Industri perbankan Tanah Air menunjukan performa solid pada awal tahun 2025. Laporan kuartal I/2025 telah dirilis oleh bank-bank besar di Indonesia mencerminkan pertumbuhan dan dinamika persaingan yang ketat.
Selama tiga tahun terakhir, bank BUMN, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) konsisten unggul memperoleh posisi pertama, diikuti dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Di awal tahun ini, ketiga bank besar tersebut kembali menempati posisi tiga teratas dalam perolehan laba bersih.
Saat ini pada kuartal I/2025, BBCA yang merupakan bank swasta terbesar di Indonesia, berhasil memperoleh laba bersih tertinggi di industri perbankan Tanah Air. Laba bersih menyentuh angka Rp14,1 triliun. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya di periode yang sama BBCA memperoleh angka Rp.12,88 triliun. Dengan demikian, laba bersih Rp14,1 triliun menunjukan peningkatan positif yang cukup mencolok, yaitu sebesar 9,8% secara tahunan (year on year/YoY).
Peningkatan ini terjadi bukan tanpa sebab. Adanya momentum Ramadhan dan Hari Raya Idulfitri disebut memberikan dorongan signifikan terhadap pertumbuhan kinerja kredit BBCA. Selain itu, penyelenggaraan event BCA Expoversary 2025 turut menjadi katalis positif pertumbuhan portofolio kredit perusahaan.
"Momentum ramadan dan Idulfitri berdampak positif ke kinerja kredit BCA. Pelaksanaan BCA Expoversary 2025 turut menopang pertumbuhan kredit perusahaan. Seiring tingginya antusiasme masyarakat pada BCA Expoversary 2025, kami memperpanjang pelaksanaan event ini hingga 30 April 2025," ujar Jahja dalam paparan kinerja pada 23 April 2025, dikutip dari Bisnis.com (2/5/2025)
Sementara itu, BBRI yang selama ini konsisten berada di posisi teratas, turun ke peringkat kedua. Diurutkan berdasarkan tingginya perolehan laba bersih, BBRI memperoleh laba bersih sebesar Rp.13,8 triliun. Angka tersebut menunjukkan penurunan 13,63% secara tahunan (year on year/YoY) dari capaian pada periode yang sama di tahun 2024 lalu, yaitu sebesar Rp.15,8 triliun. Meningkatnya kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) menyebabkan penurunan laba bersih BBRI pada kuartal I/2025. Yang dimana sebelumnya pada kuartal I/2024 dari Rp.10,7 triliun, naik sebesar 14,58% menjadi Rp.12,2 triliun.
Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh Hery Gunardi, Direktur Utama BBRI dalam konfersi pers online pada 30 April 2025. "Faktor yang mempengaruhi penurunan laba BBRI adalah kenaikan beban pencadangan sebesar 14,59% YoY menjadi Rp12,27 triliun," kata Direktur Utama BBRI, Hery Gunardi, dikutip dari Indo Premier Sekuritas (30/4/2025).
Di peringkat ketiga, BMRI kembali menunjukan pertumbuhan positif dengan memperoleh laba bersih senilai Rp.13,2 triliun pada kuartal I/2025. Perolehan laba tersebut naik sebanyak 3,9% secara tahunan (year or year/YoY) dari tahun sebelumnya Rp. 12,8 triliun. Pertumbuhan laba didukung dengan peningkatan kredit sebesar 16,5% menjadi Rp.1,672 triliun. Kinerja ini ditopang oleh kontribusi positif di kedua segmen utama yaitu wholesale dan retail.
Direktur Utama BMRI, Darmawan Junaidi, menyatakan bahwa kinerja positif ini tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. "Selama kuartal I-2025, pertumbuhan perseroan tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia, dan mencatatkan pertumbuhan kredit dan DPK di atas rata-rata pertumbuhan industri," ujar Darmawan dalam Paparan Publik Laporan Keuangan Kuartal I/2025 Bank Mandiri di Jakarta, 29 April, dikutip dari Antara News (29/4/2025).
Menariknya, di antara ketiga bank besar tersebut, BMRI menjadi satu-satunya yang secara konsisten berhasil menunjukan pertumbuhan laba bersih kuartal I selama tiga tahun berturut-turut. Hal ini menjadi tanda bahwa strategi dan optimalisasi yang dilakukan BMRI memberikan hal yang positif secara berkelanjutan.
Melihat performa tiga bank terbesar di Indonesia ini, terlihat jelas bahwa kompetisi di industri perbankan nasional semakin kompetitif. Ketiga bank ini secara bergantian berselisih meraih posisi tiga teratas dalam raihan laba dari tahun ke tahun. Ketiga bank besar ini terus menunjukkan strategi dan adaptasi yang dinamis terhadap kondisi ekonomi nasional maupun global. Konsistensi pertumbuhan, efisiensi pengelolaan risiko, serta inovasi produk dan layanan akan menjadi kunci utama dalam mempertahankan posisi di puncak industri perbankan.