Mohon tunggu...
Irwan Anas
Irwan Anas Mohon Tunggu...

a guy that still have a goal to pursue

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatatan Perjalanan: Gunung Gede (2958 mdpl), 24-25 Desember 2010

28 Agustus 2012   13:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:13 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika berada di lingkungan baru, bertemu teman-teman baru, pasti akan ada hal-hal baru yang ditemui. Saya sendiri mengalaminya. Lingkungan dan teman-teman baru saya menantang saya untuk dapat menginjakkan kaki di puncak Gunung Pangrango. Tantangan tersebut menimbulkan pertentangan batin di hati saya, antara keterbatasan fisik dengan kemauan yang tinggi. Akhirnya saya memilih untuk ikut, menyanggupi tantangan tersebut. Keputusan tersebut tidak serta merta memuluskan langkah saya untuk mencapai puncak Pangrango. Hambatan pertama yang saya hadapi adalah izin orang tua. Jujur saja, selama lebih dari 22 tahun, orang tua saya selalu mengingatkan agar saya menjauhi kegiatan pendakian ke gunung. Mereka terdoktrin bahwa kegiatan pendakian selalu berakibat buruk, dan itu tidak bisa saya salahkan karena mereka hanya mendengar berita buruk itu saja. Oleh karena itu saya akan mencoba mengubah pemikiran mereka, karena saya merasa bahwa saya sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan apapun yang berkaitan dengan kehidupan diri saya. Debat pun tidak terelakkan, terutama dengan Ayah saya. Kami berdua orang yang sangat keras apabila berkaitan dengan pendirian masing-masing. Akhirnya ayah saya pun mengalah dan mengizinkan saya untuk melakukan pendakian. Melakukan kegiatan dengan izin orang tua sungguh melegakan hati. Puri Casablanca, 23 Desember 2010 Persiapan saya untuk melakukan pendakian yang pertama kalinya tidak banyak, hanya berkutat pada kesiapan fisik. Sementara untuk perlengkapan sudah diurus semuanya oleh dua orang teman, saya hanya menyumbang iuran untuk logistik dan tenda saja. Sehari sebelum berangkat saya merasa masih belum terlalu fit, napas masih terasa berat akibat baru sembuh dari batuk. Bahkan untuk menguji kemampuan fisik, saya mencoba berjalan menaiki anak tangga dari lantai dasar ke lantai enam. Hasilnya cukup membuat saya ngos-ngosan. Tapi ya sudah lah, saya ambil semua resiko yang mungkin terjadi pada saat pendakian nanti. This is once in a lifetime experience, I can't miss it. Kamis malam kami bersiap untuk berangkat menuju Cibodas, basecamp bagi para pendaki Gunung Gede-Pangrango. Sebelum berangkat, ada salah satu dari teman saya yang memutuskan untuk tidak jadi berangkat karena ada urusan keluarga. Jadilah kami bersembilan orang yang siap menapakkan kaki di puncak Pangrango. Rute awal kami adalah Casablanca - Terminal Kampung Rambutan, kami tempuh dalam waktu 30 menit dengan menyewa angkot. Kami sampai di Kampung Rambutan pukul 22.00 WIB, dan langsung menaiki bus antar kota yang melewati puncak. Cibodas, 24 Desember 2010 Kami sampai di cibodas kira-kira jam 1 malam. Begitu turun dari bis, langsung dihadapi masalah pertama, kompor satu-satunya ketinggalan di bis! Akhirnya terpaksa kita membeli kompor baru walaupun mini di basecamp. Saya sendiri dihinggapi sakit kepala yang teramat sangat. Waktu senggang sebelum pagi saya manfaatkan buat memejamkan mata, berharap tertidur dan sakit kepala pun hilang. Dan Alhamdulillah begitu bangun saya merasa segar, menghirup udara kaki Gunung Gede-Pangrango yang seakan membersihkan paru-paru. Kami pun bersiap untuk mendaki, dengan terlebih dahulu melakukan registrasi di basecamp. Menurut para pengelola, Gunung Gede-Pangrango ini sudah termasuk kawasan hutan lindung, sehingga setiap aktivitas harus terekam dengan baik agar tidak merusak ekosistem alam sekitar.

Diantara bersembilan, hanya tiga yang baru pertama kali naik gunung, termasuk saya. Alhasil perjalanan kami pun terasa lambat, sering berhenti untuk beristirahat, sejenak mengumpulkan nafas dan tenaga. Untuk sampai ke pos 1 saja kami membutuhkan waktu kira-kira 2 jam. Sepanjang perjalanan, kami diguyur hujan, dan itu semakin memperlambat perjalanan. Kami pun bersepakat untuk membagi tim menjadi tiga, karena salah satu teman kami ada yang sakit. Ketika sampai di kandang batu, tempat sungai dengan air panasnya, kami memutuskan untuk mendirikan tenda karena tidak memungkinkan memaksakan melanjutkan perjalanan dengan kondisi tubuh tim yang sangat lelah. Waktu itu sudah pukul 3 sore, dan untuk mengisi waktu menjelang tidur, kami memasak makanan yang ada untuk mengisi perut yang kosong. Di kandang batu ini terdapat jalan yang cukup curam, dimana kita harus melintasi sungai dengan berpijak kepada batu yang sudah lumutan, dan sebelah kanannya adalah jurang yang cukup dalam. Kalau tidak hati-hati, bisa-bisa sudah berada di alam lain.
Kandang Batu, 25 Desember 2010 Perjalanan kami lanjutkan pada pukul 2 pagi, karena kami ingin mengejar waktu untuk melihat sunrise pas di puncak Gunung Pangrango. Bermodalkan senter, kami pun mencoba menerabas hutan yang gelap. Perjalanan cukup melahkan, dan sangat dingin. Bayangkan saja di siang haru suhu sudah membuat badan menggigil, apalagi di malam yang gelap. Setiba di pos kandang badak dan beristirahat, kami memutuskan untuk  merubah rencana awal, dari tujuan awal ke Gunung Pangrango menjadi Gunung Gede. Keputusan itu kami ambil karena rute menuju Gunung Gede tidak terlalu memakan waktu, sementara saat itu sudah menunjukkan pukul setengah 5 pagi. Sepanjang perjalanan menuju Gunung Gede kami menemui sebuah tanjakan yang dari namanya saja sudah cukup seram, yakni tanjakan setan. Tanjakan ini sesuai namanya lumayan menakutkan, karena untuk melewatinya saja membutuhkan bantuan tali yang sudah terpasang disitu. Tingkat kecuramannya kurang lebih sekitar 75 derajat. Sewaktu mencapai puncak Gunung Gede, waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Anggota tim yang lain sudah terlebih dahulu mencapai puncak, karena mereka akan memasak perbekalan selama di puncak. Saya sendiri tertinggal dibelakang, ditemani seorang teman. Alasannya apalagi kalau bukan fisik saya yang belum sekuat anggota tim yang lain. Ada cerita lucu disini, ketika saya dan teman beristirahat mengumpulkan tenaga, datang dua orang yang menghampiri saya untuk meminta sedikit snack karena mereka belum sarapan sebelum muncak. Saya pun menyambut dengan hangat, berbagi snack dan mengobrol. Selang beberapa bulan setelah kejadian itu, salah seorang dari mereka membuat thread di kaskus yang menyatakan bahwa dia sangat berterima kasih atas bantuan yang dia dapatkan dipuncak Gunung Gede. Saya sendiri pun juga tidak sengaja melihat thread tersebut, mungkin ini takdir Tuhan hehe. Kami pun masih menjalin komunikasi sampai saat ini. Pelajarannya adalah sekecil apapun bantuan kita mungkin sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan :)
Perjalanan turun tidak terlalu memakan waktu sama, kira-kira enam jam perjalanan sudah sampai di basecamp lagi. Di tengah perjalanan turun, kami sering menemui para pendaki yang ingin muncak, cukup banyak mungkin karena hari itu hari sabtu. Kami sempat bertemu dengan bapak-bapak yang membawa istri dan anaknya yang masih sma dan cewe ikut naik gunung. Usut punya usut ternyata sang bapak alumni Mapala UI. Pantes. Pengalaman pertama naik gunung ini menjadi pengalaman yang menyenangkan, apalagi dilakukan dengan teman-teman. Kekompakan dan kebersamaan sangat terasa pada saat mendaki gunung. Otak, hati dan pikiran terasa lebih jernih. Dan pengalaman ini membawa saya ke gunung-gunung lainnya di pulau jawa. Ya, mendaki gunung sudah seperti candu bagi saya :) Enjoy!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun