Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Pendidikan Karakter Menumbuhkan Sikap Demokratis dalam Pembelajaran IPS

6 Oktober 2016   18:33 Diperbarui: 7 Oktober 2016   12:55 2393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, relevansi pendidikan, pemerataan pendidikan dan peningkatan efesiensi serta efektivitas pendidikan. Perubahan dalam hal peningkatan efesiensi dan efektivitas pendidikan mengarah kepada penataan kurikulum berbasis kompetensi dan karakter dengan memberi kepercayaan yang luas kepada sekolah untuk meningkatkan sumber daya manusia bagi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. 

Kurikulum 2013 dikembangkan sebagai bentuk penataan kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter di atas, dalam hal ini aspek yang dikembangkan tidak hanya terfokus pada aspek kognitif (pengetahuan), melainkan aspek afektif (sikap) dan juga psikomotor (keterampilan) juga turut dikembangkan. Melalui pengembangan aspek afektif yang terdapat di dalam Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan manusia yang produktif dan inovatif. Pengembangan aspek afektif ini dapat diintegrasikan melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, salah satunya dalam mata pelajaran IPS.

Pada dasarnya mata pelajaran IPS memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Maka pembelajaran IPS berfungsi dalam pembentukan sikap dan memiliki peran penting dalam pembentukan karakter peserta didik. Hal ini pun selaras dengan salah satu tujuan pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013 yaitu “nilai-nilai kejujuran, kerja keras; sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut”.

Proses mewujudkan karakter-karakter pada peserta didik tidak mudah, dalam mewujudkan karakter tersebut membutuhkan proses yang panjang salah satunya melalui pendidikan di sekolah. Ada 18 nilai yang harus dikembangkan oleh sekolah dalam menentukan keberhasilan pendidikan karakter, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,  dan tanggung jawab.

18 nilai karakter tersebut, diharapkan dapat tumbuh dan dapat tertanam di dalam diri peserta didik serta dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah sikap demokratis. Sikap demokratis ini merupakan salah satu kategori keterampilan yang diperlukan pada abad ke 21 ini, yaitu sebagai karakter belajar dan inovasi dalam pembelajaran.

Menurut Al-Fandi, H., dalam bukunya yang berjudul Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis mengemukakan bahwa sikap demokratis adalah karakter yang terbentuk melalui pendidikan demokratis. Pendidikan demokratis merupakan model pendidikan yang mengembangkan prinsip-prinsip demokrasi yaitu pendidikan yang menghargai perbedaan pendapat, kebebasan untuk mengaktualisasi diri, kebebasan intelektual, kesempatan untuk bersaing di dalam perwujudan diri sendiri, pendidikan yang membangun moral dan pendidikan yang semakin mendekatkan diri pada sang pencipta.

Kaitannya dengan pendidikan dan proses pembelajaran, sikap demokratis sangat diperlukan, supaya dalam diri peserta didik tumbuh rasa saling menghormati, menghargai, dan memahami berbagai persoalan kehidupannya secara lebih bijaksana. Sementara dalam pembelajaran IPS, sikap demokratis dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap saling menghargai pada siswa agar mereka dapat lebih bijaksana memaknai setiap peristiwa yang terdapat di dalam materi terutama materi sejarah yang banyak interpretasi.

Sikap demokratis ini akan tumbuh dalam diri peserta didik dengan menggunakan berbagai alternatif salah satunya dengan penggunaan metode pembelajaran yang lebih menarik. Metode Timed Pair Share dengan penggunaan teknik Time Token Arends dirasa efektif dalam menumbuhkan sikap demokratis. Metode ini merupakan metode yang dikembangkan oleh Spencer Kagan.

 Menurut Kagan, proses pembelajaran akan lebih efektif dengan tiga proses tahapan yaitu Timing, Pairing and Sharing. Kegiatan Timing berkaitan dengan penggunaan waktu, baik waktu untuk mengemukakan pendapat, menyanggah atau menambahkan pernyataan dan memberikan informasi hal ini dilakukan sebagai bentuk latihan supaya siswa dapat memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara atau mengemukakan pendapat sehingga proses diskusi akan berjalan efektif.

 Lalu kegiatan Pairing yaitu proses diskusi kelompok yang dilakukan secara berpasangan, dan terakhir kegiatan Sharing, kegiatan ini berupa presentasi menyampaikan hasil diskusi, lalu siswa berbagi mengenai hasil diskusi melalui kegiatan tanya jawab dengan kelompok lain.Lalu teknik Time Token Arendsmerupakan teknik penggunaan kupon dalam pembelajaran digunakan untuk berpendapat. Dengan demikian,  penerapan Metode Timed Pair Share dan teknik Time Token Arends ini selain dapat meningkatkan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pembelajaran namun juga dapat menumbuhkan sikap saling menghargai antar peserta didik.

Pentingnya sikap demokratis dimiliki oleh peserta didik, membuat SMP Islam Cendekia Cianjur turut serta dalam menumbuhkan sikap tersebut. Selain itu, untuk mewujudkan misi sekolah diantaranya menanamkan akhlakul karimah dan membuka cakrawala pandang sebagai bagian dari masyarakat dunia serta menanamkan toleransi. Bahkan pembelajaran di SMP Islam Cendekia Cianjur jauh lebih efektif, tidak hanya penggunaan metode Timed Pair Share atau teknik Time Token Arend namun juga menggunakan metode debate, atau bahkan bermain peran. Penggunaan metode yang bervariatif dengan mengembangkan materi yang dikemas menjadi menarik ternyata memang benar dapat menumbuhkan sikap demokratis dengan baik (cendekia.sch.id). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun