawabannya adalah ia mencoba memanipulasi keadaan. Ya benar, Hermanu mamaikan taktik manipulasi untuk membuat keadaan menjadi lebih baik dan untuk kebaikan mahasiswanya juga. Apalagi bagi Anda yang sudah mengenal dan tahu tentang sosok Hermanu dan apa yang yang ia kehendaki. Ia akan blak-blakan mengatakan langsung di depan Anda tentang apa yang sulit memperoleh jenjang pendidikan. Contohnya jurnal internasional yang terindex scopus.

Beberapa mahasiswa didiknya tercengang mendengar hal itu, bahkan ada syok batin. Hal itu terlihat dari update statusnya di BBM dan Facebook. Bahkan ada pula sindiran dikalangan kami tentang jurnal, jurnal, dan jurnal internasional. Hermanu, bisa saja tidak melakukan hal demkian atau ia bisa saja bersantai-santai. Tapi Hermanu tidak melakukannya. Karena, ketika Hermanu memanipulasi keadaan, ia butuh reaksi fantastis dari mahasiswa didikannya. Tampaknya Hermanu pun sukses telah memainkan taktik manipulasinya. Tapi, yang menjadi persoalannya adalah apakah mahasiswa didikan Hermanu mampu menjawab dengan memberikan reaksi balik yang positif? Sehingga apa yang ..... membuat Hermanu tersenyum.

Memang, harus kita akui bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, maka semakin deras pula terpaan anginnya saat memperoleh jenjang pendidikan itu. Hermanu benar, bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus berjuang. Kita tidak boleh merasa bahwa keadaan ini terasa baik-baik saja, sampai pada akhirnya kita disadarkan oleh masalah dan waktu. Hermanu juga benar, bahwa untuk menjadi orang besar, Anda harus terlihat seperti orang gila dulu; gila belajar, gila membaca, buku dan gila menulis.

Hermanu memang sudah dikenal baik oleh anak-anak didiknya, karena keduanya seringkali bertemu, setidaknya setiap pekan. Sebagai seorang dosen, Hermanu seringkali mengatakan bahwa meskipun kebanyakan orang menilainya sebagai pribadi yang arogan, egois atau semau dirinya, Hermanu tidak terlalu memperdulikan hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun